Star 10

81 4 0
                                    

Sudah hampir satu minggu dari hari dimana aku tersadar dari koma panjangku. Seminggu ini Moses dan Elmo selalu berusaha memulihkan keadaanku, mereka bilang aku mengalami amnesia ringan. Mereka bilang, aku akan merasa sangat familiar dengan sesuatu yang aku lupakan. Dan hanya dengan mengingatkan dan menjelaskan beberapa kejadian yang aku alami itu barulah aku akan mulai mengingat semuanya.

Kata dokter ingatanku cukup kuat jadilah aku sepertinya akan sembuh dengan cepat dari amnesia ini. Terlebih orang-orang terdekatku sangat pantang menyerah saat aku mulai bosan dengan penjelasan mereka dan aku tidak mengingat sedikitpun dari apa yang mereka jelaskan itu.

Aku duduk sendirian disebuah bangku ditaman belakang rumah sakit. Bangku taman ini sangat strategis. Aku dapat melihat keseluruhan objek yang ada ditaman dari sini. Bonus pohon rindang yang berada disampingnya.

Aku tersenyum saat merasakan angin mulai berhembus dan menggugurkan beberapa anak daun dari pohon ini. Anak rambutku mulai berterbangan liar akibat hembusan angin yang menerpa silih berganti disore hari yang cerah ini.

"Hay." Aku dapat mendengar ucapan seseorang dari belakangku. Aku menoleh untuk melihat seseorang yang menyapaku dengan ucapan hay nya tadi.

Aku mengerutkan dahiku. Aku dapat melihat seseorang dengan jas putih lengkap dengan kemeja berwarna biru muda yang bertengger pas ditubuhnya, tak lupa celana bahan berwarna senada dengan jas yang ia kenakan. Sudah dapat aku pastikan bahwa dia seorang dokter dirumah sakit ini. Tapi siapa? Apa dia mengenalku?

"Siapa?" Tanyaku padanya.

"Ngga disuruh duduk dulu nih?" Ucapnya yang justru balik bertanya.

Aku memutar bola mataku malas. Lalu membalikkan tubuhku tanpa menjawab pertanyaannya.

"Kamu ngga berubah ya, haha." Ucapnya sambil tertawa renyah yang lalu duduk disebelahku.

"Ngga berubah? Memangnya Anda siapa bilang saya seperti itu? Saya tidak mengenal Anda." Ucapku sesaat setelah dia duduk dengan sempurna disampingku.

"Tapi saya mengenal Anda." Ucapnya sambil memamerkan senyuman manisnya. Untuk seorang dokter mungkin umurnya masih terbilang muda. Wajahnya juga tampan dan rahangnya yang tegas seakan membuatnya semakin terlihat tampan dan berwibawa. Mungkin bagi para wanita yang melihat senyumannya itu akan melting di tempat. Dan aku? Justru mengalihkan pandanganku dengan malas.

"Penting?" Balasku malas.

"Bintang redup yang cahayanya hanya mampu menerangi seseorang?" Ucapnya lalu menatapku sambil menaikan satu alisnya.

Aku meliriknya sekilas. Aku sangat menyukai bintang. Sangat. Moses dan Elmo telah berhasil membuatku mengingat segalanya tentang bintang. Papaku juga menjelaskan bagaimana dulu pertama kali aku menyukai bintang. Dan aku familiar dengan kata-kata itu karena aku rasa aku pernah mengucapkannya. Tapi dimana? Dan bagaimana orang ini tahu kalau aku menyukai bintang redup. Ah bukan, aku menyukai semua jenis bintang yang ada dihamparan langit malam. Karena bintang selalu menjadi pemanis langit dimalam yang pekat. Tapi aku memilih menjadi bintang yang redup dan kasat mata. Ah ya. Itu memang prinsipku kan?

"Bagaimana Anda tahu?" Tanyaku dengan suara yang sangat dingin.

"Saya Morgan."

"Baiklah Dokter Morgan. Tapi saya tidak menanyakan nama Anda, melainkan bagaimana Anda tahu mengenai bintang redup itu?"

"Sudah saya bilang. Saya mengenal kamu Elera." Ucapnya membalas pertanyaanku yang aku rasa jawabannya itu sangat kurang memuaskan.

"Tapi saya tidak mengenal Anda." Ucapku lagi.

"Kalau begitu sekarang kamu mengenal saya kan?"

"Ck. Terserah." Ucapku malas. Sebenarnya dia itu siapa sih?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang