Kelas 11 IPA2 selalu ribut seperti biasanya. Aku sebagai ketua murid kadang jengah tak bisa mengontrol mereka yang nakalnya kelewatan. Apalagi semenjak insiden aku menolak Laska, cowok itu semakin hari semakin susah diatur, terus saja menunjukkan aura permusuhan dan selalu membangkang. Lalu yang membuat kami para gadis membenci pria di kelas, selain sering membolos piket, makhluk malas seperti mereka jika di jam kosong seperti sekarang, selalu saja tidur, santai melewatkan pelajaran. Aku lelah, selalu berujung memakai otot jika menghadapi mereka semua.
"PENGUMUMAN PENGUMUMAN!!"
Aku berdiri di depan papan tulis, memperhatikan seluruh penghuni kelas dengan teliti. Mengenai hasil rapat minggu lalu tentang lomba antar kelas, aku sedikit kurang percaya diri, untuk bisa membuat kelas kacau ini menyandang juara inti.
"Perhatian semuanya!" Aku berteriak sambil menepuk tangan sekali, "aku mau kasih tahu hasil rapat kemarin, katanya...untuk setiap kelas, kita diminta untuk melakukan pertunjukan."
Walau mereka sering membuatku emosi, namun jika ada yang berbicara di depan seperti ini, teman sekelasku terlihat kompak memperhatikan satu sama lain.
"Daripada tidur, mending kita berunding, gimana baiknya, terus kita sekelas mau buat kontes apa?" Kia menghampiriku, sekretaris kelas itu sepertinya hendak membantu. "Aku gak mau kelas 2B kalah sama kelas sebelah. Ayo, kawan tujukan semangat kalian, kita pasti bisa bungkam mulut si Ryan-Keylara!" Sorakan riuh menggema, walau suara itu, aku yakin berasal dari para gadis sebagian.
"Seperti biasa, semuanya atur aja sama kalian para cewek." Aku menyipitkan mata, menatap tajam cowok berkacamata mata yang tengah menguap lebar. "Kita para cowok tinggal lihatin aja, kalian kan mandiri dan perkasa." Mereka para pria tertawa, kami selaku makhluk yang tak pernah salah pun membela diri, dua kubu lawan jenis kini saling menyoraki.
"Dasar wakil tidak berguna." Esa- si kacamata cekikikan, merasa kesal ku lempar saja pulpen ke arahnya. "Kalo gitu caranya, aku udah buat keputusan. Kelas kita bakal main drama, dan yang main cowok semua."
"SETUJU!"
"WUUUUUHHHH!!!"
Aku diseroki, para pria yang tadi terlihat tak tertarik perlahan menunjukkan protesnya. Aku pura-pura tuli, santai menyuruh Kia mencatat urutan peran di papan tulis.
"Judulnya Cinderella." Kataku riang, tertawa saat mereka- para pria terlihat misuh-misuh tak jelas. "Urutannya; Ibu Peri - Pangeran - Saudara tiri 1 - Saudara tiri 2 - Ibu Tiri- dan pemeran utama ... Ella!"
Kubu para gadis bersorak, terus mendukungku sebagai bentuk perwakilan emansipasi wanita.
"Sebelumnya aku mau kasih tahu dulu aturannya, kalian para cowok cukup meranin aja, untuk urusan kostum dan bantu latihan serahkan semuanya sama kita. Tim cewek, jadi crew, oke?"
"Siap!"
"Tunggu, oi!" Rama mengacungkan tangan, aku mengangguk mempersilahkannya bicara. "Berarti kita jadi cewek dong, kalo dramanya Cinderella."
"Betul."
"Enak aja!" Laska terusik, pria itu berdiri hendak memprotes lagi. "Sebagai ketua jangan seenaknya dong, ganti judul, apa-apaan drama Cinderella, perannya cewek semua. Gila aja, mau ditaro di mana nih, muka."
"Taro ketek sekalian." Aku dan lainnya sontak tertawa, Felly terbawa perasaan, gadis cantik itu bersidekap- menatap tajam Laska. "Cowok di kelas kita semuanya gak guna, tadi aja si Esa sebagai wakil, limpahin masalah lomba ke Mili semua. Kalian udah enak, tinggal meranin peran. Apa susahnya, sih, Ka?"
Laska terdiam, pria itu mencebik lalu kembali duduk di tempatnya. Kalah telak.
"Kenapa mesti Cinderella?" Aku terkekeh, Laska masih terus menggerutu sebal, "gak keren, guys. Duh, pengen jedotin pala rasanya."
"Pake lipstik, kan, pasti?" Misda bergedik, teman sebangku ketua geng rusuh itu terus mengompori. "Ngebayanginnya aja udah bikin ngeri."
"Bego!" Esa nimbrung, mengibaskan buku lalu berkipas ria, "jangan dibayangin. Ka, gimana nanti pas acara, kita bolos aja?"
"Esa!?" Cowok itu nyegir, memberi tanda ampun saat Kia memelototi. "Mau kena hajar?"
"Ampun sayang..."
Kembali, pria tak berguna itu kena hujatan, walau kerap jengkel melihatnya, teman-temanku cukup solid jika urusan kelas.
"Yang jadi Ibu Peri... aku pilih, Ai Ramaji Nara." Pria khas Jepang itu terjelongak, aku terkekeh saat Dias tertawa- terus meledeki Rama- teman sebangkunya. "Saudara tiri 1, Megumi Misda. Saudara tiri 2, Raden Adiang Maheswara. Yang jadi pangeran, hm... siapa, ya kira-kira?"
"Mahesa Sigit Triyana!"
"Sip, ide bagus, Kia." Lagi, aku menertawakan mereka. Esa dan Kia kembali terlibat pertengkaran manja.
"Tinggal Ibu Tiri sama Ella, ya?"
"Hm." Aku kebingungan, melirik Kia agar diberi masukan. "Siapa lagi, ya?"
"Pacar kamu aja, Mil?" Di bangkunya Eve ikutan bersuara, aku melotot saat sahabatku itu mencetus asal saja. "Dias belum kebagian peran, kan?"
"Iya. Dias aja. Cocok kayaknya didandanin. Pasti cantik."
Apa-apaan mereka ini?
Aku mengalihkan pandangan, Dias berkedip- pria itu hanya diam, ia sama sekali tak menunjukkan reaksi takut akan dipilih. Ahh, apa tak masalah, jika aku memintanya bergabung dalam pertunjukan drama nanti. "Dias mau ikutan?"
"Eh?"
"BU KETUA BUCIN!" Aku tersadar- berusaha menyangkal, semua pria di kelasku kini terlanjur salah sangka. "Giliran Dias ditanya, kita tadi asal pilih aja. Gak adil."
"WUUUUUHHHH!!!"
"Berisik!" Aku menahan tawa, kembali melirik Dias yang kini tersenyum sambil terus memperhatikan. "Bukan gitu maksudnya, jangan langsung serang seenaknya. Ish, kalian, ya? Oke, oke. Aku pilih Radias Kala jadi Ella. Puas kalian para jantan?"
Riuh.
Suasa kelas semakin rusuh.
Berbalik badan, aku menghitung semua pemeran. Tinggal satu yang belum ditempati, mengingat waktu lomba tinggal seminggu lagi, posisi ibu tiri harus segera di putuskan juga hari ini.
"Untuk ibu tiri..." Aku kembali berbalik, tak sengaja irisku melihat Laska yang tengah mengupil. Aku tersenyum- geli, memberi isyarat agar Kia segera mencatat. Laska di bangkunya terkejut, pria itu berdecak saat sekertarisku dengan lihai menulis namanya.
Aku tertawa.
"Alaskha Hardi Tutsajaya."
"Woy!"
***
Imej ketua geng malah jadi ibu tiri. Wkwkw.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pain(t) - 秘密
Teen FictionRomansa cinta masa muda. Banyak rahasia di baliknya? *** School-Romance. Warning 17++