Dua

28 5 0
                                    

"Minggu depan datang ke acara fakultas kan ya?"

Nari yang sudah telungkup di atas kasur Airin bertanya sambil menyalakan laptop. Sementara pemiliknya sibuk mengeluarkan jajanan dari dalam kantung plastik yang mendadak jadi banyak banget karena ditraktir sama yang punya duit.

"Nggak ada niat buat datang, Nar. Ngapain coba. Nggak jelas gitu acaranya, kayak semester kemaren gue pulang sebelum pertengahan acara. Katanya mau ajang pendekatan tiap jurusan, tapi yang ada jadi ajang cari jodoh."

"Lah, kan kalau ada yang jadian lintas jurusan bisa bikin tiap jurusan di fakultas dekat gitu. Semacam besanan gitu."

Airin nggak bisa nahan tawa saat mendengar kalimat nyeleneh temennya yang pola pikirnya kadang diluar nalar.

"Ya kali sampai jurusan juga ikut besanan. Ketua jurusan yang jadi wali dong." balasnya.

"Nih ya, sayang banget lo pulang sebelum pertengahan acara. Puncak acaranya adalah momen nyatain perasaan dari mahasiswa atau mahasiswi yang kebetulan gebetannya ada di acara."

"Apaan? Ada acara begituan?" Airin ikut duduk di atas kasur sembari menyodorkan ice cream milik Nari.

"He em. Nggak liat langsung sih lo. Mereka pada jerit heboh gitu pas ditembak. Coba ada yang naksir sama gue, trus nembaknya pas diacara itu. Gue pasti bakalan jerit bahagia nerima pernyataan cintanya."

Airini menjejalkan keripik ditangannya kemulut Nari untuk menghentikan ocehan nggak jelas cewek itu.

"Mending  kita nonton deh, Nar. Lebih seru cerita di drama daripada dengerin khayalan aneh lo," cetus Airin sambil menekan tombol play.

Keduanya lalu asik mengikuti alur cerita di drama. Tak ada yang bisa mengusik lagi kalau sudah serius nonton. Hanya suara laptop dan kipas di kamar yang terdengar, sesekali disahuti bunyi kunyahan Airin.

keduanya ketiduran setelah maraton menghabiskan beberapa episode yang ketinggalan. Sementara di luar sudah semakin gelap dan gerimis sepertinya datang. Bunyi hujan yang mulai terdengar di atap kamar membangunkan Airin dan membuatnya mengguncang bahu Nari pelan untuk membangunkan.

"Nar... malam nih. Nggak balik lo? Hujan lagi di luar."

"Mampus... Nggak bawa payung lagi." keluh Nari.

"Pake payung gue aja ntar. Ya ampun, jemuran gueee..." Airin tersadar dan buru-buru berlari keluar untuk mengangkat pakaian yang dijemur malam sebelumnya.

"Yaelah.. biarin aja. Paling udah basah lagi." 

Sahutan Nari tidak digubris oleh Airin, ia tetap bertekad menyelamatkan seberapa pun pakaiannya yang belum basah total.

"Basah semua. Sial!" Jerit Airin yang dibalas tawa jahat Nari.

"Masih ada baju buat ngampus besok kan lo? Kalau masih ada mah aman." tandasnya tanpa perasaan.

"Usaha gue buat ngejemurnya kali nyet jadi sia-sia." Airin memasukkan semau pakaiannya kembali kedalam ember menunggu dijemur ulang.

"Udah ah, gue pulang. Pinjam payung lo ya. Nanti ibu gue di rumah pasti nyambutnya pakai omelan."

Nari merapikan bajunya yang berlipat karna tiduran. Meraih tas dan payung yang ada di atas meja. Airin mengantarkannya hanya sampai teras depan. Lalu ia masuk kembali ke dalam kamar dan memikirkan gimana caranya bisa makan malam saat di luar hujan deras begini. Payung satu-satunya udah direlain buat dipakai Nari lagi. Akhirnya setelah mendapat ide, ia keluar kamar dan mengetuk pintu kamar Lila, kakak sekosannya.

"Kak Lila.. Di dalam nggak kak?" ketoknya.

"Iya Rin, kenapa?" Lila  muncul dari dalam kamar dengan baju tidur lengkap.

Make You Feel My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang