3

3.2K 314 31
                                    

Jungkook mencoba untuk membuka matanya, terasa sangat berat ditambah lagi dengan kepalanya yang masih terasa agak sakit, Mengerjap beberapa kali. Ruang tamu, tubuhnya masih berada diruang tamu namun sebuah selimut membalut tubuhnya. Tubuhnya masih setengah terbaring diatas sofa berwarna putih yang kontras dengan selimut hitam tebal yang membalut tubuh terbentuknya,
Mengerenyit saat menemukan sebuah selimut lain dengan warna senada sofa terlipat rapi diatas meja kaca dihadapannya. Bangkit dari posisinya sambil memegangi kepala yang terasa berdenyut, baru menyadari jika jasnya sudah terlepas dan hanya tersisa kemeja merah yang dikenakannya semalam sebagai pembalut tubuh. Melangkahkan kaki menuju dapur dengan mata masih setengah terpejam. Membuka pintu kulkas sekedar untuk mengambil air putih dingin kemudian membawanya ke meja makan lalu meneguknya. Mata yang masih setengah terpejam membuatnya tak begitu memperhatikan kondisi sekitarnya. Tak sadar kalau sejak tadi ada sosok lain yang tengah sibuk dengan kompor milik Jungkook.

"Oh, kau sudah bangun?" Sebuah suara lembut memasuki pendengaran Jungkook, membuat pria bermarga Jeon itu mengerjap beberapa kali memastikan ia tak salah dengar ataupun dalam kondisi halusinasi.

"Selamat pagi, dan ini kopi untukmu~" Tidak, telinga Jungkook tidak sedang bermasalah. juga sedang tidak halusinasi karena secangkir kopi hitam kini sudah tersaji dihadapannya. Tentu saja hal ini dengan sukses membuat mata kelinci tampan itu terbuka sepenuhnya, rasa kantuknya juga sudah menguar entah kemana.
Jungkook berdiri dari posisinya, dan membalikkan badan. entah waktu yang berhenti atau hanya tubuhnya yang membeku, yang jelas saat ini ia hanya terdiam pada posisinya. Retina matanya jelas-jelas menangkap sosok lain dalam ruangan itu, sosok berpakaian serba putih yang untungnya masih memiliki kaki yang menapak lantai, ingat ia sedang dalam rumah jadi menapak lantai bukan tanah. Sosok serba putih itu membawa dua buah piring berisi telur, sosis dan roti bakar ditangannya. Jungkook masih memasang wajah datar saat sosok serba putih memberikan sebuah senyuman kemudian berjalan melewatinya menuju sisi lain meja makan lalu meletakkan kedua piring itu diatasnya. Mata tajam beriris jelaga itu terus mengikuti setiap langkah sosok serba putih yang kini melangkahkan kakinya dengan ringan menuju kulkas, belum sempat tangan kurus sosok itu membuka pintu kulkas ia sudah dikejutkan dengan Jungkook yang entah bagaimana sudah berada didekatnya, merubah arah tubuhnya hingga kini berhadapan dan terkungkung oleh tubuh tegap si kelinci tampan itu.

"Kau.. setelah apa yang kau lakukan tadi malam, kau masih berani muncul dihadapanku?" Jungkook memerangkap sosok serba putih yang ternyata adalah si gadis Kim yang sudah dipungutnya dari klub tadi malam.

Taehyung hanya mengerjapkan matanya, membuat wajah selugu mungkin, "memang apa yang sudah kulakukan.." Membuang pandangan dari tatapan tajam pemuda Jeon.

"Apa yang kau lakukan katamu?" Jungkook makin memojokkan Taehyung, tubuh besarnya makin menghimpit tubuh kurus Taehyung yang kini tersandar pada kulkas.

"Aku bahkan masih dapat merasakan nyerinya dikepalaku! Beraninya kau bertanya apa yang sudah kau lakukan!"
Taehyung membelalak, bagaimana tidak reaksi yang diberikan Jungkook sangat mengejutkan. Saat ini tangan besar Jungkook tengah menggenggam atau lebih tepatnya mencekik leher Taehyung, membuat kepalanya terpaksa mendongak dan nafasnya terasa tercekat, tidak lupa dengan wajah sangarnya yang kalau boleh jujur hampir membuat Taehyung kehilangan nyali.

"Ss.. sakithh.. lepashh!"
Nyali Taehyung memang terasa menciut, tapi insting bertahan hidupnya sungguh kuat. Meski dalam kondisi terpojok dan kesulitan bernafas, nyatanya Taehyung sama sekali bukan gadis yang akan pasrah diam hingga mati tercekik. Kakinya dengan gesit bergerak,

"Arghhh!!!" Sukses menghasilkan sebuah raungan dari Jeon Jungkook, sebab gerakan gesit kaki Taehyung yang berbuah sebuah tendangan lutut bersarang pada aset kebanggaan Jungkook sebagai lelaki. Tangan yang mencengkram pada leher Taehyung langsung berpindah posisi memegangi asetnya, bahkan kini kelinci tampan itu sudah meringkuk kesakitan dilantai. Taehyung sempat terpaku sejenak dengan hasil kerja kakinya, apa ia menendang terlalu kuat?

De Rode DraadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang