24. Kepastian

1.6K 132 41
                                    

Meskipun aku berniat membunuhnya, aku belum pernah sekalipun membunuh manusia atau pun sesuatu yang memiliki wujud manusia. Ketika aku berniat meningkatkan fisikku untuk kedua kalinya hari ini, keberadaannya hilang seketika.

Suara langkah kaki yang cukup banyak terdengar sedang menuju ke tempat ini. Aku segera menarik selimut yang ada di atas kasur, menutupi mayat anak yang membuat janji denganku.

Seorang pelayan membawa peralatan teh dan beberapa biskuit. Ketika pandangan kami berdua saling bertemu, ia langsung berteriak ketika aku menutupi mayat anak dari tuan besar.

Berlari ke arahnya, melewatinya dengan cara menyenggolnya. Apakah mereka benar-benar orang yang barbar jika menuduhku dengan cepat? Kemungkinan besar aku yang dituduh, hanya ada satu orang yang dilihat oleh pelayan itu dan itu adalah diriku sendiri.

Dengan segera, aku segera pergi dari tempat ini menuju atap. Karena atap adalah tempat yang bisa dijadikan tempat kabur, jika pergi menuju jalan keluar yang sebelumnya hanya akan banyak penjaga.

Sebisa mungkin, aku terus berlari dan berlari. Jantungku terus bekerja, napasku mulai terengah-engah disertai keringat yang bercucuran.

*Brakk

Kutendang pintu yang menghalangi jalanku. Pintu yang terbuka membuat angin segar memasuki pintu terbuka. Melangkahkan kaki menuju atap mansion yang sebagiannya seperti permukaan lantai.

Mencari jalan keluar, jika aku jatuh maka kemungkinan terbesar adalah mati. Jika saja aku bisa mencari cara memanggil Drouga ke tempat ini, kemungkinan besar aku akan selamat dari tuduhan pembunuh.

Ketika aku berjongkok melihat ke bawah untuk melihat situasi. Seketika, bulu kudukku berdiri dan merasakan hawa pembunuh tertuju langsung padaku. Yang dapat kuprediksi adalah hawa pembunuh itu berasal di belakangku.

Dengan segera, melompat ke samping kiri kemudian berguling untuk menghindari hawa yang membuatku mual. Pandanganku tertuju pada seorang perempuan yang memiliki rambut perak. Ya, hawa pembunuh itu berasal dari seorang perempuan menggenggam pedang katana.

   “Nasumi? Apa yang kau lakukan di sini?”

Tanyaku seraya berdiri, dirinya langsung bergerak cepat ke arahku lalu mengenyampingkan katana dan bersiap mengayunkan katana miliknya. Meski dia menyerangku dengan ayunan horizontal, aku hanya bisa melangkah mundur kemudian menjauh kembali.

Nasumi melanjutkan serangannya berupa tusukan pedang yang mengarah ke dadaku. Menghindar dengan cara bergerak menyamping. Meskipun dapat dihindari, dia kembali menyerangku dengan tendangan tepat di perutku.

*Brugg

Memposisikan tubuhku dengan segera meskipun sedikit sakit. Segera berdiri untuk mengantisipasi serangan selanjutnya yang akan datang tiba-tiba. Nasumi tidak ingin mendengarkanku dan jalan keluar sedang di hadang olehnya. Apakah aku harus melawannya?

   “Maple, apakah kau yang membunuh Tuan Puteri?”

   “Tidak, aku tidak akan membunuh seorang anak kecil yang tidak berdaya. Lagipula aku belum pernah membunuh seorang manusia satu kali pun.”

   “Kalau begitu ... kenapa kau bisa bersama dirinya sebelum kematiannya!?”

   “A-aku ... ”

Aku tidak bisa menjelaskannya, situasi waktu itu cukup rumit dan membuat pikiranku kacau dengan kondisi Nasumi saat ini. Nasumi menganggukkan kepala, di pandanganku saat ini terdapat Nasumi yang terbelah menjadi dua.

Sihir yang merepotkan namun juga keren.

Mereka berdua berlari ke arahku dengan genggaman erat pada kata mereka kemudian menyerangku dari kiri dan kanan. Segera menghindarinya dengan cara melangkah mundur, setelah serangan dua ayunan kuhindari maka segera melakukan lompatan.

Haruoto : A Synopsis Of Girls Who Don't Flatter MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang