Prologue

10.9K 1.1K 378
                                    

   “Sialan! Apa yang kau lakukan!?”

Seruku yang tengah berjalan menuju sekolah, terdapat beberapa preman yang mengacau. Mereka menghancurkan kebun cabe rawit milik sahabatku, Delyo si Anak Cabe.

   “Wah-wah... ada pahlawan kesiangan, ini sudah jam 07.48.”

Ada empat orang yang mengacau, mereka orang yang biasanya kabur dari sekolah dan membuat kekacauan. Biasanya kuhiraukan mereka, tetapi jika mereka menyangkut tentang diriku atau temanku maka beda lagi ceritanya.

Dua orang datang menghampiriku, kulempar tas milikku ke arah mereka. Berlari cepat dan menendang wajah orang yang kulempar dengan tas.

Temannya mengayunkan pukulan padaku, pukulannya tepat di pipiku karena pijakanku terasa berat setelah menendang.

*Srakk

Terjatuh ke tanah dengan keseimbangan yang ambruk. Aku membutuhkan sedikit dorongan untuk menghajar mereka, yaitu memakan cabe rawit merah yang berada di depanku ini.

Rasa pedas langsung memenuhi mulutku. Kutelan dengan cepat, meskipun tenggorokanku terasa panas.

Segera bangkit, melakukan tendangan side swep. Sehingga, orang yang menghajarku langsung terjatuh dan tersungkur.

   “Hebat juga kau, aku kira kau seorang pecundang. Tetapi kau dapat menumbangkan dua orang sekaligus.”

Ucap orang yang sedang merokok dengan santainya. Dia adalah ketua dari pengacau tersebut, Dahlan Yanuar.

Setelah mendengar ucapannya, kulangkahkan kaki ke arahnya dengan cepat. Tetapi, niatku dihentikan oleh suara teriakan Pak Tua.

   “Budak leutik geus diajar teu bener, sarakola maneh teh! Maneh deui maneh deui! Geuwat mangkat!”

Para pengacau langsung pergi, sedangkan aku terburu-buru mengambil tas milikku. Niatku sekarang hanya ada satu, segera berlari ke sekolah sebelum terlambat.

* * * * *

Berjalan di jalan yang dilalui orang lain untuk segera pergi ke gerbang sekolah. Sedikit menguap sehabis begadang lalu berlari dengan mulut yang terbuka.

   “Pagi Sema!”

Seru seseorang sambil menepuk pundakku. Perlahan-lahan menoleh ke samping kanan. Terdapat salah satu teman seperjuangan, dia adalah Delyo.

   “Delyo, kau ingin bolos?”

   “Hahaha ... santai saja. Lagipula ini hari pertama kita masuk sekolah sebagai kelas 2, ngomong-ngomong kau sudah bertemu Amira?”

Tanya Delyo kepadaku. Pertanyaannya membuatku memutar otak, lagipula aku belum bertemu dengannya.

   “Amira ... entahlah, aku masih belum bertemu dengannya. Mungkin dia sedang sibuk merapikan rambutnya, kau tahu ... rambutnya seperti apa.”

Ucapku dengan sorot mata yang cukup mengejek. Entah kenapa, tanggapan dari Delyo cukup datar dan ia menepuk-nepuk pundakku.

   “Hoi-hoi ... kau mengejeknya, lagipula ... dia akan membunuhmu di belakang.”

Perkataan dari Delyo membuatku menoleh ke belakang. Tidak kusangka, orang yang sedang kubicarakan muncul di belakangku.

Haruoto : A Synopsis Of Girls Who Don't Flatter MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang