"Kim Myung Soo. Bicara lah. Apa kau sudah mulai tuli sekarang?" Bentak Jong Soo pada anak kecil yang duduk di atas lantai. Ia sudah berkali kali memberikan pertanyaan namun tidak mendapat jawaban.
"Aa..a..." Myungsoo mengepalkan kedua tangannya. Dan badannya kini gemetaran. Ia menangis terisak. Karena bagaimana pun. Ia sudah kehilangan suaranya. Sampai petirpun menyambarnya Ia tidak akan bisa berteriak meminta tolong
Melihat gerakan Myungsoo, JongSoo berjalan mendekat dan membuat Myungsoo berdiri sementara Ia meletakkan lututnya pada lantai mensejajarkan mereka. Ia memegang ke dua bahu putranya
"Myungsoo, myungsoo? Apa yang terjadi padamu? Apa tenggorokanmu sakit"
Ia hendak menjawab namun tetap saja percuma. Ia hanya menangis dengan buliran air mata deras.
"Sial. Aku di kutuk. Panggilkan tabib paling pintar. Sekarang juga" Titah Jongsoo. Kemudian Ia baralih pada putranya
"Kau mendengar ayah, Soo?" Myungsoo mengangguk "Sekarang ayah akan berusaha mengobatimu. Jadi jangan menangis lagi" Jongsoo memeluk putranya yang masih terisak itu. "Astaga..." Keluhnya. Ia tidak tahu bagaimana bisa Myungsoo tidak mengeluarkan suara.
Tidak lama tabib pun datang. Dan mulai mencoba mengobati penyakit yang menimpa Myungsoo hingga berakibat kehilangan suara. Tetapi, merasa langka. Beberapa tabib gagal untuk mengembalikan suara anak itu. Dan di saat itu Sang Raja pun mulai merasa gelisah. Bisa saja Ia di turunkan dari takhta karena memiliki anak cacat suara. Myungsoo adalah pemerusnya nanti. Jika sudah begini. Bagaimana bisa Ia membuat anaknya jadi penerus. Bahkan suara saja Ia tidak miliki lagi. Bagaimana mau jadi pemimpin.
Permohonan demi permohonan dari para kolega Manteri pun di ajukan. Isu tentang Pangeran Myungsoo kehilangan suara telah tersebar. Mereka semua menginginkan bahwa myungsoo harus di asingkan. Karena akan berdampak buruk bagi kerajaa. Dan ada yang beranggapan bahwa Myungsoo kena kutukan.
Di karenakan tidak bisa menolak semua ajuan yang datang padanya dan juga semua permohonan. Ia menindak lanjut dan menyetujui bahwa Myungsoo akan segera di usir dari Istana.
Tapi Ia tidak tahu bahwa Myungsoo akan di asingkan di sebuah desa yang memiliki penyakit langka. Hatinya berdesir. Ia merasa ayah paling kejam di dunia. Ia semakin merasa bersalah pada Istrinya, Lee Sohyun. Karena tidak bisa melindungi putra mereka. Ia terlalu di butakan oleh Hong Suri. Hingga ia menuruti semua perkataan wanita itu.
Dan di hari pengiriman Myungsoo ke desa itu. Jiwon terus menangis dan tidak rela berpisah dengan kakaknya. Ia terus meronta saat beberapa pelayan menahannya agar tidak berlari ke arah anak itu.
Sementara Myungsoo, berjalan dengan kaki tanpa alas. Air matanya terus mengalir deras membasahi wajahnya. Kedua tangannya di pegang oleh penjaga takut bahwa bisa saja Ia kabur. Ia menoleh ke belakang dan menatap Sang Ayah yang memilih membuang muka di banding melihatnya.
Sementara ia menatap Jiwon yang terus menangis seraya memanggil namanya. Hatinya ikut robek melihat adiknya itu. Ia juga tidak mau berpisah dengan Jiwon. Tapi apa yang harus Ia lakukan.
Sementara, Wanita yang di payungi seraya menggendong bayi itu tersenyum kemenangan ke arahnya. Ia tersenyum smirk. Kemudian membalikkan badan. Ia merasa sudah cukup memandangi pemandangan itu. Karena tikus penghalang sudah Ia usir semua dari Istana
Myungsoo kembali menatap ke arah depan. Ia akan sendirian sekarang. Orang yang Ia cintai akan jauh darinya. Semua meninggalkannya. Dengan berat hati Ia terus melangkah dan air mata itu seakan enggan untuk berhenti. Sehingga buliran bening itu mengalir deras
"Eomma hiks– ayah, membuangku."
- VOICE -
KAMU SEDANG MEMBACA
VOICE [END]
RandomSuara? Suara? Suara? Menyakitkan, menyedihkan, membahagiakan, dan memilukan. Kisah dimana seorang yang kehilangan suara. Namun masih dapat bertahan di tengah pedihnya dunia yang kejam. Voice-