Sinar mentari pagi menyusup melalui celah jendela kamar Dina. Wajah Dina tertutup oleh rambut panjangnya yang ikal. Silau sinar mentari berhasil membangunkan Dina dari tidurnya.
Jam berapa ini? Gumam Dina sambil mengucek-ucek matanya yang masih mengantuk. Diraihnya ponsel di atas meja. Jam menunjukkan pukul 06.45 pagi. Ah masih pagi. Pikirnya santai.
Dina melihat ada satu pesan masuk via sms. Dikirim jam 01.30 dini hari. Dengan cepat Dina membuka sms itu.
"Din, kamu sudah bertemu Senja?"
Tertulis nama Senja di pesan itu mata Dina terbelalak. Bertemu Senja? Deg. Suara jantung Dina hampir mau copot. Mata Dina beralih mencari siapa yang mengirim pesan itu. Mama.Bertemu dengan Senja adalah hal yang Dina harapkan namun terasa mustahil. Selama tiga tahun, entah Dina tak tahu kemana Senja pergi. Ada perasaan bersalah dalam hati Dina. Tapi Dina berpikir apakah menolak Senja adalah hal yang salah. Selama ini Dina tak sedikitpun merasakan getar-getar cinta saat bersama dengan Senja. Ketika Senja menyatakan perasaan yang sama sekali di luar dugaan Dina. Penolakan itu membuat Dina merindukan Senja yang tak lagi di sisinya sekarang.
Ataukah Dina sekarang mulai mencintai Senja? Ataukah ini hanya perasaan rindu pada kawan kecilnya itu? Senja... Sahabat masa kecilnya yang berbeda dua tahun darinya.
Dina segera memperbaiki posisi duduknya. Menyibak poninya yang hampir menutupi matanya. Mama angkat telpon Dina ya, Ma! Gumam Dina sambil menekan tombol telpon berwarna hijau di layar ponselnya.
TUTTT!!! TUTTT!!!
Tersambung.
Jantung Dina berdetak tak beraturan.
Menunggu seseorang yang dia sebut mama itu menjawab telponnya.
"Plisss, Ma. Angkat!" bisik Dina pada dirinya sendiri."Assalamualaikum, Din." sapa mama dari kejauhan.
"Waalaikumsalam, Ma. Mama... Ma.. Mama ketemu Senja dimana?" tanya Dina dengan degup jantung tak beraturan.
"Iya, Din. Mama sempat melihat Senja. Waktu mama mampir ke minimarket." sahut mama
"Minimarket mana, Ma?" tanya Dina penuh selidik."Minimarket dekat kosmu. Semalam mama baru pulang dari tempat Budhe. Mampir ke minimarket ketemu Senja tapi dia gak dengar waktu mama panggil." terang mama panjang lebar.
Dina langsung lemas mendengar penjelasan mama. Seperti ada sebuah beban yang lepas dari tubuhnya. Kamu baik-baik saja Senja? Aku sangat bersyukur. Batin Dina menyuarakan isi hatinya.
Selama tiga tahun berlalu. Senja seperti hilang ditelan waktu. Usai wisuda kelulusan SMA, Senja langsung menemui Dina yang saat itu adalah adik kelasnya. Hingga kejadian yang berujung penolakan itu Senja tak lagi menampakkan batang hidungnya di hadapan Dina. Bahkan keluarganya tak satupun yang bisa dihubungi. Semuanya lenyap begitu cepat.
***
Jam makan siang di kampus telah tiba. Samuel dan Aurel berjalan beriringan menuruni tangga. Mereka bercanda dan tertawa bersama.
Saat melewati koridor. Mereka berdua bertemu dengan Dina yang saat itu tengah ngobrol dengan Citra. Seketika tatapan Dina dan Samuel bertabrakan. Seperti ada sesuatu yang membuat jantung Dina hampir berhenti saat melihat manik mata Samuel.
Deg. Perasaan apa lagi ini? Batin Dina dalam hati.Samuel berjalan ke arah Dina dan saat seperti itu terjadi Dina hanya bisa menunduk.
"Hay, Din." sapa Samuel.
"Hay, Sam." sahut Dina pelan.
Dina tak mau menatap manik mata Samuel dengan jarak sedekat ini.
Tidak lama kemudian Aurel menyusul mereka berdua dan memecah suasana menjadi lebih renyah dari sebelumnya.
"Hay, guys!" sapa Aurel, cewek satu ini memang terkesan ramai dan ramah. Banyak yang menyukai dirinya karena sifatnya yang care dan selalu mencairkan suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA
RomanceDina pesimis Senjanya akan kembali. Entah ini hanya rasa kehilangan atau Dina memang sebenarnya mencintai Senja? Bila ini memang cinta lalu perasaannya terhadap Samuel selama ini apa? Mungkinkah Dina bisa mencintai dua orang sekaligus?