ENDING?

3.4K 188 23
                                    

Di dalam mobil, Amanda bersikap tenang begitu pula dengan Wulan. Bi Laksmi tentu saja tidak akan membiarkan Wulan mengedarai mobil maka dari itu ia menyuruh mang Dadang mengantar Wulan dan Amanda.

"Amanda gue bakal tinggalin lo dan Delvin. Itu pasti, gue juga nggak mau jadi perusak hubungan lo sama Delvin karena menurut gue yah posisi gue emang salah. Walau pun gue sama sekali nggak punya niat merusak hubungan yang lo bina sama Delvin. Gue sadar, gue cuma masa lalu untuk Delvin dan lo adalah masa depannya,"

Mang Dadang menyadari ada hal yang janggal. Benar saja, ada sebuah mobil mengikutinya. Mang Dadang berspekulasi menghentikan mobilnya mencari tahu apakah benar mobil itu mengincari mobilnya. Sesuai dugaan, mobil itu ikut berhenti. Mang Dadang melajukan mobilnya kembali dengan kecepatan cepat.

"Mang, pelan-pelan," tegur Wulan panik.

"Maaf neng, saya harus melajukan mobilnya dengan kecepatan cepat sepertinya ada yang mengikuti kita," cemas mang Dadang.

Wulan menoleh ke belakang dan benar saja ada sebuah mobil hitam sepertinya sedang mengikutinya.

Mang Dadang berupaya mengecoh perhatian pemilik mobil hitam yang mengikutinya. Mang Dadang memasuki sebuah gang kecil namun masih bisa di lalui kendaraan roda empat. Tepat di depan gang ada sebuah jalanan besar, Mang Dadang memilih untuk mengambil jalan ramai mengantisipasi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pilihan tepat, sebab jika melewati jalan sepi tentu saja semakin besar peluang penjahat untuk melancarkan aksinya.

Amanda masih diam. Ia tidak terpengaruh sama sekali. Entah apa yang dirasakan saat ini semuanya seperti abu-abu. Hati dan pikirannya tidak sejalan, ada rasa cemas dan takut melandanya tapi wanita itu menyembunyikannya dengan upaya bersikap tenang tanpa dicurigai.

Wulan menghela napasnya lega tatkala terbebas dari mobil hitam yang mengikutinya. Wulan tidak tahu pasti maksud dan tujuan pengendara itu, namun ia dapat menyimpulkan pemikirannya sendiri bahwa ada maksud terselubung dari pengendara tersebut entah itu berniat jahat atau sebagainya. Ekor mata Wulan menangkap wajah tenang Amanda. Wulan memberikan arahan pada mang Dadang agar segera menuju rumah sakit.

Tak ada perbincangan terjadi. Sesampainya di rumah sakit. Wulan menemani Amanda chek up. Keduanya berjalan beriringan menyusuri lorong demi lorong rumah sakit. Langkahnya terhenti tepat di depan ruang dokter.

"Eh, mbak Manda, udah ditunggu dokter Linda," seorang perawat menyambut ramah kedatangan Amanda.

Amanda tersenyum ramah dan memasuki ruang dokter. Di dalam ruangan itu, seorang dokter menggunakan hijab terlihat begitu cantik dan menawan walau usinya telah memasuki kepala 4. Garis-garis keriput telah terlihat di beberapa bagian wajahnya.

Amanda menduduki kursi yang diikuti oleh Wulan.

"Kemarin kenapa nggak jadi datang? Kan udah janji,"

"Saya lagi ada urusan dok jadinya nggak sempat apalagi suami saya juga lagi banyak kerjaan yang lebih penting," mata Amanda bergerak ke samping melirik Wulan.

Wulan canggung, perkataan Amanda cukup membuatnya sadar dan tersinggung tentunya tapi wanita itu tak akan mengambil pusing dengan memasukkannya ke hati. Ia mengerti perasaan Amanda.

"Oh, gitu yaudah mari kita periksa dedek bayinya," dokter itu mengajak Amanda baring ke atas ranjang rumah sakit.

Seperti biasa, alat Transducer akan ditempelkan di atas perut Amanda. Di mana fungsi Transducer tersebut adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar.

Terdengar suara detak jantung dari bayi yang dikandung oleh Amanda. Cairan bening menetes dari manik mata indah miliknya. Setiap kali ia memeriksa keadaaan jabang bayinya, perasaan haru dan bahagia menyelimuti hatinya. Amanda sudah tidak sabar melihat wajah anaknya. Bagaimana ia merawat anaknya menggunakan kedua tangannya, menyayangi anaknya dengan sepenuh hati dan tulus dari lubuk hatinya.

AmanDelvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang