Wanita itu terlihat menggeliat dalam tidurnya. Ia resah dan kepalanya berputar ke kiri dan kekanan seolah Ia sedang bermimpi buruk. Keringat sudah bercucuran di sekitar pelipisnya. Dan nafasnya sudah memburuh. Tangannya terkepal bahwa Ia ingin segera mengakhiri mimpi buruk itu.
"Tidaaakkk!!"
Ia memekik kemudian terduduk di atas ranjang. Ia menarik nafas perlahan lalu menghembuskannya. Kepalanya berputar menyelusuri ruangan tersebut, dan ia bernafas lega bahwa ia sedang berada di kamarnya. Tangannya mengusap wajahnya yang basah akibat keringat.
"Ra–tu, Ra–tu, Selamatkan aku, Ratu–"
Ia mulai bergidik saat mendengar samar-samar suara gadis kecil yang meminta tolong padanya. Ekor matanya menatap ke sekeliling namun tidak menemukan siapapun. Semua gelap dan hanya ada satu penerangan lilin yang menyala di dekat ranjang.
"Kenapa kau membunuhnya Ratu, selamatkan Ratu Sohyun..jangan bunuh aku juga Ratu Hong–"
"Arrghh, tidak! Pergi kau. Pergi!" Pekik Hong seraya menutup ke dua telinganya lalu menggelengkan kepalanya berkali-kali. Dan meyakinkan dirinya bahwa itu hanya alusinasinya.
"Ratu Hong, Ratu Hong–"
"Diam. Pergi kau, kau sudah mati. Jangan datang padaku lagi Hyeri. Aku sudah membunuhmu. Cepat pergi ke neraka!"
Hong masih menutup telinganya dan menggeleng namun dengan mata tertutup rapat. Ia tidak percaya bahwa bocah 17 tahun lalu kembali lagi. Ia sudah mati dan membusuk di tanah, tidak mungkin Ia datang.
"Ratu Hong–"
"Pergi, aku tidak membunuh siapapun. Pergi kau sialan–"
"Ck, tidak membunuh siapapun. Kau sangat pintar akting Ratu Hong–"
Hong menghentikan aktifitasnya kemudian perlahan membuka mata dan menatap pria yang berdiri menjulang di sana. Akibat penerangan yang begitu redup sehingga dia sedikit susah mengenali wajah pemuda itu.
"Siapa ka–u?"
"Aku siapa? Hahaha– kau lucu dengan suara gemetar seperti itu Ratu Hong. Kau tidak mengenali ku?" Pria itu Myungsoo, berjalan mendekat ke arah ranjang dengan senyum miring ala dirinya "Kau sudah lupa padaku? Orang yang ingin kau singkirkan demi mengangkat putra haram itu–"
"Beraninya kau– keluar! Sebelum aku panggilkan penjaga–"
"Panggil lah, kemudian kau harus berteriak sekuat tenaga mu. Dan jika perlu panggil putra haram itu ke sini. Ah, aku bisa saja menendang keluar kau dan putramu. Aku tidak sudi harus bertarung demi takhta. Hanya satu tendangan saja, akan ku pastikan kau dan putramu di tendang keluar istana. Ah, apa sebaiknya aku melakukan hal yang sama. Mengasingkan kalian di desa penuh penyakit. Yah, sepertinya terdengar sangat seru–"
"Dasar bedebah, keluar kau sialan! Siapapun di sana cepat kemari. Seret pemuda itu dari sini"
"Hahaha– teriaklah sesuka hatimu Ratu Hong. Tapi ingat, tunggu dan lihat saja Ratu Hong!" Myungsoo berjalan mundur dan menghilang dari pandangan Hong
Wanita itu celengak celenguk mencari keberadaan pemuda itu tapi tidak menemukan siapapun. Tidak mungkin ia beralusinasi. Ia melihat pemuda itu sangat nyata, tapi kemana semua penjaga. Kenapa tidak ada yang muncul saat ia berteriak.
"SIALAN!!!"
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
VOICE [END]
RandomSuara? Suara? Suara? Menyakitkan, menyedihkan, membahagiakan, dan memilukan. Kisah dimana seorang yang kehilangan suara. Namun masih dapat bertahan di tengah pedihnya dunia yang kejam. Voice-