Amandelvin (47)

2.9K 166 6
                                    

Hari ini adalah hari terakhir Amanda menginjakkan kakinya di kampus. Keputusannya telah bulat untuk mengambil cuti sejenak sampai kapan? Amanda belum bisa memastikannya tapi ia akan kembali berkuliah setelah Amanda melahirkan dan anaknya sudah bisa ditinggalkan tentunya dengan menitipkan anaknya ke Ajeng mau pun Delima.

Keputusannya itu telah di dukung penuh oleh Delvin serta keluarganya. Sejak awal kehamilan Amanda pun, Delvin sudah menyuruh Amanda mengambil cuti takut bila Amanda kelelahan dengan kondisinya tengah berbadan dua. Sebagian orang belum mengetahui Amanda bila wanita itu sedang mengandung sebab perutnya belum terlalu kelihat namun jika dilihat secara lekat maka perut Amanda akan terlihat sedikit membuncit apalagi Amanda selalu menggunakan baju longgar.

Pada usia kehamilan Amanda memasuki 4 bulan baru lah ia memutuskan untuk cuti terlebih lagi Amanda telah menghabiskan satu semester. Hari ini, Amanda mengurus surat cuti yang ditemani oleh Disha dan Hani-kedua gadis itu bersikeras menemani Amanda padahal sebenarnya Delvin lah yang menemani Amanda tapi Disha dan Hani menyuruh Delvin pulang. Rencananya mereka akan menghabiskan waktu berempat entah itu jalan, shopping, bergosip dan bersantai ria tentunya tetap memerhatikan waktu dan kondisi Amanda yang semenjak hamil sering mengalami kelelahan.

Gusti baru saja keluar dari ruang dosen dan matanya menemukan sosok Amanda sedang berjalan bersama Hani dan Disha yang diselingi canda tawa. Gusti begitu senang melihat wajah Amanda yang terlihat begitu bahagia dan aura itu sangat terlihat jelas. Gusti melangkah hendak menghampiri Amanda.

"Hai," sapa Gusti memasang senyumnya.

Amanda menarik sudut bibirnya membalas sapaan Gusti. Hani dan Disha pun ikut melakukan hal yang sama.

Gusti melihat map yang dipegang oleh Amanda dan Gusti menebak jika isi map itu adalah sebuah surat cuti apalagi menurutnya Amanda akan sedikit kesulitan mengikuti perkuliahan dengan kondisi berbadan dua. Ibu hamil dianjurkan untuk beristirahat dan tidak boleh terlalu beraktivitas apalagi sampai kelelahan.

"Kamu habis urus surat cuti?"

Amanda mengangguk mengiyakan pertanyaan Gusti. "Iya pak,"

"Keputusan yang bagus, saya harap kamu dan bayi mu sehat selalu tentunya lahiran kamu lancar,"

"Terima kasih pak,"

Ponsel Disha berbunyi tanda ada sebuah panggilan masuk. Panggilan itu berasal dari Jane. Disha mengangkatnya.

"Jane katanya udah sampe di rumah," ujar Disha.

"Kalau gitu saya pamit dulu yah pak," pamit Amanda yang diikuti oleh Disha dan Hani.

"Kasian yah pak Gusti andai aja dia sukanya sama gue langsung dah gue terima," celetuk Hani.

Disha dan Amanda kompak melirik Hani memasang raut wajah menyedihkan. Amanda terkekeh, memukul pundak Hani.

"Lo emang serius suka sama pak Gusti?"

Entah sejak kapan Hani menaruh hati pada Gusti. Tapi yang pasti adalah Hani merasakan detak jantungnya berdetak begitu kencang dan reaksi tubuhnya sulit untuk ia kendalikan. Awal pertama kali Hani merasakan itu ketika, Gusti tak sengaja menabrak tubuh mungil Hani membuat gadis itu hampir saja terjungkal ke belakang untung saja Gusti sangat cepat mengantisipasi Hani agar tak jatuh. Hal yang sama pernah dialami oleh Amanda namun sayangnya Amanda sama sekali tidak nyaman dengan kejadian itu berbeda dengan Hani.

"Lo mau kan pak Gusti suka sama lo?" tanya Disha.

Hani menganggukkan kepalanya.

"Lo kurangin dandan, jangan dandan mulu di kelas sekali-kali lo itu bertanya kek soal materi yang pak Gusti jelaskan. Lo sebenarnya mah udah cantik Han, so, lo itu kalau dandan yah natural aja,"

AmanDelvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang