Episode 5

1K 50 1
                                    

Maaf untuk Typo

Happy reading....


    Tok tok tok
"Ya masuk!" ujar Deva yang kini masih duduk berhadapan dengan Nabil.

"Bapak memanggil saya?" ujar seorang gadis yang baru saja memasuki ruangan Deva.

"Ah, Sendy. Ini udah jam 12 lebih ya. Hmmm. Kamu siapkan surat pengambil alihan Kantor Ini. Dan siapkan waktu untuk saya memperkenalkan calon presiden baru kantor ini." Ujar Deva pada asistennya yang bernama Sendy.

"Hmmm. Baik pak. Biar saya chek scedule nya dulu." ujar Sendy yang kini telah duduk di samping Nabil tentunya yang telah di persilahkan oleh Deva.

"Jam 16.00 kantor kita mungkin lagi free pak, jadi bisa di pakai waktunya untuk sekedar pengumuman." ujar Sendy yang telah memeriksa map yang ia bawa.

"Baikalah! Jam empat nanti kumpulkan semua karyawan dan staff yang lainnya." ujar Deva.

"Baik pak. Tapi maaf apa Non Gaby kah yang akan menggantikan posisi bapak?" ujar Sendy dengan sopanya.

"Oh bukan. Tapi pria di sampingmu ini lah calon presiden muda kantor ini." ujar Deva menunjuk Nabil. Lalu Sendy pun otomatis menengok kearah Nabil, Orang yang deva tunjuk.

"Oh. Selamat bergabung tuan..." Ujar Sendy menggantung.

"Nabil. Nabil Azlia nama saya." Ujar Nabil dengan mebalas uluran tangan Sendy dengan tersenyum ramah.

"Ah, iya selamat betgabung Pak Nabil. Semoga anda betah di kantor ini dan bisa mewujudkan cita cita tuan Deva yang belum tersampaikan olehnya." Ujar Sendy dengan tersenyum ramah.

"Terima kasih!" Ujar Nabil lalu melepaskan tangannya.

"Nah Nabil, ini Sendy. Dia nanti yang akan menjadi Asistenmu." Ujar Deva yang diangguki oleh Nabil dan tersenyum.

"Mmm... Nabil ini udah masuk jam makan siang, kita makan sama sama yuk!" Ujar Deva dengan melirik sebentar pada jam di pergelangan tangannya.

"Mmmmm...." Ujar Nabil sedikit berfikir. Faktanya ia tak membawa uang sama sekali.

"Tenang aja, kita makan di rumah om. Jadi gak usah khawatir masalah bayar. Sekalian kamu om kenalkan pada keluarga om." Ujar Deva dan dengan perlahan Nabil menganggukan kepalanya.

"Boleh om. Yuk!" Ujar Nabil. Lalu berdiri dari tempat duduknya.

"Yaudah Sendy. Kita berdua pamit sebentar. Nanti kita balik kesini lagi sekitar jam satu lewat." Ujar Deva yang di angguki oleh asistennya.

    Deva dan Nabil yang kini berada di dalam Mobil milik Deva masih diliputi rasa percaya dan tidak percayanya. Pasalnya ia yang dengan tiba tiba dinyatakan jadi presiden perusahaan terbesar kedua di indonesia setelah Azlia Corp. Siapapun pasti kaget mendengarnya termasuk adiknya Nabilah yang belum mengetahui.

"Om..." Panggil Nabil yang melihat Deva tengah menatap kosong ke depan.

"Ya. . . Kenapa Bil?" Tanya Deva Dengan meihat kearah Nabil.

"Maaf bukannya saya sok tahu. Tapi sepertinya om sedang dalam masalah rumit? Mungkin om bisa cerita pada saya. Ya mungkin saya baru mengenal om. Tapi saya percaya jika om sudah tau sifat saya. Jadi jika om mau cerita mungkin saya bisa sedikit membantu om." Tutur Nabil dan itu membuat Deva tersenyum.

"Saya sedang dalam masalah, saya sangat butuh uang sebesar 4.5 T." Ujar Deva yang tentunya hanya bercanda.

"Errrr... Kenapa om tidak jual saja salah satu kantor yang om pegang?" Tanya Nabil.

Cinta Yang TersakitiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang