Miranda membanting pintu mobilnya dengan sekuat tenaga. Nafasnya terengah-engah karena emosi yang sudah dia rasa memuncak sampai ke ubun-ubun.
Bisa-bisanya...
Bisa-bisanya pria tolol yang tidak tahu cara memilih pacar itu menganggapnya penjahat.
Oke, memang iya Miranda mengambil Sean dan Sophia tanpa permisi, tapi itukan bukan salahnya? Salahkan Aida yang kala itu memukul mereka. Sebagai seorang perempuan, terlebih lagi dia adalah seorang ibu, Miranda tidak bisa menahan nalurinya untuk tak menyelamatkan kedua anak itu.
Tangan Miranda menepuk-nepuk kemejanya yang sudah basah dan berniat menjalankan mobil saat suara bersin dari sebelah kirinya terdengar.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Miranda sambil terkejut saat melihat kondisi putranya.
Anak kecil itu tidak menjawab. Dia sibuk mengusap-ngusap hidungnya yang memerah. Kemeja seragam Keno pun sudah basah kuyup hingga Miranda bisa melihat kulit dada dan punggung Keno yang terciplak di kemeja anak itu.
"Astaga! Kau seperti tikus kecebur! Ayo cepat buka bajumu. Sebentar ya, mungkin di jok belakang ada selimut." Miranda membuka sabuk pengaman yang melingkar di dadanya dan sigap meloncat ke kursi belakang.
Dia mengambil satu selimut tebal dan sebuah jaket dari jok paling belakang. Dia bawa kedua benda itu kembali ke jok depan.
Miranda melihat Keno yang sudah membuka baju atasannya dan sedang memeluk tubuhnya sendiri sembari mengigil kedinginan.
Sambil meringis, dia memakaikan jaket tebal miliknya yang kebesaran di tubuh keno lalu ditambah dengan selimut hingga ke setengah wajahnya.
Miranda mengelus pelan rambut Keno ketika pria kecil itu sudah seperti kepompong. Setidaknya, walaupun hidung keno masih memerah, dia sudah tidak lagi menggigil kedinginan.
Tangan Miranda mengecilkan AC mobil sampai paling rendah. Sengaja dia tidak matikan karena menghindari kaca mobil yang berembun.
Mata Miranda melihat bangunan kantor didepannya. Kembali merenung dan memutar ulang kilas balik dimana ia menyelamatkan Sean dan Sophia.
Kedua anak kecil itu sungguh menggemaskan. Sayang, ayahnya seperti monster.
Keno yang melihat pandangan Miranda menghela nafas kesal, "Untung saja dua anak caper itu sudah pulang..." Kata Keno dengan suara kecil. Mungkin dia bermaksud mengatakan itu kepada dirinya sendiri, tapi sayangnya pendengaran Miranda masih tajam.
Perempuan itu menyeringai lalu menatap Keno sambil menyilangkan tangannya di dada, "Caper?" Miranda mendengus. Sekarang dia tahu apa yang membuat anaknya ini bersikap aneh, "Jadi kau cemburu, heh?"
Rona merah menjalar diseluruh telinga Keno ketika isi hatinya yang cukup kekanakan terdengar oleh Miranda. Sangkin malunya, Keno sampai membuang muka kekiri agar tidak melihat senyum menyebalkan yang ada di wajah Miranda.
"Engga cemburu, kok!"
"Ah masa~ Jadi daritadi kamu diam-diam karena cemburu, ya? Kenapa? Kamu takut digantikan?" Suara Miranda sengaja dia buat naik turun untuk menggoda Keno.
"Ish, engga tau! Udah ah ayo jalan. Tuh lihat ada yang keluar dari gedung tuh." Seru Keno tiba-tiba sambil menunjuk kearah gedung.
Reflek karena mendengar perkataan Keno, Miranda mengangkat wajahnya untuk melihat gedung besar tempat dirinya dipermalukan tadi.
Dan... kedua mata mereka bertemu.
Miranda melihat ayah Sean -yang entah siapa namanya- sedang mengigit sebuah rokok dibibirnya. Pria itu tadinya ingin membakar ujung rokok tersebut sebelum matanya dan mata Miranda bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED IN LOVE
RomanceMiranda Violet sangat tidak menyangka kemurahan hatinya membantu dua orang anak kecil berparas imut membawanya kesebuah hubungan memusingkan dengan seorang pengusaha tambang bernama Robert Noarch. "Aku tak percaya kau berani datang kesini, dasar pen...