Prolog

18.3K 1K 121
                                    

Seorang mahasiswi baru Universitas swasta di Jakarta tak hentinya berdoa agar Ia tidak terlambat. Hari ini, adalah hari terakhirnya menjalani masa orientasi studi dan pengenalan kampus di Universitasnya. Gadis itu melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangannya, jam menunjukkan pukul 6.50 jalanan ibu kota Jakarta seperti biasa begitu macet.

Rambut panjangnya dikuncir kuda dengan menggunakan pita hitam, serta ID Card menggantung dilehernya. Gadis itu melepaskan ID Cardnya karena ingin merapihkan kerah kemejanya. Gadis itu patut bersyukur karena tidak terlalu banyak yang harus Ia pakai sebagai atribut. Terlebih lagi gadis itu bisa bernapas lega karena ini adalah hari terakhirnya di ospek. Bukan hanya itu, selama ospek berlangsung tidak ada kejahilan senior yang menimpanya dan gadis itu selalu berdoa agar terhindar akan hal tersebut hingga hari terakhir ini.

Mobil yang ditumpangi gadis itu terjebak dikamacetan, membuatnya tak bisa menunggu lama lagi. Akhirnya gadis itu memutuskan turun dari mobilnya. Syukur saja jarak ke kampusnya sudah tidak terlalu jauh. Gadis itu melambaikan tangan seraya memanggil ojek.

Sesampainya di depan gerbang kampus, gadis itu menghela napasnya lega akhirnya Ia terlepas dari kemacetan. Gadis itu perlahan melangkahkan kakinya memasuki kampus, langkahnya terhenti ketika melihat para mahasiswa baru telah berkumpul di lapangan. Di tengah lapangan telah berdiri seorang cowok dengan menggunakan speaker toa yang berkoar-koar di depan mahasiswa baru.

"Lo gak bisa lari," ujar seorang pria ketika melihat gadis itu berbalik arah untuk melangkah pergi. Cowok itu memegang pundak gadis tersebut sembari memutar tubuh gadis itu untuk menghadapnya. "Telat," gumam cowok itu dengan meneliti gadis di depannya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
"Emang muka gue lebih ganteng dari aspal itu?" Cowok itu berdiri sambil bersedekap menatap gadis di depannya itu.

Gadis itu masih terdiam saja, Ia sama sekali tidak menegakkan kepalanya guna menatap wajah senior di depannya itu. "Lo tuli yah?" Kata cowok berambut gondrong itu dengan menaikkan satu oktaf suaranya pria itu mulai geram atas aksi diam sang gadis.

Gadis itu menciut, dengan ragu akhirnya gadis itu meneggakkan kepalanya menatap seniornya. Takut, itu lah yang di rasakan gadis itu tatkala melihat wajah garang seniornya.

"Mana ID Card lo?"

Gadis itu meraba bagian dadanya mencari ID Cardnya. "Kok gak ada," gumamnya pelan. Pandangannya turun, tak ada ID card menggantung di lehernya. Gadis itu mulai panik apalagi senior di depannya kini menatapnya dengan tajam. Ingatannya berputar detik kemudian Ia menyadari jika Ia lupa memasang kembali ID Cardnya akhirnya ID Cardnya tertinggal di mobil.

"Lo harus dihukum!" Cowok itu memasukkan tangannya disaku celananya, melangkahkan kakinya selangkah ke depan. "Hukumannya adalah. . ." Kalimatnya menggantung. Tangannya mengeluarkan sebuah surat dari saku celananya. "Lo harus baca surat di depan Delvin," pria itu memberikan surat tersebut pada mahasiswi baru itu. "Oh iya nama lo siapa?"

"Amanda kak," ucap gadis itu sembari mengambil surat itu. Saat Amanda ingin membukannya dengan cepat dicegat oleh seniornya. Tanpa aba-aba tangannya diseret, gadis itu sedikit memberontak mencoba melepaskan cekalan seniornya. Terlalu kuat sehingga gadis itu pasrah saja mengikuti langkah seniornya. Beberapa pasang mata menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

"Jak, lo mau bawa ke mana tuh cewek?" Teriak salah satu senior di kampus itu yang berada di tengah lapangan.

Cowok yang dipanggil 'Jak' itu menoleh sekilas, "gue pengen ngasih dia hukuman," jawabnya dengan suara sedikit keras agar temannya mendengar.

Di sebuah kantin yang cukup ramai di situ lah Amanda berada saat ini. Langkahnya terhenti tepat di depan segorombolan cowok yang sedang berbincang sesekali tertawa terbahak-bahak. Aktivitas segorombolan cowok itu terhenti, kini tatapan mereka tertuju pada sosok gadis dengan rambut kuncir kuda dengan memakai kemeja putih dan rok hitam yang berdiri di depan mereka dengan menundukkan kepalanya.

AmanDelvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang