Ending Scene

38 2 0
                                    

Ending Scene

"Berhenti di situ!"

Maria membulatkan kedua matanya, deru napasnya bergemuruh, giginya gemeletuk. Benda runcing,mengkilap, tajam di tangannya dia acungkan ke depan, ke arah lelaki berbaju hitam. Lelaki itu menyeringai sambil melangkah pelan mendekati Maria.

"Sudah kubilang berhenti di situ, kalau tidak ..., kalau tidak aku akan ...,"

Sinar ketakutan terpancar jelas dimanik cokelat Maria. Lelaki itu tidak menghiraukan ancamannya dan terus melangkah mendekatinya. Ritme napas Maria semakin cepat.

"Sebuah boneka tidak boleh melawan tuannya" ucap lelaki itu dengan seringaian yang menakutkan.

"Aku tidak sudi menjadi bonekamu, lebih baik aku mati daripada harus menurutimu!" jawab maria mantap.

"Kamu tidak berhak mati tanpa seijinku," ucap lelaki itu.

"Kenapa aku harus ijin padamu untuk mati? Kamu bukan siapa-siapaku, ingat itu."

Maria mendekatkan benda tajam itu ke lehernya dan siap untuk menyayatkan kekulit tipisnya. Mata sayunya berkaca-kaca, sedang lelaki di depannya menatapnya dengan pandangan penuh pengharapan.

"Jangan, aku mohon Maria lepaskan benda itu!" perintah lelaki itu sambil mengangkat ke dua tangannya ke atas.

"Lepaskan aku, jika kamu masih menginginkanku hidup, biarkan aku pergi," ucap Maria penuh harapan.

Lelaki itu menyeringai dan melangkah kembali mendekati Maria.

"Bajingan, aku bilang jangan mendekat!" teriak Maria penuh frustasi

"Tidak bisakah kamu mencintaiku sedikit saja?" tanya lelaki itu

"Mana mungkin aku mencintai monster yang telah membunuh seluruh keluargaku, aku membencimu, Aaron!"

"Baiklah, jika hidup atau pun mati tidak bisa membuatku memilikimu, lebih baik kamu mati saja, ditanganku!"

Maria menatap langsung ke dalam mata kelam lelaki di depannya, kaget dengan apa yang barusan di dengarnya. Bukankah Aaron sangat mencintainya? Maria memejamkan matanya akan menyayatkan benda itu kepermukaan kulitnya. Dia lebih baik mati bunuh diri daripada di bunuh oleh Aaron, itu pasti akan membuat lelaki itu menyesal seumur hidupnya, pikir Maria. Ketika pisau itu berhasil menyakiti kulitnya, Aaron dengan cepat meloncat ke arahnya. Mereka berdua roboh ke atas tanah, pisau yang di pegangnya menusuk sesuatu.

Maria terbelalak melihat tangannya yang berlumuran darah dan menatap lelaki yang terbaring di sebelahnya dengan pisau yang menancap tepat di dadanya.

"Maafkan aku, aku melakukan semua itu demi kamu, karena mereka tidak pantas menjadi keluargamu, Maria." Ucap Aaron

Setelah mengucapkan kata terakhirnya mata kelamnya pun memudar kehilangan cahaya. Maria terisak sembari melepas pisau itu dari dada Aaron, seketika darah segar mengalir keluar dari luka tusukan itu. Maria menutup luka itu dengan kedua tangannya, berharap bisa menghentikan darah yang mengalir keluar.

Kumpulan Flash FictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang