Attaya memperhatikan pergerakan Shelinda yang sedari tadi terlihat bingung.
jam telah menunjukan pukul dua siang, seluruh murid di kelasnya sudah meninggalkan tempat. kecuali Shelinda dan Attaya.
"lo nyariin apaan Shel?"
Shelinda menoleh ke arah Attaya yang duduk satu meja di depannya. Ia mengernyitkan dahi sambil berdecak. "pulpen yang baru gue beli, mana ya?" ucap anak itu sembari mengangkat tasnya yang diletakan di atas meja.
"jatoh kali, coba cari yang bener." Attaya membungkukan badannya ke bawah. tepat di depan meja Shelinda.
"Kesel deh, pulpen baru beli langsung ilang!" Shelinda juga melakukan hal yang sama. ia mencari pulpennya di lantai. namun berbeda dengan Attaya, Shelinda melihat sepasang kaki yang menggunakan celana abu-abu, berjalan mendekat ke arah meja Attaya.
sontak ia menaikan badannya dan menemukan sosok Kevin sedang berdiri tepat di samping Attaya yang sedang membungkuk mencari pulpen milik Shelinda.
Kevin melirik Shelinda. seakan memberi tanda bahwa ia meminta bantuan gadis itu untuk menyadarkan Attaya atas kehadiran Kevin.
seakan mengerti akan hal itu, Shelinda berdeham sambil mengarahkan tangannya ke bahu Attaya. ia mengetuk bahu gadis itu dua kali. "Ta," ucapnya. "bangun deh."
Attaya langsung menaikan badannya dan menatap Shelinda polos. "udah ketemu ya?"
Shelinda menggeleng sambil memasang ekspresi datar. ia menunjuk ke sisi sebelah kiri Attaya. tepat dimana Kevin berdiri.
Attaya yang memang belum menyadari keadaan Kevin pun, langsung menoleh ke arah tersebut.
awalnya gadis itu memasang ekspresi sedikit terkejut melihat Kevin sudah berada disana. namun sepersekon kemudian, ekspresinya dibuat sedatar mungkin.
Shelinda yang merasa canggung akhirnya angkat suara. "gue cabut dulu ya, mau nemenin Inne ketemu Chandra." padahal, Inne sedang berada di ruang guru karna telat mengumpulkan tugas Matematika.
Attaya melotot ke arah Shelinda. ia tau kalau temannya itu hanya alasan.
Shelinda seakan tidak menggubris bahasa tubuh Attaya. ia malah berdiri dan mengambil tasnya. lalu gadis itu berjalan setelah tersenyum pada keduanya.
Attaya langsung membalikan badan dan merapihkan isi tasnya dengan cepat. melihat pergerakan tersebut, Kevin berdeham. "maaf," ucapnya. "gue tau kalo lo marah sama gue."
seakan tak peduli dengan ucapan Kevin, Attaya tetap melanjutkan pergerakannya tanpa menggubris laki-laki itu sedikitpun.
"Ta," panggil Kevin saat ucapannya tak mendapat respon. "maaf."
masih, Attaya masih tak merespon ucapan Kevin barusan. Ia lebih memilih untuk memakai tasnya dan bergegas untuk pergi.
Kevin yang melihat akan hal tersebut, hanya diam dan membiarkan Attaya berjalan meninggalkannya.
menurut laki-laki itu, Attaya butuh waktu untuk sendiri. dan mungkin, dengan membiarkan emosi gadis itu menguap untuk sementara, Kevin harus mengalah.
*****
saat langkah Attaya menyentuh pintu keluar kelasnya, gadis itu mengira bahwa Kevin akan mengejarnya dan memberikan penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusi
Teen FictionSosoknya nyata. Namun mencintainya, lebih kepada delusi yang menyiksa. Ber-orientasi pada fakta bahwa tak selamanya intuisi itu benar adanya. (Re-make. Was Capsize)