Berkorban Pada Orang Yang Salah

110 4 0
                                    

Mencintai seseorang memang butuh sebuah perjuangan. Agar orang yang kita cintai bisa merasakan suatu kebahagiaan. Bahkan perjuangan yang kita lakukan bisa sampai ke tahap pengorbanan. Namun orang yang benar-benar mencintaimu juga tak akan rela melihat dirimu berjuang sampai berkorban seperti itu. Tak ada yang salah jika kita ingin berjuang. Yang salah adalah jika kita berjuang tetapi tidak diperjuangkan juga. Tak ada yang salah dengan pengorbanan. Yang salah adalah jika semua pengorbanan yang sudah dilakukan ternyata tak bisa dihargai dengan baik. Tentu menyakitkan rasanya. Karena berjuang dan berkorban tak semudah apa yang dikatakan.

Tak perlu kita bersikeras berjuang sendiri seperti itu. Saat perjuangan kita seluas lautan, dia hanya membalas seember kebaikan. Saat kita memberikan segelas darah untuk berkorban, dia hanya membalas setetes darah untuk kebahagiaanku. Jika tak sepadan tentu bisa menimbulkan perbedaan. Segala ketimpangan seperti itu akan membuat kita lelah sendiri. Jika dipaksa untuk meneruskan, mungkin bisa lebih dalam merasakan sedih. Kesedihan ditangan orang yang kita cintai. Karena yang kita cintai hanya meninggalkan rasa perih dihati.

Aku pernah menjemputmu di tempat magangmu. Walau sebenarnya aku tidak tau dimana tempat magangmu. Aku menggunakan google maps untuk mencari dan menelusuri alamat yang kau beri. Namun sial, aku sempat salah arah dan kesasar waktu itu. Malam yang dingin, aku berhenti dipersimpangan jalan. Jalan yang sepi membuatku untuk putar balik kembali ke jalan sebelumnya dan memutuskan untuk bertanya pada orang saja. Setelah aku sampai di tempat magangmu, kau berkata aku terlalu lama untuk menjemputmu. Tanpa ucapan terima kasih dan kau tak mau mendengarkan penjelasaan dariku. Aku pun hanya bisa tersenyum melihat sikapmu malam itu.

Andai kau tahu, aku bisa saja tidak menjemputmu malam itu. Aku bisa saja menggunakan waktu ku untuk mengerjakan pr atau belajar pelajaran sekolah. Aku juga bisa menggunakan waktu ku untuk makan malam. Atau bisa juga ku gunakan waktu ku untuk membantu kedua orang tua ku di rumah. Namun aku lebih memilih untuk menjemputmu di tempat magang. Bukan aku tak ikhlas, bukan pula aku mengungkit-ungkit kembali kejadian waktu itu. Hanya saja aku ingin kau sadar, bahwa aku melakukan semua itu untukmu dan harusnya kau bisa menghargai aku. Walau hanya dengan sekedar ucapan terima kasih, aku pun akan sangat senang sekali mendengarnya.

Selain itu, aku pernah mengantarmu berangkat sekolah waktu kita sama-sama masuk pagi. Semua itu ku lakukan karena aku peduli denganmu yang saat itu tidak ada kendaraan untuk ke sekolah. Motormu belum diperbaiki, aku merasa kasihan jika ayahmu harus bolak-balik ke sekolah dan ke tempat kerjanya. Untuk itu aku mengantarmu walau sekolah kita berbeda arah. Akhirnya aku terlambat sampai di sekolahku. Gerbang sekolah sudah ditutup dan harus rela menerima hukuman dari guru bimbingan konseling. Namun ketika kamu bertanya, aku berkata sudah sampai didalam kelas waktu itu. Semua itu ku lakukan hanya karena aku tidak ingin membuatmu khawatir. Walau kini yang tersisa hanyalah rasa getir.

Andai ada alat penukar perasaan pasti sudah ku pakai alat itu untuk menukar perasaan ku dengan perasaanmu. Agar kau tahu apa yang aku rasakan saat itu. Agar kau tahu bagaimana rasanya berkorban tapi tak dihargai. Jangan sampai orang yang berkorban untukmu berpikiran bahwa pengorbanannya sia-sia. Karena membuat orang untuk mau peduli atau mau berkorban untuk kita itu sulit. Seseorang yang rela memberikan waktunya untukmu adalah orang yang benar-benar peduli padamu. Karena dia memberikan sesuatu yang tidak bisa diulang kembali dalam hidupnya.


#30DWC #30DWCJilid7 #Squad6 #Day23

Dinamika RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang