Satu

65 5 0
                                    


Masih dengan wajah bete karna harus bangun lebih pagi dari biasanya, Airin memakai kedua sepatunya dan mengunci pintu kamar kosan. Tas yang tadinya diletakin diatas meja diraihnya dengan malas dan melangkah keluar.

"Gue udah keluar kosan nih. Awas aja ntar yang lain belum pada muncul sesuai perjanjian." repetnya lewat Hp saat salah satu teman kelasnya menelepon.

"Cepetan makanya, yang lain udah pada mau nyampe kampus tau.."

"Aelah, kosan gue deket banget gini. Paling entar lu pada yang telat."

Airin meneruskan langkahnya menuju gerbang samping kampus dan sekarang ia tinggal berjalan sepuluh menitan, gedung fakultasnya akan terlihat.

Pagi ini mereka satu kelompok janjian menuntaskan tugas yang harus dikumpul dimata kuliah ketiga. Dan sialnya Airin dapat kelompok yang senang ngerjain tugas pas udah mepet deadline. Jadi Airin masa bodo, ikut saja. Ia nggak mau jadi satu-satunya orang yang sok kerajinan. Toh nilai berdasarkan kelompok, bukan individu. Ia tobat jadi mahasiswa 'sok' rajin yang bela-belain ngerjain tugas kelompok sendiri setelah apes semester lalu. Sudah capek ngerjain sendiri sampai begadang, yang dapat nilai tinggi malah anggota yang numpang nama doang.

"Sudah datang semua belum nih?" Airin mendaratkan bokongnya di bangku kosong saat melihat kelompoknya duduk dibawah gazebo dekat kelas.

"Nari belum datang nih..." ujar Dion yang ditunjuk paksa jadi ketua kelompok.

"Sialan si Nari, dia yang neleponin semua orang buat nggak telat, dianya yang datang telat." omel Biru, si rambut ikal yang cakepnya ngalahin cowok-cowok sejurusan tapi mulutnya cerewet kayak ibu-ibu di pasar pagi yang takut kehabisan daging segar.

"Sabarrr... itu dia udah pake lari-larian..." tunjuk Airin.

Nari berlari kencang menuju gazebo tempat mereka ngumpul. Ia mengatur napasnya yang ngos-ngosan sambil menumpukan tangan dibahu Biru, yang langsung mendapat pelototan maut dari Ririn yang diam dari tadi.

"Tangan lo, jangan kecentilan sama cowok gue..."

"Dih, yang jaga galak amat. Iyadeh tahu yang baru pacaran kemaren sore. Ntar juga putus lu." Tandas Nari yang mendapat lirikan maut dari Airin, menyuruhnya menutup mulut.

'Gile ini anak nggak ada takut-takutnya pake doain orang yang baru jadian buat putus.' Airin berdoa dalam hati supaya kelompok mereka nggak pecah detik itu juga.

"Udah yang, nggak usah diladenin." Biru berusaha meredakan amarah Ririn yang nyaris meledak. 

"Anggap aja dia iri karna aku jadiannya sama kamu." lanjut Biru yang mendapat desisan sinis dari Nari.

"Oke, guys.. berantemnya nanti aja pas tugas kelompok udah selesai. Yang mau lanjut berantem gue coret dari daftar kelompok sekarang nih." ancam Dion.

Semuanya langsung bungkam dan melipir mengambil laptop dan buku masing-masing. Nari mengambil posisi duduk diantara Dion dan Airin. Ia ogah duduk dekatan dengan Ririn. Yang ada malah ntar sikut-sikutan dan adu mulut lagi.

&*&*&*&*&*&


Tugas kelompok mereka berhasil dikumpul dengan baik, dan mendapat nilai yang lumayan tinggi juga. Dan itu artinya kalau Nari dan Ririn sudah bebas kalau mau lanjut berantem, jambak-jambakan sampe gulat juga silahkan. Tapi niat Nari buat berantem sudah hilang karna kehausan. Ruangan kelas mereka terasa panas dan gerah. Padahal AC ruangan menyala.

Make You Feel My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang