Tidak dibenarkan menjiplak, mengambil intisari, atau menyalin sebagian dan/ seluruh part dari cerita ini! Harap pembaca sekalian bekerja sama dengan penulis dalam melaporkan segala bentuk pencurian terhadap cerita ini kepada penulis, Terima kasih!
Follow di IG: Shilanoaph
Kepala Miranda seperti disiram air dingin! Tunangan? Astaga.
"Apa Aida sering memukul kalian?"Tanyanya penasaran. Kedua anak yang masih memakai seragam mereka yang sudah kotor karna tanah itu bertatapan lalu tampak sedih.
"Hanya ketika papa tidak ada."
Entah kenapa, Jawaban Sean menyebabkan darah nya kembali naik sampai kedasar kepala. Tangan Miranda mengepal erat, membayangkan jika Keno-nya, anak yang paling dia kasihi dipukuli seperti mereka, mungkin Miranda siap jadi pembunuh.
Berdeham sebentar, Miranda bertanya lagi, "A-apa Papa kalian tidak tahu?"
Sean dan Sophia otomatis menggeleng, membuat perasaan iba dan sayang itu muncul lagi dihati Miranda. Dia tidak ingin bertanya-tanya lebih, Tatapannya sekarang tertuju ke sebuah luka memanjang di lengan Sean.
"Sialan." Sebuah tarikan nafas terkejut oleh Keno menyadarkannya dari bahasa kotor yang muncul dari mulutnya. Tatapan anak itu menuduh Miranda yang hanya dibalas dengan cengiran kecil tak perduli. Mata Miranda sedikit melirik Sean dan Sophia. Mereka berdua juga terlihat terkejut dengan penuturan Miranda.
Mengangkat bahu, Miranda menyiratkan isyarat canggung atas kelakuannya. Untungnya Sean dan Sophia langsung bersikap tak perduli.
Tanpa basa-basi, Miranda sedikit maju dan menarik lembut tangan kecil khas anak-anak itu kegenggamannya. "Apa perih?" Tanyanya lembut.Sean yang diperlakukan seperti itu tampak kikuk dan menggeleng pelan.
Miranda lalu mengalihkan pandangannya kekiri, "Coba aku lihat tanganmu?" Bujuknya pelan tapi tingkah gadis ini membuatnya mau tak mau tersenyum. Sophia dengan riang menggeser duduknya agar mengapit Sean lalu menyodorkan tangannya yang terluka dengan semangat.
"Tidak sakit lagi kok tante." Jawabnya tanpa ditanya, membuat Miranda mengelus kepalanya sayang.
"Kalau gitu kita berhenti di mini market depan untuk mengobati luka kalian, lalu setelah itu aku akan mengantar kalian kerumah. ok?" Kata Miranda sambil tersenyum, tapi berbanding terbalik dengan dirinya. Ketiga anak yang ada di dalam mobilnya itu langsung murung dan bertatapan satu sama lain.
Penasaran, Miranda membuka mulutnya, "Ada apa?" Anak-anak itu saling melempar pandangan, seperti menentukan siapa yang akan membuka pembicaraan duluan.
Tetapi, karna Miranda tahu pasti kalau Sean dan Sophia masih canggung, jadi dia melihat anak kandungnya yang juga sedang menatap matanya dengan tatapan berbinarnya yang biasa membuat Miranda luluh.
"Ehm... Keno sedikit membocorkan informasi kalau kita akan makan es krim hari ini..." Katanya sambil menampilkan senyum lebar tanpa dosa, berharap itu bisa melunturkan kekesalan ibunya.
Dan berhasil...
Miranda menghela nafas lelah, mungkin dia sudah mulai bisa belajar untuk menolak anak itu. Miranda lalu melihat kebelakang sambil tersenyum, "Yap. Sepertinya kita memang pantas mendapatkan es krim di hari yang melelahkan ini, kan?"
Perkataannya menimbulkan senyum di bibir Sean dan Sophia. Keno bahkan sampai tertawa bahagia. Menggeleng pelan tak ingin mematahkan selebrasi mereka, Miranda kembali menekan gasnya dan berniat cepat-cepat agar hari ini selesai.
Luka-luka Sean dan Sophia juga harus segera diobati.
****
Tangan kanan Miranda membuka pintu kaca mini market tersebut lelah. Dia tak memperdulikan pandangan aneh orang-orang saat dirinya masuk dengan kemeja yang berantakan dan dua kancing atasnya terlepas, menampilkan sedikit dadanya yang tidak bisa dibilang kecil. Ditambah, dia membawa tiga anak yang sama kacaunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAPPED IN LOVE
RomanceMiranda Violet sangat tidak menyangka kemurahan hatinya membantu dua orang anak kecil berparas imut membawanya kesebuah hubungan memusingkan dengan seorang pengusaha tambang bernama Robert Noarch. "Aku tak percaya kau berani datang kesini, dasar pen...