°°°
Perjalanan pulang terasa cukup melegakan saat aku berhasil memilih untuk berada di jok belakang. Melepas penat dan rasa sesak yang sebelumnya memenuhi tubuh terlebih hatiku.
"Setidaknya aku mendapatkan hasil foto yang lumayan baik." Baek Hyun tengah memulai pembicaraan.
"Tour kali ini sangat singkat. Tapi apa yang aku lihat, sungguh menakjubkan," sahut Chanyeol kemudian.
"Aku merasa setiap tour sangat menyenangkan." He Ra tersenyum memandang keluar jendela.
Berada di jok belakang membuatku dapat melihat puas apa yang dilakukan orang-orang di depanku ini. Sesekali aku membuang pandangan pula keluar jendela. Sayangnya, pemandangan alam sepanjang jalan telah terganti oleh kendaraan dan bangunan perkotaan.
"Kau tau, bagaimana perasaan Min Seok saat berada di antara Min Ah dan Jong Dae?"
Pandanganku teralih cukup cepat ke arah seseorang yang berada di jok kemudi, sesaat setelah indra pendengaranku berfungsi sangat baik.
"A...apa maksudmu?" Aku mencoba bersikap setenang mungkin, menutupi kenyataan bahwa aku terkejut sekaligus takut. Apakah Jun Myeon tau?
"Jangan naif. Kamu cukup sesak bukan berada di antara mereka, sesekali menjadi penengah atau bahkan menjadi dunia yang tidak diinginkan." Jun Myeon tertawa mengakhiri kata-katanya. Sedikit membuatku tersentak, memikirkan bahwa di antara mereka, aku hanya sekedar penengah dan dunia yang tidak diinginkan. Aku mengerti itu.
"Berada di antara Min Ah dan Jong Dae, membuatku tampak seperti orang bodoh," sahut Chanyeol sekilas sembari mengubah posisi tangannya menyangga kepalanya dan menahannya agar terasa nyaman.
'Berada di antara Min Ah dan Jong Dae, membuatku tampak seperti orang bodoh,' Perkataan Chanyeol cukup terngiang di kepalaku dan menambah sedikit beban di sana, yang sebelumnya dipenuhi dengan pernyataan Jun Myeon.
"Aku cukup terbiasa dengan bagaimana itu menangis. Tidak pernah ada yang tau. Tidak ada. Sampai suatu malam, saat aku tanpa sengaja menangis di beranda, seseorang melihatku. Mungkin awalnya dia tidak tau jika aku menangis, tapi saat aku terburu-buru menyeka air mata, dia mengerti bahwa aku baru saja menangis."
"Dan detik berikutnya, aku mendengar langkah kakinya mendekat, aku ketakutan awalnya. Tapi aku begitu tersentak saat tiba-tiba dia memelukku dari belakang. Dia begitu hangat, pelukannya bahkan cukup menenangkanku. Aku menikmatinya, aku tidak pernah merasakan hal semacam itu, sampai aku tersadar bahwa pelukannya benar-benar membuatku nyaman. Tapi aku tidak pernah menduganya, bahwa seseorang itu adalah Jong Dae."
Aku terdiam, lantas aku sedikit terkejut mendengar apa yang dikatakan Min Ah. Napasku sesak, tenggorokanku tercekat, bahkan jantungku terasa runtuh di saat yang sama dan mataku mulai panas menahan sesuatu di pelupuk mata yang akan mengalir. Apa yang terjadi denganku?
"Entah apa yang terjadi padaku saat itu, tapi aku menyadari, bahwa pertengkaranku, ketidaksukaanku, semuanya, itu cinta Min Seok. Itu... Itu terdengar rumit memang, tapi saat aku menemukannya, itu sangat mudah. Dan malam itu juga, aku tau perasaannya. Perasaan seorang Jong Dae terhadapku." Min Ah terdengar antusias, tanpa tau bahwa aku di sini menahan semua sakit yang tidak aku ketahui darimana datangnya, dan karena apa.
Aku terdiam cukup lama. Terngiang-ngiang akan apa yang dikatakan oleh entah itu Jun Myeon, Chanyeol, maupun Min Ah.
"Jangan terlalu dipikirkan Min Seok, mereka hanya bercanda. Meskipun aku juga cukup menyetujui perkataan Jun Myeon maupun Chanyeol." He Ra melihatku melalui spion.
"Bagaimanapun kamu tidak menyetujuinya, mereka berdua selalu bertengkar. Ya sekalipun Min Ah tampak pendiam, tapi Jong Dae mampu membuatnya bicara. Dan keduanya selalu membuatku berpikir, apakah batas antara benci dan cinta itu benar-benar ada? Kalian tau sendiri bukan, bagaimana mereka berdua selalu bertengkar? Siapapun tidak akan pernah dianggap. Bahkan telingaku sampai sesak mendengar pertengkaran mereka." Penjelasan cukup panjang dari Baek Hyun cukup membuatku mengerti atas apa yang mereka bicarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLAROID (Kim Min Seok)
Fanfiction"Kau itu seorang pria sederhana. Menangis bukanlah pilihan terbaik dalam masalahmu, kecuali kau merasakan bagaimana itu sakit hati. Kau mungkin hebat dalam banyak hal, tapi kau tidak pernah hebat atau bahkan bisa dalam mengatur dan memercayai apa ya...