12

1.5K 178 8
                                    

12

"Kau bahkan baru kembali beberapa saat dan sudah membuat kekacauan sebesar ini, aku sungguh tidak mengerti jalan pemikiranmu Park Chanyeol!" Suara tuan Park terdengar dingin.

Chanyeol hanya diam mendengarkan ucapan sang ayah. Si bungsu dari Park bersaudara ini masih betah dengan tatapan kosongnya. Semenjak meninggalkan lokasi pesta sepertinya otaknya masih tak jua mampu memproses apa yang terjadi dengan baik.

"Aku sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiranmu, apa kau berniat kembali ke Korea hanya untuk mempermalukan nama keluargamu huh?" Tuan Park kembali berucap, tatapannya masih tajam pada sang bungsu.

"Ayah, kupikir setidaknya biarkan dia menjelaskan terlebih dahulu apa yang terjadi." Kali ini Jungsoo—si sulung Park—yang berucap, mencoba menenangkan sang ayah yang sepertinya sudah sangat kesal pada sang adik.

"Memang apa yang bisa dijelaskan oleh bocah ini Jungsoo-ah, aku bahkan tak yakin ia paham dengan permasalahan apa yang akan dihasilkan dari kelakuannya tadi." Suara tuan Park terdengar sinis.

"Ah, dan satu lagi. Dimana putramu? Kurasa aku juga perlu bicara dengannya." Lanjutnya kemudian.

"Maaf ayah, aku sejak tadi berusaha menghubunginya, tapi Jimin tak juga menjawab panggilanku.." Soonkyu—istri Jungsoo—berucap takut-takut. Sang mertua yang sedang tidak dalam mood baik jelas bukan hal yang Soonkyu sukai.

"Tenanglah sedikit yeobo.. cucuku pasti akan segera datang dan berhenti menatapi putraku seolah kau ingin memakannya." Nyonya Park buka suara.

"Chanyeol-ah, bicaralah.." Nyonya Park mengelus punggung sang bungsu, mencoba memberi ketenangan pada sang putra yang memang nampak kalut.

Chanyeol menatap sang ibu, "Aku bahkan bingung harus bicara apa eomma." Chanyeol akhirnya buka suara, setelah sekian lama seolah kehilangan kemampuan bicaranya.

"Sekarang jelaskan pada eomma, siapa gadis itu? Darimana kau mengenalnya?" Nyonya Park menatap lembut sang putra.

"Aku mengenalnya secara tak sengaja, saat aku baru kembali dari Amerika dan mengunjungi Aprtemen Jimin, dan yeah aku merasa sangat tertarik dengan gadis itu bahkan sejak pertama kali melihatnya."

"Lalu?" Tatapan nyonya Park jelas menuntut penjelasan lebih dari sang putra.

"Lalu jalang kecil itu mulai mendekatimu? Cih!" Tuan Park berucap sinis.

"Appa! Dia adalah putriku!" Chanyeol tidak mengerti kenapa ia kini malah mengangkat suaranya pada sang ayah.

"Putrimu? Darimana kau yakin heh?" Tuan Park masih setia dengan nada sinisnya.

Chanyeol diam, jujur ia tidak tahu bagaimana harus menjawab sang ayah. Darimana iya yakin? Ia tak tahu. Taehyung adalah putrinya sama sekali bukan hal yang pernah ia bayangkan. Namun, entah bagaimana Chanyeol tidak bisa menyangkal. Ada sesuatu dalam dirinya yang tidak mampu mendustakan hal itu, mungkin ini adalah alasan kenapa selama ini ia merasa memiliki keterikatan dengan gadis Kim itu. Bukankah orang-orang selalu mengatakan bahwa darah itu lebih kental dari air?

Chanyeol pikir ia jatuh cinta dengan gadis pemilik senyum kotak itu. Bagaimana ia merasa begitu nyaman didekatnya, bagaimana ia merasa perlu melindungi gadis itu, bagaimana ia merasa begitu terikat dengan sang gadis. Namun, sepertinya ia salah mengartikan asanya. Rasa yang ia miliki nyatanya bukan cinta antar pria dan wanita seperti yang ia yakini, namun ini adalah rasa yang muncul sebab ikatan darah yang mungkin memang benar adanya antara dirinya dengan si gadis Kim.

Tapi, tetap saja. Tidak ada bukti kuat yang menyatakan bocah Kim itu adalah putrinya. Selain feelingnya yang selalu begitu kuat tentang anak itu, dan fakta bahwa si gadis adalah fotocopy dari sang cinta pertama—Kim Baekhyun.

De Rode DraadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang