^24^

85 29 2
                                    

°°°

*Cekrek

Suara kamera yang memotret, terdengar bersamaan dengan flash menyilaukan yang cukup mengejutkan. Aku sedikit memicingkan mataku, mengatur cahaya yang tiba-tiba datang itu. Saat mataku dengan cepatnya pula kembali normal, segera aku melihat ke sekeliling dan menyadari seseorang berdiri di arah jarum jam 10 dari tempatku, dengan membawa sebuah kamera instan, polaroid. Mungkin miliknya.

"Hallo kalian?!" Jong Dae ternyata, dia menyapa kemudian berjalan ke arah aku dan Min Ah duduk.

"Jong Dae, apa yang kamu lakukan?" tanya Min Ah dengan nada yang terdengar sedikit terkejut.

"Aku baru menukarkan Instax 210 WIDE-ku dengan Instax 50s. Harganya lebih mahal, tapi ternyata flash-nya tidak sebagus 210 WIDE. Aku sedikit kecewa sekarang," jawab Jong Dae menghadapkan polaroid miliknya ke arah Min Ah.

"Bukankah 50s memiliki fungsi otomatis?" tanyaku memastikan ingatanku mengenai polaroid yang pernah aku baca di sebuah artikel.

"Juga self-timer." Kini Jong Dae menghadapkannya ke arahku.

"Ah! Aku bahkan tidak tau bagaimana keadaan polaroidku?" tanyaku pada diriku sendiri.

"Seseorang merawatnya dengan baik," sahut Min Ah.

"Maksudnya?" tanyaku.

"Ya begitulah, karena Yixing sudah kembali dari China, dia selalu membawakan pembersih lensa dari China. Dan aku—"

"dia selalu membersihkan polaroid milik semua anggota, karena dia yang cukup tahu tentang seluk beluk polaroid apapun." Seseorang menyahut ucapan Jong Dae yang belum selesai, tapi dia melengkapinya.

"Kamu selalu membuatku ingin terbang. Hahaha." Jong Dae tertawa bersama Jun Myeon yang merangkul bahunya.

"Itu mengapa, kita selalu menggantungkan polaroid ke dinding tempatnya, tiap setelah memakainya," lanjut Min Ah.

Aku mengangguk mengerti, kemudian ikut sedikit tertawa karena suasana di sekitarku saat ini. Tapi Min Ah, dia hanya tersenyum dan matanya seolah terpaku menatap Jong Dae yang masih tertawa.

Aku tidak pernah tahu, apa yang sebenarnya terjadi? Sekalipun aku nampak biasa saja, tapi sejujurnya aku selalu penasaran dan ingin mengerti semuanya.

*

Napasku terengah-engah begitu aku berhenti berlari dan berdiri tepat di ambang pintu setelah aku membukanya.

Ibu mungkin masih setia terbaring di tempatnya, tapi saat ini keadaannya berbeda. Matanya terbuka lemah, dan dia tersenyum begitu menatapku dari tempatnya.

Perasaan bahagiaku mendorongku untuk mendekat dan memeluk ibu di tempatnya. Dia berusaha untuk bangun, tapi aku segera mencegahnya, karena aku tahu tubuhnya masih sangat lemah setelah bangun dari komanya.

"Ibu merindukanmu," ucap ibu begitu lemah dan pelan. Aku mengangguk dan mengatakan hal yang sama padanya.

Pintu terbuka, seorang perawat masuk dan membawa sebuah mangkuk di atas nampan. Dia tersenyum ke arah ibu, dan meletakkan mangkuk yang ternyata berisi bubur dan beberapa cairan beserta jarum suntik di atas nakas. Kemudian dia menyuntikkan cairan yang dibawanya pada infuse milik ibu.

"Ini vitamin untuk sedikit memulihkan tenaga nyonya. Dan setelah cukup hangat, nyonya bisa memakan bubur yang saya bawakan. Selamat beristirahat dan semoga lekas kembali sehat," pesan perawat itu, kemudian berjalan keluar.

Aku tersenyum pada ibu. Kemudian meletakkan kepalaku di bawah telapak tangannya, aku memejamkan mataku begitu ibu mengusap rambutku dengan pelan.

Pintu kembali terbuka, dan membuatku kembali membuka mata dan mengangkatnya. Sehun berdiri di depan pintu seolah memberi pesan untuk mengizinkannya dan yang lain masuk. Aku tersenyum dan mengangguk padanya.

POLAROID (Kim Min Seok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang