DI UJUNG PENANTIAN

40 11 0
                                    

Samuel : Bro, lo dimana?
Raka A.S : Dikit lagi nyampe. Sekarang mulai aja. Sepuluh menit lagi nyampe.
Samuel : Gue nyanyiin nih?
Raka A.S : Fix. Sekarang! Buruan.

Samuel melambaikan tangan ke arah Dina. Ini kode!. Dina segera berlari ke arah tenda. Menyibak penutup tenda. Dina mendapati Aurel tengah tertidur. Kamprettt, ngebo teros! Gumam Dina, dengan cepat Dina mengguncang-guncang tubuh Aurel.

"Rel, bangun woy!" ujar Dina dengan nada panik.
"Apa sih, Din? Gue masih ngantuk nih." tepis Aurel dengan nada malas.
"Rel... Samuel... Samuel."
"Kenapa sama dia?" tanya Aurel.
"Dia depresi, Rel. Dia mau bunuh diri. Liat. Dia sekarang udah di puncak bukit sono." ujar Dina dengan nada panik, lebih tepatnya dipanik-panikkan.

Aurel terbelalak. Dia hampir tak percaya. Aurel segera bangkit dari posisinya menyibak penutup tendanya. Napasnya tak beraturan. Dia benar-benar melihat Samuel sudah berada di puncak bukit, pandangannya kosong dan dia menyadari beberapa meter di hadapan Samuel adalah jurang yang cukup curam. Aurel berteriak sekencang-kencangnya kemudian berlari ke arah Samuel.

"Sammmm... Plis jangan lakuin itu!!!" pinta Aurel sambil berteriak dengan kencang.
Dina tertawa terbahak-bahak melihat Aurel yang benar-benar tertipu olehnya dan Sam. Aurel berlarian sambil menangis sejadi-jadinya. Aurel memanjat bukit sekuat tenaga. Dina hanya mengawasi dari kejauhan sambil terus mentertawakan sahabatnya itu.

Sampai akhirnya Samuel merentangkan kedua tangannya. Jeritan Aurel semakin menjadi-jadi. Tawa Dina pun mulai meredup. Di luar dugaan Dina, Samuel benar-benar menjatuhkan dirinya ke jurang itu. Mata Dina melotot melihat kejadian itu. Samuel. Deg! Jantungnya lagi-lagi tak beraturan.

Sejadi-jadinya Dina lari sekuat tenaga menyusul Aurel yang hampir sampai. Rasa hampa menusuk ke dalam hati Dina. Kejutan macam apa ini, Sam? Kenapa lo lakuin ini? Suara hati Dina hampa. Air matanya tak lagi bisa dibendung, lidahnya kelu, kakinya hampir saja tak mampu menopang tubuhnya.

Aurel terduduk di puncak bukit. Menangis hampa, dia benar-benar merasa bersalah karena tak bisa menolong Samuel. Teriakan keras Aurel memanggil nama Samuel. Dina yang tepat di belakangnya menatap nanar ujung bukit itu. Hingga akhirnya dia jatuh terduduk. Orang yang dia cintai kini pergi untuk selamanya. Kejutan macam apa ini?

-Baru saja aku bisa melupakan senja.
Kau pergi dengan sangat mengejutkan.
Aku tak kuasa menaham tangis.
Aku terlambat mengakui, aku sangat mencintaimu.-

Batin Dina terus bersuara. Menata syair-sayir yang menggambarkan suasana hatinya. Dina masih tidak percaya Samuel akan senekat itu padahal ini adalah hari ulang tahun Aurel. Sahabatnya sejak kecil. Lo tega, Sam! Tatapan nanar itu masih saja terlihat dari sorot mata Dina.

-Hari ini, hari yang kau tunggu.
Bertambah satu tahun usiamu.
Bahagialah kamu.
Yang kuberi.
Bukan jam dan cincin.-

Suara genjreng gitar dan syair itu. Lagu Ulang Tahun dari Band Jamrud. Aurel dan Dina saling berpandangan. Keduanya bingung bukan kepalang. Sejurus kemudian keduanya menengok ke bawah ujung bukit itu. Kampreeeettt! Batin keduanya bersuara.

-Bukan seikat bunga.
Atau puisi.
Juga kalung hati.-

Samuel mulai merangkak naik. Ternyata di bawah ujung bukit itu masih ada pijakan lagi yang jaraknya kurang lebih dua meter dari atas.

-Maaf, bukannya pelit.
Atau nggak mau bermodal dikit.
Yang ingin aku beri padamu.
Doa setulus hati.
Semoga Tuhan, melindungi kamu.
Serta tercapai semua angan dan cita-citamu.
Mudah-mudahn diberi umur panjang.
Sehat selama-lamanya.
Selamat ulang tahun Aurelia Margareta.-

SENJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang