Empat

25 5 0
                                    

Nari benar-benar muncul di kosan Airin hari itu. Ia sudah dandan cantik meskipun hanya memakai baju casual. Dengan pembawaannya yang berisik, ia mengetuk pintu kamar Airin berulang kali sampai ada beberapa pemilik kamar lain yang mengintip dari kamar masing-masing.

"Airin.. gue tahu lo di dalam. Bukain pintu buruan. Lo nggak mau kan dilaporin ke ibu kos gara-gara temen lo bikin keributan?" ancamnya.

Airin menyembulkan wajahnya dari balik pintu sambil mendecakkan lidah. Sepertinya baru bangun tidur karena rambutnya berantakan dan ada bekas bantal di wajah.

"Berisik banget lo, Nyet. Mau dilabrak orang sekosan apa?!" Airin membukakan pintu lebih lebar supaya Nari bisa masuk.

Dengan melenggang santai, Nari meletakkan tas di atas kasur Airin dan mendorong cewek itu masuk ke kamar mandi.

"Cepetan mandi. Gue tunggu. Nggak pake alasan," perintahnya sambil menutup pintu dari luar.

"Handuk gue  di luar!" teriak Airin dari dalam.

"Gue ambilin. Mandi dulu pokoknya."

Nari hanya bisa menahan tawa mendengar gerutuan Airin dari kamar mandi.

"Mandi masih sempat-sempatnya ngomel lo." sahutnya sambil meraih handuk Airin yang tergantung di balik pintu kamar.

Lima belas menit berlalu, tak ada tanda-tanda Airin akan keluar dari kamar mandi. Nari menggedor pintu kamar mandi dengan wajah kesal yang dibuat-buat.

"Lo nggak usah sok lama gitu mandinya. Gue tahu lo lagi nyari cara biar nggak datang. Jadi jangan harap lo bisa bikin gue telat berangkat."

Kepala Airin mengintip dari dalam kamar mandi.

"Sialan. Tau aja lo." ujarnya sambil mengulurkan tangan meminta handuk.

"Gue tahu tipu muslihat lo, Nyet. Nggak usah berharap deh lo bisa ngelabuin gue."

Pintu kamar mandi di tutup kembali setelah Nari memberikan handuk yang diminta.

&*&*&*&*&

Setelah ada sedikit drama sebelum berangkat ke kampus, disinilah mereka sekarang. Berbaur dengan mahasiswa lain di aula. Sesekali ada yang menyapa dan berkenalan. Airin yang dipaksa memoles wajahnya dengan sedikit make up merasa risih saat beberapa orang meliriknya terang-terangan. Ia bukan tidak pernah memakai make up, ke kampus ia pakai kok. Cuma kali ini sedikit lebih tebal dari biasanya. Nari yang dandanin.

"Gue kayak ondel-ondel gitu ya? Kok semua pada ngelihatin sih?" bisiknya di samping telinga Nari yang asik bersosialisasi dengan mahasiswa lainnya.

"Lo aja yang ge-er merasa dilihatin. Santai aja deh." Nari berusaha meyakinkan Airin kalau tidak ada yang salah dengan dandanannya.

"Airin? Cantik banget. Sekali-kali dong ngampus pake dandanan ginian. Biar mata segar."

Biru yang muncul dengan Ririn langsung menyapa mereka berdua. Mendengar kalimatnya barusan, Ririn langsung memberi hadiah cubitan di perut.

"Sakit, Yang." Ia meringis sambil menjauhkan diri.

"Jangan ganjen ya. Gue di samping lo aja udah kegenitan gitu sama Airin."

Melihat drama di depan mereka, diam-diam Airin dan Nari menyingkir mencari tempat untuk duduk. Aula sengaja diisi dengan meja bundar dan tempat duduk yang berkeliling. Sengaja tidak diberi nama jurusan supaya semua berbaur.

"Duduk disini aja.." Airin menarik tangan Nari dan memilih meja yang masih kosong.

Baru saja mereka duduk, ada mahasiswa lain juga yang ikut bergabung. Mereka akhirnya berkenalan dan berbagi cerita sementara MC di depan tidak begitu dipedulikan.

Make You Feel My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang