°°°
"Maaf, membuatmu mengingat hal yang menyakitkan," ucap ibu begitu kami berada di luar rumah.
"Tidak. Ini ingatan yang sudah begitu lama. Justru aku yang harusnya meminta maaf. Seharusnya ibu mendapat sambutan yang baik," sahut Eon Bi menatap ibu.
"Ibu tidak peduli dengan sambutan yang baik ataupun buruk. Ini sudah lebih dari cukup. Maaf tidak dapat membantu apapun, bahkan rasanya cukup sakit hanya sekedar mendengar tanpa berbuat sesuatu."
"Ibu sudah cukup menjadi pendengar yang baik." Eon Bi menyunggingkan sudut bibirnya tipis. Cukup melegakan.
"Berceritalah di lain waktu. Meskipun tidak membantu menyelesaikan, tapi setidaknya mampu melegakan perasaan. Bukankah berbagi itu indah?" Akhir ibu, tanpa perlu jawaban Eon Bi.
Keduanya berpelukan sebentar, sampai akhirnya sebuah mobil berhenti tepat di depan gazebo keduanya berdiri, dan nampak Jun Myeon berdehem dari dalam mobil yang kacanya terbuka.
"Maaf, kami tidak bermaksud mengganggu," sahut Jun Myeon menyatakan kami bersama Sehun yang duduk di kemudi mobil.
Ibu tersenyum meremehkan pada Jun Myeon, "sebenarnya, kita cukup memiliki sedikit kesamaan."
"Oh ya?" sahutnya cepat.
"Kita, pelit dengan waktu." Spontan jawaban ibu membuat Jun Myeon terdiam, kemudian tersenyum dipaksakan.
"Sungguh menarik," gumamnya cukup keras.
Aku tertawa pada hatiku sendiri. Tapi tidak luput dari ujung bibirku yang terangkat dengan sendirinya. Suasana yang menyenangkan.
"Kami akan berkunjung lain waktu," kata Jun Myeon begitu Eon Bi menutup pintunya.
"Sampai jumpa!" seru ketiganya, kemudian dalam beberapa detik mobil mereka hilang setelah di ujung gerbang.
.
.
Untuk beberapa saat, Eon Bi masih menenggelamkan wajahnya di pundak ibu. Sampai ibu mengangkat sebelah tangannya dan mengibaskannya satu-dua kali ke arah luar ruangan. Aku terhenyak sesaat sebelum mengerti dengan tanda itu, tapi kurasa ibu benar. Pembicaraan ini akan lebih baik tanpa aku, Jun Myeon atau Sehun yang hanya dapat tercengang dengan keadaan.Aku menjentikkan jari di depan Sehun juga Jun Myeon. Menyadarkan mereka dari ketercengangan yang sesaat lagi akan hilang. Jun Myeon sepertinya cukup penasaran, tapi aku mampun membuat keduanya saat ini berjalan ke arah kolam ikan.
"Ini mengejutkan," mulai Jun Myeon.
"Aku tidak begitu tahu dengan Eon Bi. Tapi rasanya, aku mengerti maksudmu," balas Sehun.
"Seingatku, hanya Jong In lah seseorang yang dekat dengannya. Tapi dia tidak pernah bertindak sedemikian. Maksudku bercerita apalagi menangis. Bukankah ibumu adalah orang baru untuknya?"
Aku dengar pertanyaan itu dari Jun Myeon, dan aku tahu untuk siapa pertanyaan itu Jun Myeon berikan. Tapi rasanya, aku terlalu nyaman untuk mengaduk dan memberi makan ikan daripada menjawab pertanyaannya. Rasa sakitku berangsur membaik dengan ini, meskipun aku juga memiliki pertanyaan yang jauh lebih besar pada Eon Bi.
"Min Seok? Kamu dengar kataku?"
"Ya," jawabku akhirnya.
"Mungkin ibu memiliki daya pikat yang luar biasa," timpal Sehun. Sejenak membuat hatiku tergelitik. Ini cukup mengejutkan jika benar adanya.
"Hahaha...." tawa Jun Myeon cukup mewakili tawa yang sebelumnya juga ingin aku lontarkan.
"Ibuku tidak memiliki hal semacam itu, aku juga tidak tahu mengapa Eon Bi seperti terhipnotis dengan ibu. Tapi kurasa, Eon Bi lebih memiliki jawaban yang tepat dengan keputusannya untuk terbuka pada ibuku," jelasku, selesai bersamaan dengan aku menyelesaikan memberi makan ikan.
.
.
"Jadi....?"
KAMU SEDANG MEMBACA
POLAROID (Kim Min Seok)
Fanfiction"Kau itu seorang pria sederhana. Menangis bukanlah pilihan terbaik dalam masalahmu, kecuali kau merasakan bagaimana itu sakit hati. Kau mungkin hebat dalam banyak hal, tapi kau tidak pernah hebat atau bahkan bisa dalam mengatur dan memercayai apa ya...