PENJELASAN

27 11 0
                                    

Dina menyenderkan kepalanya di pundak Senja. Nyaman menjalari sekujur tubuhnya. Dina tersenyum tulus, akhirnya Senja kembali. Inilah jawaban atas doa Dina selama tiga tahun belakangan.
"Eja..." Dina menyapa cowok itu lembut.
"Hm?" jawab Senja singkat dan tetap fokus ke layar ponselnya. Berkutat dengan games membuat Senja lupa daratan.
"Makasih ya udah jagain gue di rumah sakit." ucap Dina sembari merangkul lengan Senja.
"Apa sih yang nggak buat lo, Din?" ujar Senja sembari menyenderkan kepalanya di atas kepala Dina yang tengah menyender di pundaknya.

"Din, jadi lo suka sama, Sam?" tanya Senja dengan santai.
"Kenapa?" tanya Dina balik.
"Kalau ditanya itu dijawab bukan malah tanya balik." ujar Senja

Dina manyun-manyun.
"Ya, gue suka, Sam. Tapi Samnya enggak." jawab Dina polos.

Senja tertawa terbahak-bahak mendengar jawab dari Dina. Sangat polos, memang kepolosan Dina itulah yang membuatnya mudah untuk dibohongi. Sembari mengelus rambut Dina, Senja berpesan satu hal.

"Kalau kamu suka sama seseorang, pastikan dulu kalau kamu itu tipenya dia. Bukan cuma memastikan kalau dia itu tipemu. Dina ngerti kan?" ujar Senja perlahan.

Dina bangkit dari posisinya.
"Gue yang salah, Ja. Gue ke ge-er an. Gue kira Sam ada perasaan lebih ke gue. Waktu itu dia ngajak gue jalan berdua. Dia chatting yang manis-manis ke gue. Terus dia bilang 'i love you' ke gue. Gue kira dia beneran suka sama gue tapi gue salah, dia cuma sayang sekedar sayang sebagai sahabat." celoteh Dina panjang lebar.

Senja tersenyum kecut.
Tak merespon cerita Dina sama sekali. Pandangan matanya berubah datar, ada gurat kesal di wajahnya. Sam, kita harus bicara! Gumamnya dalam hati.

"Din, gue boleh pamit ya? Gue ada urusan." ungkap Senja
"Lo gak ada niatan ninggalin gue lagi kan?" raut muka Dina berubah serius. Menatap cowok di depannya dengan wajah datarnya. Tak ada ekspresi ceria sama sekali. Dina sangat takut kalau Senja meninggalkannya untuk kali kedua.

Senja berjongkok di hadapan Dina. "Gue janji, gak bakal pergi ninggalin lo lagi, Din." ucap Senja sembari menyibakkan rambut Dina dibelakang telinganya.

***

Sesampainya di rumah Senja segera naik ke lantai dua. Dia ingin beristirahat setelah lima hari tidak pulang ke rumah. Senja melihat Samuel yang tengah menonton film. Tatapan mereka bertabrakan. Senja sama sekali tak membuka pembicaraan dengan Samuel. Entah, dalam hatinya merasa jengkel.

"Bang, lo kemana aja?" tanya Samuel sambil membenarkan posisi duduknya.
Senja hanya melirik malas pada Samuel. Kemudian kakinya melangkah lagi menaiki tangga.

"Bang!"
Langkah senja kembali terhenti.
"Dina gimana? Dia beneran di rumah sakit kan? Lo gak berbuat yang aneh-aneh ke dia kan? Segitunya lo jagain Dina. Kenal aja enggak, masa iya lo jagain Dina sampai gak pulang? Atau jangan-jangan lo---" kalimat itu menggantung, Senja menunggu Samuel melanjutkan kalimatnya.

"Lo, udah ngapa-ngapain Dina?" lanjut Samuel.

Ekspresi Senja langsung berubah drastis. Murka dalam hatinya sudah melalui batas normal. Senja menuruni tangga kemudian menghampiri Samuel yang masih bersandar di sofa. Lantas tanpa ba-bi-bu tangannya mencengkeram kerah baju Samuel. Membuat Samuel terlonjak dari posisi duduknya.

"Lo ngomong apa barusan? Gue ngapa-ngapain Dina? Lo pikir Dina cewek apaan?" tanya Senja geram.

Samuel langsung mendorong Senja.
"Cukup! Kalo lo gak ada niat jelek ke Dina, lo gak mungkin lima hari gak pulang, gak ada kabar, ponsel lo nonaktif, dan kenapa lo seakan ngelarang gue jengukin Dina? Gue curiga! Lo sembunyiin Dina dimana?!!!" sentak Samuel.

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang