1. Awal Mula

5.3K 457 126
                                    

Cahaya menyinari indra penglihatannku. Tanpa kusadari, terbangun di sebuah tempat yang asing. Sebuah ruangan yang sangat berkilauan, bahkan diriku sendiri tidak bisa membayangkannya.

Setelah kuperiksa seluruh sudut anggota badanku. Luka yang kudapatkan hilang semua dan keterkejutanku semakin menjadi-jadi.

Terdengar suara di belakangku saat ini, terasa pelan berjalan ke arahku. Terdapat sesosok orang. Namun, seluruh tubuhnya putih dan wajahnya tidak terlihat, dia layaknya manekin putih tanpa ada apa-apa.

   “Hei, kau sudah bangun?”

Melambai-lambaikan tangan kanannya seperti tidak ada yang terjadi. Siluat tubuhnya mengartikan bahwa ia layaknya manusia.

Apa-apaan dia!? tubuhnya tidak terlalu tinggi. Tetapi ... apakah dia bisa disebut manusia?

Dengan rasa takut, segera beranjak dari posisi duduk yang semula santai. Melakukan akselerasi pada tubuhku dengan pergerakan yang cepat dan segera mengayunkan tendangan kaki kanan.

*Bukgg

Dia menangkap kakiku hanya dengan satu tangan berupa tangan kiri. Tubuhku tidak bisa bergerak leluasa karena genggamannya amat kuat. Aku segera mengayunkan tangan kiriku dan mengarah ke kepalanya, namun dia bisa menahannya seperti tidak terasa apapun.

   “Hei tenanglah. Dengarkan penjelasanku dulu.”

Perkataannya yang keluar dari mulutnya, seolah-olah memang seperti manekin membuatnya semakin ngeri namun ia terlihat menghela napas.

Aku tidak tahu siapa sebenarnya dia, namun aku tidak merasakan sesuatu yang berbahaya darinya. Maka lebih baik berterus terang padanya.

   “Siapa kau!? apa yang kau lakukan padaku!?”

Tanyaku dengan nada yang semakin tinggi. Tatapanku terhadap dirinya cukup tajam seraya menggertaknya meskipun hal tersebut tidak berguna.

   “Baiklah tenanglah. Sebaiknya kau duduk dulu.”

Ucapnya seraya melepaskan kakiku yang ia genggam. Perlahan-lahan, aku menjauhinya meskipun aku tahu tidak bisa kabur dari tempat ini.

Aku mengikuti perkataannya, dia duduk dengan santainya di depanku seraya mengibaskan tangannya seperti seseorang dalam kondisi yang gerah.

Jika kupikir lagi, kondisi ini sangat aneh bagiku. Bukankah aku tertabrak oleh sebuah mobil ferr*ri, setelah memeriksa tubuhku tidak terdapat luka. Sebenarnya apa yang sedang terjadi? Apakah aku pergi ke alam baka?

   “Ehm! Jadi saat kau akan mati. Camkan ini, saat kau akan mati dengan kata lain keadaan sekarat. Aku membawamu ke duniaku.”

Entah kenapa, ia ingin menekanku dengan nada bicara yang cukup serius. Aku tidak bisa mendeskripsikan wajahnya, seluruh tubuhnya putih.

   “Ke duniamu, katamu? Jadi posisiku saat ini ada di mana?”

Apakah aku tidak langsung menuju alam selanjutnya? bukankah sekarang aku sudah mati, namun apa yang di katakannya tentang dunia dirinya?

   “Hei! Jadi ... dirimu sedang berada di duniaku! Kau mungkin bisa menyebutku Dewa, kenapa? Ya, karena aku tertarik pada keinginan terakhirmu, maka akan kukabulkan. Tetapi ... hahahahaha permintaan mu itu sangat membuat perutku sakit sekali!”

Suaranya nyaring sekali dan ia tertawa seraya memegangi perutnya. Ingin kutampol makhluk ini yang mengatasnamakan Dewa Lucknut.

Ingin sekali kutampol. Namun, apa yang dia maksud dengan dunia miliknya?

   “Keinginan apakah? Maksudmu 'itu', tetapi ... itu sedikit mustahil.”

   “Hahaha! Kau cepat tanggap! Jadi ... apakah kau menginginkannya?”

Haruoto : A Synopsis Of Girls Who Don't Flatter MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang