Aku menatap nanar kearah lorong panjang dengan cahaya menyilaukan yang ada disana. Lorong panjang yang mungkin tak ku tahu ujungnya dimana. Disatu sisi aku penasaran dengan apa yang ada diujung sana. Disisi lain, aku merindukan Moses, Elmo, dan juga Papa dan Mamaku. Aku sangat merindukan mereka.
Akupun memutuskan untuk duduk memeluk lututku disatu sisi lorong tersebut. Aku menghela nafas lelah. Aku ingin pulang. Ini bukan tempatku. Tanpa kuasaku tangisku pecah.
Sebenarnya aku ada dimana? Tanyaku lebih pada diriku sendiri karena tidak ada seorang pun disini.
Sebuah tangan terjulur kepadaku. Aku mendongakkan kepalaku untuk sekedar melihat wajahnya.
Seorang gadis cantik tersenyum tulus kepadaku sambil menjulurkan tangan putih nan mungilnya. Wajahnya begitu manis walaupun terlihat sangat pucat. Aku mengangkat alisku tak mengerti. Aku bahkan tak melihat siapapun tadi. Dan dia dengan tiba-tiba datang kemari.
"Kak?" Dia mengeluarkan suara lembutnya yang mampu menyadarkanku dari lamunan anehku.
Dengan ragu aku mengamit tangannya yang terasa begitu dingin digenggamanku.
"Aku Azka." Ucapnya setelah aku dengan sempurna berdiri disebelahnya. "Aku yang tadi kakak lihat di rooftop." Lanjutnya.
"Rooftop?" Aku mengerutkan dahiku tak mengerti alur pembicaraannya.
Dia tersenyum penuh arti. Namun akupun tak mengerti apa arti dari senyumannya itu.
"Maaf udah buat kakak khawatir soal Kak Moses." Ucap Azka lalu menghela nafas panjang.
"Aku tak mengerti." Aku hanya menundukan kepalaku dan mulai duduk ditempat yang kududuki tadi. Azka pun mengikutiku dengan duduk disampingku.
"Aku kesepian kak. Makanya aku seneng banget pas Kak Moses ke rooftop." Ucapnya lirih. "Elmo udah ngga pernah ke rooftop lagi kak. Aku ngga tau apa alasannya. Tapi aku sedih saat itu. Aku merindukan Elmo. Aku butuh teman kak." Lanjutnya sambil menunduk dan mulai menghapus air mata yang dengan seenaknya turun dari mata beningnya.
"Sebenarnya kamu itu siapa? Dan, kamu kenal Elmo?" Tanyaku penasaran, namun ada rasa takut juga yang menjalari diriku.
"Aku Azka kak. Aku kan tadi udah bilang kalau aku Azka." Dia tersenyum ramah. Apa dengan sebegitu mudahnya moodnya bisa berubah? Atau senyumannya itu hanya fake smile belaka?
"Fake smile? Haha. Aku bahkan udah sangat lupa caranya tersenyum kak, saking seringnya nge-fake smile." Ucap Azka. Eh? Dia bisa membaca pikiranku? Aku bergidik ngeri membayangkannya.
"Ngga usah takut kak. Aku bukan monster kok." Ucapnya. Masih dengan senyuman ramah diwajahnya.
"Kamu bahkan belum menjawab pertanyaanku." Ucapku masih dengan wajah tegangku yang mungkin lebih terlihat seperti ekspresi takut.
"Yang mana kak? Elmo?" Tanyanya yang langsung aku balas dengan anggukan mantap.
"Elmo itu... Hhh. Dia ngga bisa dijelasin dengan kata-kata kak. He's so special for me." Aku dapat melihat kilatan kesedihan dari mata Azka. Special? Emangnya Elmo martabak ya?
"Kakak waktu kelas sebelas ngekos ya?" Tanya Azka padaku.
Ah iya. Aku memang memutuskan untuk tidak tinggal dirumah dan menyewa kamar kos didekat sekolahku. Alasannya sih karena ingin belajar untuk mandiri, selain itu juga Nadiva, teman sekelasku merangkak jadi teman sebangku ku bahkan sahabatku menyewa kamar kos disana jadilah aku berinisiatif menyewa kamar kos disebelah kamarnya agar kami lebih sering bersama. Karena tepat saat rapor kenaikan kelas dua belas dibagikan dia pindah ke Lampung. Dan akhirnya aku kembali lagi untuk menetap dirumahku yang sebebarnya tidak terlalu jauh juga dari sekolahku. Hanya sekitar 20 menit perjalanan.