Lima

23 5 0
                                    

Sudah dua hari sejak kejadian itu. Dan Nari resmi mendiamkan Airin tanpa penjelasan apapun. Bahkan teman-teman sekelasnya juga ikut-ikutan mengabaikannya. Nggak semua sih, tapi tetap saja suasana di kelas jadi tidak menyenangkan seperti biasa.

Airin berjalan sendiri lagi kali ini, menelusuri koridor kelas yang tumben-tumbennya ramai dengan mahasiswa lainnya. Beberapa orang terang-terangan berbisik di belakangnya membahas kembali permasalahan waktu di acara fakultas.

"Masih berani nunjukin tampangnya?"

"Nggak merasa bersalah udah buat kak Arga malu di depan anak se-fakultas?"

Airin menghela napas berat. Dua hari ini, cibiran itu sudah menjadi makanan sehari-harinya. Hidupnya nggak tenang  sama sekali. Padahal ia paling benci jadi bahan perhatian orang-orang di sekitarnya. Berjarak beberapa meter ia melihat Nari berjalan bersama teman sekelasnya.

"Nari!" ia memanggil sambil mempercepat langkah. "Tunggu, gue mau ngomong sama lo."

Ia nyaris berlari saat melihat Nari mencelos begitu saja dan tidak mempedulikan panggilannya.

"Tunggu. Gue mau ngobrol berdua sama lo." Ia mencegat langkah mereka dan berdiri di hadapan Nari.

"Minggir. Gue lagi nggak mood ngomong sama lo."

"Gue butuh penjelasan." Airin menarik Nari menjauh dari keramaian setelah ditinggal berdua saja sama teman Nari tadi, yang sebenarnya temannya juga.

"Lepas ih, nggak usah pake narik-narik gue. Gue bukan sapi."

"Yang bilang lo sapi siapa?" Airin melotot. Sekarang mereka berada di sudut koridor yang sepi.

"Jadi tolong jelasin ke gue apa alasan lo buat ngejauhin gue dan buat gue seolah-olah jadi musuh bebuyutan lo."

"Pikir aja sendiri!" Nari sewot.

"Kalau gue tahu alasannya, gue nggak perlu pakai narik lo segala. Gue udah habis pikir."

"Lo nggak merasa bersalah gitu udah bikin kak Arga malu? Lo tolak terang-terangan di depan semua orang."

Airin menghembuskan napas lega karena akhirnya Nari mau membahas masalah mereka.

"Oke, sekarang coba lo mikir. Apa alasan gue buat nerima kak Arga jadi pacar gue? Gue nggak kenal dekat sama dia, ngobrol aja bisa dihitung jari berapa kali. Mana gue tahu dia beneran suka sama gue, dan gue nggak punya perasaan apa-apa untuk dia sekarang ini." jelas Airin.

Nari bungkam sejenak.

"Ya tapi kan nggak lo tinggalin gitu aja di depan."

"Masalahnya sekarang kenapa lo sensi sama gue? Lo suka sama kak Arga?" sela Airin. "kalau lo suka, harusnya lo lega dong gue nggak jadian sama dia." lanjutnya.

Nari terdiam lumayan lama.

"Oke. Jujur gue kesal kenapa bisa-bisanya lo yang ngaku nggak dekat sama kak Arga bisa ditembak sama dia, sementara gue yang udah coba pedekate dari semester lalu nggak digubris sama sekali."

Airin terkejut.

"Lo pedekate sama kak Arga? Kapan?"

"Ya kalau kebetulan gue ketemu sama orangnya. Dan gue heran kenapa akhir-akhir ini orangny sering muncul di dekat gue. Ternyata alasannya karena ada lo." tandas Nari.

"Gue nggakk tahu apa-apa, Nar. Seriusan."

"Gue nggak masalah sih kalau kalian tadinya jadian. Tapi cara lo nolak kak Arga bikin gue malu punya teman kayak lo. Kekanakan banget. Gue mau ke kelas."

Make You Feel My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang