Star 8

85 3 0
                                    

Malam ini langit begitu gelap dan mulai terdengar petir yang menderu sebagai prolog akan datangnya hujan. Mungkin semua orang diluar sana akan mengutuk langit malam ini yang begitu kelabu dan dengan seenaknya merenggut malam minggu mereka yang mungkin akan dihabiskan dengan orang-orang terkasih mereka.

Aku memandang langit kelabu yang mulai membasahi bumi dengan rintikan-rintikan hujan yang jatuh begitu kasar menimpa permukaan tanah dari balkon kamarku.

Malam ini begitu pekat, tidak ada bulan maupun bintang yang menghiasi langit sekedar sebagai pemanis kelabunya malam ini.

Aku menghirup nafas dalam-dalam. Aku sangat menyukai aroma tanah yang baru saja dibasahi hujan. Aroma yang begitu nyaman dan menentramkan hati. Aroma yang hanya akan aku temui saat hujan mulai membasahi bumi.

Toktoktok.

Aku mengalihkan pandanganku menuju pintu kamarku yang bertengger dengan indah. Menunggu seseorang untuk membukanya dan menampilkan siapa yang mengganggu ketentramanku tadi.

"Masuk." Balasku singkat lalu mengalihkan pandanganku lagi menuju rintikan hujan dihadapanku.

Ceklek.

Pintu pun terbuka dan aku merasakan seseorang berjalan kearahku. Aku hanya diam tak bergeming dan tidak mengalihkan pandanganku sama sekali. Menunggu seseorang dibelakangku untuk memulai percakapan.

"Kak. Kak Moses dari tadi sore ada di rooftop. Aku khawatir kak. Rooftop kan kalau hujan gini, dinginnya banget-bangetan." Ucap Elmo dengan nada khawatir.

Aku mengerutkan dahiku. Iya. Hari ini memang Moses menginap lagi dirumahku. Aku? Aku tidak bisa menolak karena ini permintaan Elmo dan Mama dengan senang hati mengizinkannya terlebih Papaku tadi pagi pergi ke luar kota karena ada urusan pekerjaan.

Aku heran. Orang rumah sudah sangat menyukai Moses hanya karena kejadian kemarin.

Aku bangkit dari dudukku. Dan menghela nafas lelah.

"Kamu kenapa baru bilang? Lagian ngapain sih dia di rooftop."

Aku berjalan menuju tempat tidurku dan mengambil jaket yang berada diatasnya. Melirik jam yang ada dinakas samping tempat tidurku sekilas. Sudah jam 9 malam? Dan Moses berada di rooftop sejak sore? Apa dia sudah gila? Huft. Aku pun memakainya lalu beranjak menuju pintu.

"Aku tadi kerja kelompok dirumah Haris. Dan pas pulang aku ngga ngeliat kak Moses dikamar."

"Kenapa ngga kamu aja yang nyamperin, El?" Aku berbalik dan menaikan satu alisku menuntut penjelasan saat aku telah bersiap membuka pintu kamarku.

"Aku udah nyamperin kak. Tapi kak Moses mendadak kayak orang linglung gitu, tatapannya kosong kedepan dan ngga jawab semua ucapan aku kak. Aku khawatir sama kak Moses, takutnya dia kenapa-kenapa."

Aku mengerutkan dahi. Lalu seperdetik kemudian berlari keluar pintu kamar dan berlari kecil menuju rooftop.

"Mos?" Aku telah sampai di rooftop. Gelap. Dingin dan sunyi. Aku mengusap tengkukku gelisah.

Hening. Tidak ada jawaban sama sekali. Aku tidak bisa melihat apa-apa. Disini sangat gelap sekali.

Jederrrr.

Aku menahan nafasku dan menutup mata takut saat suara petir menggema seakan ingin membelah langit. Aku rasakan tubuhku melemas. Akupun luruh ke lantai rooftop.

Aku takut. Hanya satu kata itu yang memenuhi seluruh kerja otakku saat ini. Aku memeluk tubuhku sendiri. Dingin. Tubuhku bergetar hebat.

"Mo..s." Ucapku bergetar.

StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang