Tidak dibenarkan menjiplak, mengambil intisari, atau menyalin sebagian dan/ seluruh part dari cerita ini! Harap pembaca sekalian bekerja sama dengan penulis dalam melaporkan segala bentuk pencurian terhadap cerita ini kepada penulis, Terima kasih!
Follow di IG: Shilanoaph
"Mama, Ayo berangkat!"
Suara riang yang bergema sampai keseluruh ruangan itu menyadarkannya dari posisi melamun. Entah kenapa, akhir-akhir ini dia memang sering melamun tanpa alasan. Awalnya dia tak memusingkannya, tapi sekarang perempuan muda itu mulai khawatir akan dirinya.
Pernah, suatu kali, karna sikap melamunnya yang ekstrim, dia bahkan pernah menggosongkan sarapan yang sedang dimasaknya tanpa sadar. Dia sudah pernah mencari di google tentang ini, tapi semua hasil penelusurannya membuatnya semakin stress.
Jika dipikir-pikir pakai akal sehat yang dia yakin masih punya, dirinya tidak punya masalah yang cukup serius.
Keuangan? Tidak mungkin. Pekerjaannya yang baru saja dijalaninya selama setengah enam bulan terakhir terasa sangat memanjakan status finansialnya, bahkan bisa dibilang, hidupnya sudah cukup sejahtera.
Faktor umur? Mustahil! Diumurnya yang ke-21 seperti ini harusnya dia masih dibilang muda dan sangat bertenaga, sungguh tak bisa dipercaya jika terdapat masalah pada kesehatannya.
Walaupun memang tak dipungkiri, pinggangnya sudah mulai terasa kebas karna melakukan apa-apa sendiri.
Ya, sebagai orangtua tunggal, Miranda Violet sudah harus bertanggung jawab akan banyak hal yang cukup mengejutkan.
Contoh kecilnya seperti fakta bahwa manusia ternyata harus diberi makan tiga kali sehari, terutama manusia kecil seperti yang sekarang sedang menatapnya dengan mata berbinar diujung meja. Berdecak penuh kagum, Miranda menggelengkan kepalanya pelan. Sampai sekarang, dia masih tak menyangka bahwa seorang malaikat setengah iblis yang sangat tampan tersebut adalah buah hatinya.
Bayi kecil yang sekarang sudah bertumbuh dewasa menjadi bayi berumur empat tahun dengan segala pertanyaan-pertanyaan pintarnya.
"Mama sakit ya?"
Pertanyaan tulus itu terdengar seperti air sejuk yang membuat siapa saja yang mendengarnya bertekuk lutut.
Seperti Miranda sekarang ini. Dengan senyum kecil yang sedikit dipaksakan, dia menggeleng cepat, "Tidak, sayang."
"Lalu kenapa mama kelihatan lesu?"
Alis Miranda naik sebelah mendengar kosa kata baru dari bibir anaknya. Keno Reamus, bocah kecil itu memang bisa tergolong pintar dan mandiri diumurnya yang masih empat tahun.
Tapi, bahasa-bahasa yang dikeluarkan anak ini membuatnya sudah seperti kamus berjalan.
"Mama hanya tak sengaja melamun." Sahut Miranda sambil mengambil piring kosong yang ada didepan Keno. Mata coklat hazelnya tak sengaja bertatapan lagi dengan mata bulat hitam milik Keno. Anak itu mengerutkan alisnya seperti sedang memikirkan sesuatu, lalu tak berapa lama, mulutnya terbuka.
"Keno lihat di TV, itu mungkin karna mama kena arkemia." Sahut Keno sambil menatap Miranda bijak.
Sementara itu, Kening Miranda langsung mengkerut mendengar perkataan sok tahu yang didengarnya dan membuka mulut untuk mengkoreksi, "Anemia maksudnya?"
Ada jeda waktu singkat sebelum Keno mengangguk-anggukkan kepalanya, "Ya itu." Jawab bocah itu tanpa sadar bahwa ibunya berusaha mati-matian untuk tak tertawa.
Setelah berhasil menguasai diri, Miranda mengelap sisa saos tomat di bibir Keno, lalu tersenyum lembut, dia yakin sekali anak nya ini tak mengerti apa itu anemia, dan Miranda pun terlalu malas untuk menjelaskan, Jadi yang dilakukannya sekarang adalah menundukkan wajahnya dan mengecup sayang rambut atas milik Keno.
"Yasudah, kamu sudah siap berangkat, kan?"
Dan seperti disiram air dingin, wajah Keno tampak berseri. Dia menganggukkan kepalanya cepat, "Uda' dong mah! Keno daritadi kan nunggu mama"
Setelah mengatakan itu, Keno mengambil tas dari kursi disampingnya lalu beranjak turun dengan hati-hati dari kursi yang terbilang tinggi untuk kedua kaki mungilnya.
Tak berniat untuk memberikan reaksi membantu, Miranda hanya diam membiarkan anaknya turun dengan sempurna baru setelah itu mencium gemas pipi montok merona milik Keno.
Keno tidak keberatan, dia hanya tertawa geli. Tangan Miranda meraih sebuah kunci mobil lalu disodorkannya kedepan Keno.
"Kamu masuk duluan saja ke dalam mobil. Mama mau ambil barang mama dulu diatas." Kata Miranda sambil berlalu.
Keno tadi tidak menjawab apa-apa, tapi dia yakin anak itu mengerti ucapannya. Terbukti saat Miranda sedang berlari menuju kamarnya, sayup-sayup dia mendengar suara mobil terbuka dari arah halaman.
Tersenyum bangga, Miranda mengambil sebuah tas besar yang sudah disediakannya didekat nakas dengan buru-buru lalu langsung berlari keluar dari kamar sambil membisikkan kalimat penenang yang terbukti ampuh dalam empat tahun belakangan ini:
"Selagi ada Keno, Miranda tidak memerlukan apapun."
dan itu benar adanya.
________________________________
Hai! Sedikit Disclaimer:
Ini cerita ketiga dari seri [ILuvNoarch] yang dimana saya menceritakan kisah masing-masing dari keturunan klan Noarch. Tenang saja, cerita tidak mengandung unsur "terikat" dengan cerita-cerita saya sebelumnya, sehingga pembaca bebas membaca setiap cerita tanpa diwajibkan membaca cerita yang lain :)
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED IN LOVE
RomanceMiranda Violet sangat tidak menyangka kemurahan hatinya membantu dua orang anak kecil berparas imut membawanya kesebuah hubungan memusingkan dengan seorang pengusaha tambang bernama Robert Noarch. "Aku tak percaya kau berani datang kesini, dasar pen...