12. Permulaan Lucknut

2.4K 219 23
                                    

Aku bukanlah siapa-siapa. Hanya orang asing yang dianggap remehan nasi di kehidupan orang lain.

Pemandangan ini, di mana berbagai ombak membentuk dan mengembang dan saling tumpang tindih. Yang kurasakan, hal tersebut membuatku terpikirkan akan kehidupanku.

Aku melihat sebuah mimpi, seorang laki-laki yang duduk di sebuah ruangan kosong dan hanya melihat ke luar jendela. Rambut hitam sedikit  kecoklatan terayunkan oleh angin. Terdapat banyak meja dan kursi yang tersusun rapih, datanglah seorang wanita perhatian yang memiliki rambut berwarna coklat dan panjangnya sampai pinggang. Mereka berdua saling menyapa dan tersenyum, lalu pergi seraya melambaikan tangan.

Datanglah seorang laki-laki sedikit gemuk yang mengajak laki-laki tersebut pergi keluar dari kelas ini. Mereka berbincang dengan santai sambil memakan roti yang diberi oleh laki-laki yang gemuk itu.

Apakah ini ingatanku ... tidak, ini cukup aneh.

Lalu penglihatanku semakin aneh, dunia serasa hampa dan mulai melumatku...

* * * * *

Membuka kedua mataku perlahan-lahan, memejamkan kedua mataku beberapa kali hingga pikiranku kembali jernih. Kutatap langit-langit yang terbuat dari kayu, aku masih belum bisa memikirkan apapun.

Ketika mencoba untuk bergerak, seluruh tubuhku terasa nyeri ketika beberapa otot milikku mengencang dan tegang. Melihat tubuhku penuh dengan perban dan badanku juga terasa kelelahan. Melirik ke sekeliling ruangan ini, seperti yang kupikirkan bahwa ini ruanganku di penginapan milik Kamina Miu.

Perlahan-lahan kuingat kejadian ketika keadaanku masih barbar melakukan adu jotos bersama dengan salah satu iblis yang baru pertama kali kutemui. Ruangan ini sangat sepi, dan juga hari sudah mulai siang.

Drouga ... di mana dia?

Beranjak dari tempat tidurku dengan tubuhku yang terselimuti oleh selimut. Rasa dingin menyebar di kedua telapak kaki, ini membuatku nyaman karena hawa panas cukup kubenci.

Melihat ke depan, terdapat kaos hitam milikku yang tergantung dan di sampingnya juga terdapat jaket abu milikku. Memakai pakaian yang tergantung dan melapisinya dengan jaket.

*Groaar!

Aku terdiam ketika perutku tiba-tiba mengaum, perutku terasa dipelintir dan ini cukup menyakitkan. Entah sejak kapan, kapan terakhir kalinya aku makan?

Aku segera pergi ke lantai bawah dengan langkah kecil. Berjalan dengan sedikit terhuyung-huyung memegang dahiku. Saat turun, aku melihat seorang wanita duduk di kursi pelanggan.

Wanita tersebut tengah merawat pedangnya dengan sepenuh hati. Memperhatikan setiap sisi dan sudut dari pedang yang dipoles menggunakan suatu minyak.

   “Pagi Celeste.”

Sapaku seraya melambaikan tanganku padanya. Celeste yang mendengar suaraku langsung bereaksi melihat ke arahku yang tengah menuruni anak tangga.

   “Koala? Koala!?”

Celeste meninggalkan pekerjaannya lalu berlari ke arahku. Karena aku merasa terancam, aku menghindari tingkah Celeste yang berniat memelukku. Aku menghindari lima kali tindakannya yang ingin memelukku.

   “Kenapa kau menghindariku!?”

Celeste marah karena harapannya tidak terkabul semudah itu. Ia terlihat ingin menangis, aku menghela napas dan menurutku ini cukup merepotkan.

   “Kau tahu, aku ini cukup bau. Aku tidak ingin bau busukku menempel padamu.”

Di akhir kata yang kuucapkan. Celeste menyergapku kemudian memelukku dengan erat. Sakit, tetapi kubiarkan keinginan Celeste dalam mengkhawatirkan orang lain.

Haruoto : A Synopsis Of Girls Who Don't Flatter MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang