Attaya menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. matanya terpejam sambil menahan panas yang mulai menyelinap dari pelupuk mata.
bukan tanpa alasan Attaya diselimuti kegalauan. tadi saat ia pergi makan dan berbelanja di sebuah Mall, Attaya menangkap sosok Kevin dan Karen sedang jalan bersama.
Dua jam sebelum ini, Attaya sudah mengirimi Kevin pesan terlebih dahulu untuk mengajaknya.
dipikirannya, apa yang dilakukan Kevin dan Karen berduaan di tempat umum? ada hubungan atau urusan apa mereka, sampai-sampai sudah beberapa hari ke belakang, Kevin selalu bersama dengan Karen di luar sekolah.
sontak saat itu juga, Attaya ingin pergi dari tempat tersebut.
dan disinilah sekarang ia berada.
tok tok
ketukan yang berbunyi dua kali itu terdengar dari balik pintu kamar milik Attaya. Ia membuka kedua matanya dan pandangannya saat itu sudah buram.
dengan cepat, Attaya menghapus sebulir air mata yang siap jatuh membasahi pipinya.
"sabar." gadis itu bangkit dan berjalan cepat ke arah pintu.
kemungkinannya ada dua. yang pertama, orang di balik pintu itu adalah bunda Erika, atau yang kedua, itu adalah Giano.
saat gagang pintu sudah bergerak ke samping, Attaya menarik nafas. berharap kalau sosok yang ada diambang pintunya bukan kemungkinan kedua.
Attaya membuka pintu secara perlahan. hanya sebelah wajahnya yang terlihat di depan pintu saat sosok Giano sudah berdiri sambil memakan sebuah apel merah.
baru saja ia ingin menutup pintu kembali, tangan Giano sudah menahan pintu tersebut. "talk to me." Giano mendorong pintu tersebut dengan bahunya yang sudah menempel di dinding pintu.
mau tidak mau, Attaya harus memberi izin saudara kembarnya tersebut untuk masuk. kalau tidak, mulut Giano yang keterlaluan menyebalkan itu akan bersuara kencang memanggil bunda Erika dan melaporkan kelakuan Attaya.
"ngapain sih?" Attaya memposisikan kedua tangannya di pinggang saat Giano sudah masuk dan melempar apel merah yang baru ia makan setengah ke tong sampah dekat meja belajar Attaya.
Giano menaikan sebelah alis saat wajahnya sudah kembali menatap Attaya sessaat ia berhasil melempar masuk apel ke tong sampah. "mau ngeliat lo yang lagi nge-drama."
Attaya mengernyitkan dahinya. "siapa yang drama?" mimik wajah gadis itu dibuat se-acuh mungkin.
"nenek lo." Giano maju beberapa langkah meninggalkan Attaya. laki-laki itu menjatuhkan bokongnya di ujung kasur.
Attaya memutar kedua bola matanya sambil menjatuhkan kedua tangannya ke samp[ng paha. " perlu gue ingetin lagi ya, Gi."
"nenek kita sama." belum sempat Attaya mengatakan hal tersebut, Giano sudah lebih dulu mengatakannya.
Attaya berdecak. ia berjalan pelan menyambangi Giano yang memperhatikan pergerakannya.
"jadi, kenapa lagi?" Giano kembali bersuara saat Attaya sudah duduk di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusi
Teen FictionSosoknya nyata. Namun mencintainya, lebih kepada delusi yang menyiksa. Ber-orientasi pada fakta bahwa tak selamanya intuisi itu benar adanya. (Re-make. Was Capsize)