sorak sorai yang berderu seolah menjadi bumbu dari pertandingan final sengit antara tim basket putra SMA Pelita Jaya dan SMA Harapan Bangsa.
keringat yang berkucuran pun sudah membasahi tubuh dari tiap pemain yang sedang berfokus penuh pada pertandingan.
skor sementara imbang. baik Harapan Bangsa maupun Pelita Jaya tidak ingin menyia-nyiakan tiap momen untuk mencetak angka.
Arkam yang sedari tadi membayang-bayangi Kevin pun terlihat agresif. ia dan kawan se-timnya tidak memberi ruang gerak pada anak laki-laki yang menjadi kapten tim lawannya tersebut.
sejak pluit awal berbunyi, sosok Kevin yang paling diincar. bukan karna ia adalah kaptennya. namun karna anak itu yang paling sering mencetak angka.
bola dioper ke arah Radit yang berada tak jauh dimana ring lawan berada. sontak fokus tim Pelita Jaya menyorot ke arah Radit.
tapi tidak dengan Arkam yang setia membayang-bayangi Kevin.
melihat peluang besar, Radit mengoper bola pada Kevin yang berdiri lebih dekat dari ring.
saat bola dioper, Kevin dengan sigap menangkapnya. namun di hadapannya kini sudah dihadang oleh Arkam.
anggota Pelita Jaya yang lain sibuk berjaga-jaga, membiarkan kedua kapten tim berhadapan memperebutkan bola.
waktu sebentar lagi habis. kedudukan skor milik Pelita Jaya hanya lebih besar satu angka dari Harapan Bangsa.
Arkam tidak memiliki pilihan lain selain dua pilihan yang menjamah otaknya beberapa detik yang lalu. pilihan pertama, ia membiarkan Kevin mencetak angka dan membuat skor imbang sehingga terjadi perpanjangan waktu.
Pilihan kedua, ia harus bermain kasar agar Kevin tak bisa mencetak angka.
Saking berpacunya dengan waktu, Arkam tak bisa berpikir secara matang hingga ia menjatuhkan pilihan ke opsi kedua.
Kevin yang benar-benar sedang berhadapan dan menaruh konsen penuh pada Arkam sebelum melempar bola ke arah ring, tiba-tiba mengambil arah kanan dan membuat lawannya refleks bergerak ke arah yang sama.
Intensi keduanya terlihat sangat tinggi saat Kevin dibuat tak berkutik oleh Arkam di bawah pengawasannya. Kevin tak mau membuang waktu, ia terus memanfaatkan dua puluh detik terakhir untuk bergerak.
Ia kembali mengarahkan bola ke arah kanan dan sebelum Arkam sempat menghadang, Kevin melempar bola ke arah ring. Namun setelah bola terlempar, entah maksud Arkam ingin menghalau atau tak sengaja bergerak refleks yang berujung pada malapetaka bagi Kevin.
Entah tak disengaja atau sangat disengaja, Arkam mendorong Kevin dari arah samping hingga keduanya terguling kecil. Namun posisi tangan kiri Kevin yang menjadi tumpuhan saat mereka terjatuh membuatnya harus menahan sakit karna bisa dilihat bahwa tangan kirinya mendarat di lantai dengan keadaan memutar.
*****
Giano memperhatikan Attaya yang dengan sangat antusias memutari mobil dan membuka pintu di samping kemudi.
Tadi saat Giano selesai berlatih Anggar untuk final besok, Attaya langsung mengajaknya ke SMA Pelita Jaya yang menjadi tuan rumah di ajang kompetisi olahraga tahunan SMA Swasta se-Jakarta Selatan tersebut.
Ia tahu bahwa Attaya tidak mau ketinggalan sedikitpun menyaksikan Kevin di lapangan basket.
Giano pun membuka pintu kemudi. Ia melirik Attaya sambil tersenyum jahil.
Saat menyalahkan mesin dan melepas rem tangan, Giano mulai membuka percakapan sambil mengeluarkan mobilnya dari parkiran. "Jadi, udah baikan sama Kevin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusi
Teen FictionSosoknya nyata. Namun mencintainya, lebih kepada delusi yang menyiksa. Ber-orientasi pada fakta bahwa tak selamanya intuisi itu benar adanya. (Re-make. Was Capsize)