°°°
Tidak ada yang perbincangan yang kami lakukan sampai kami masuk ke dalam rumah, bahkan tidak ada dari aku maupun ibu yang berkata apapun sewaktu di mobil. Mungkin ibu lega telah mengatakan semuanya meskipun dengan sangat terlambat, tapi bagaimana denganku? Kenyataan ini seperti sebuah tamparan, bahwa ayahku tidak pernah mencintai ibuku. Hal yang nampak sederhana karena sepertinya itu bukan masalah, dengan terlahirnya aku.
Dering ponselku benar-benar mengacaukan lamunanku, tapi syukurlah ada seseorang yang masih mengingatkanku kembali pada kenyataan.
•GoMinAh
Kau tadi kemari? Tanpa menyapaku?Aku tanpa sadar mengangkat kedua ujung bibirku perlahan, begitu membaca pesan dari Min Ah. Siapa pula yang bisa melewatkan perhatian darinya. Baru saja aku hendak mengetikkan balasan, Min Ah kembali mengirimkan pesan.
•GoMinAh
Min Seok, aku menunggumu. Menyampaikan cerita yang dulu pernah tertunda. Katamu lain waktu, jadi kapan aku bisa mendengarnya? Atau aku sudah terlambat menanyakan hal ini?Aku tertegun sejenak, Min Ah bahkan masih ingat dengan apa yang pernah mengganggu pikiranku saat awal pertemuanku dengannya. Aku pikir, sekarang aku lebih punya banyak masalah yang benar-benar tidak dapat aku selesaikan sendirian. Ini masalah, atau kenyataannya aku yang tidak bisa menerima?
•KimMinSeok
Maaf, tadi aku bersama ibuku.
Rupanya kau masih ingat dengan pembicaraan sewaktu itu.•GoMinAh
Tentu saja, ingatanku cukup baik.•KimMinSeok
Bisa aku bercerita di sini? Atau seharusnya kita bertemu?•GoMinAh
Kurasa kita perlu bertemu. Tapi maafkan aku, hari ini tidak bisa. Tiba-tiba saja Jong Dae memintaku membantu menyelesaikan observasinya. Karena itu tampak menyenangkan, jadi aku tidak menolaknya.Sudut bibirku yang terangkat seketika turun bersamaan dengan cepat. Aku sempurna melemparkan ponselku ke tempat tidur dan menghempaskan tubuhku pula di sana. Padahal rasanya nyaman sekali menikmati angin di beranda dan mengetikkan balasan, tapi tetap saja tidak bertahan lama. Bukan karena observasi itu yang menyenangkan, tapi karena Jong Dae lah yang membuat perasaan Min Ah menyenangkan. Aku yang terlalu bodoh, bahkan hampir saja membuatnya terbebani dengan masalahku sendiri.
*
Tanpa sadar, aku telah tertidur tiga jam lamanya. Kali ini bukan bunyi beker ataupun silau matahari yang membangunkanku, melainkan dinginnya angin yang mampu menembus baju yang aku kenakan. Pantas saja, ini angin malam. Sementara aku tidak menutup pintu berandaku. Begitu aku menutup sempurna pintu beranda, seseorang justru mengetuk pintu yang lain. Padahal sudah terlalu gelap, tapi siapa yang masih terbangun. Bibi Jang atau Ibu, entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
POLAROID (Kim Min Seok)
Fanfiction"Kau itu seorang pria sederhana. Menangis bukanlah pilihan terbaik dalam masalahmu, kecuali kau merasakan bagaimana itu sakit hati. Kau mungkin hebat dalam banyak hal, tapi kau tidak pernah hebat atau bahkan bisa dalam mengatur dan memercayai apa ya...