"Lho, putri om nggk kuliah? Kenapa om?" Tanya Nabil yang kini tengah berada di meja makan menunggu Ve dan Gaby.
"Gak apa apa, om hanya takut, banyak temannya yang menghujat nya karena musibah yang ia alami." Ujar Deva dan Nabil hanya mengangguk. Tak berselang lama terdengar suara langkah kaki dari arah tangga. Sontak karena penasaran Nabil pun mengangkat kepalanya melihat wajah putri sahabat Ayahnya itu.
Pandangan Nabil tiba tiba terpaku pada seseosok gadis yang kini berjalan bersama Ve menuruni tangga, tatapan Nabil tetap terpaku pada gadis di sebelah Ve hingga kedua sudut bibir Nabil tertarik keatas.
"Cantik..." Gumam Nabil tanpa lepas menatap gadis yang kini sudah berada di ujung bawah tangga.
Deva yang sedari tadi menatap Nabil dengan intens, dan hingga ia tersenyum saat mendengar gumaman Nabil yang sangat jelas di dengar olehnya. Hingga tanpa Nabil sadari kini Ve dan wanita di sebelahnya tepat berada di kursi hadapan Nabil dan Deva.
"Bil..." Panggil Ve namun sama sekali tak dihiraukannya panggilan tersebut. Sedangkan Gaby, ia hanya Acuh dengan tatapn Nabil.
"Nabil..." Lagi Ve memanggil dan kini dengan memegang tangan Nabil. Dan itu sontak membuat Nabil terlonjak kaget.
"E...eh... I... Ya tan?" Ujar Nabil gugup.
"Udah nghayalnya?" Ledek Deva dengan terkekeh menahan tawanya.
"M...maksud om?" Tanya Nabil dengan tampang cengonya.
"Muka kamu tuh benerin dulu, ampe merah gitu." Ujar Ve yang kini meledek Nabil dengan mencubut pipinya.
"Apaan tan?" Ujar Nabil semakin salah tingkah.
"Hahahaha... Sudah sudah... Oh iya Bil, ini Putri om satu satunya Namanya Gaby! Gab ini Nabil anak almarhum temen papih!" Ujar Deva memperkenalakan keduanya.
"Gaby!" Ujar Gaby mengulurkan tangannya. Namun bukanya menyambut uluran tangan Gaby, Nabil hanya melihat tangan Gaby dengan tatapan yang... entahlah.
Deva yang menangkap gerak gerik Nabil hanya tersenyum menatapnya. Karena kasian, Deva menyikut pelan Lengan Nabil dan itu sukses menyadarkan Nabil dari lamunannya.
"E...eh... Iya. Nabill!" Gugup Nabil dengan menyambut uluran tangan Gaby.
"Sebentar, maaf apa sebelumnya kita pernah ketemu? Aku rasa gak asing liat wajah kamu?" Tanya Gaby melihat wajah Nabil.
"Tapi dimana ya? Di suatu tempat... Mungkin di Mall?" Gumam Gaby mengingat.
"Mungkin hanya mirip, aku tidak pernah berbelanja ke Mall atau sebagainya." Ujar Nabil dengan tersenyum ramah.
"Ah, iya mungkin hanya mirip!" Ujar Gaby.
Setelah acara makan siang dadakan yang di adakan di kediaman Deva. Kini Nabil memilih untuk pulang setelah sebelumnya di belikan beberapa buku pembelajaran sebagai presiden Direktur, Laptop serta alat komunikasi lain oleh Deva. Bukan hanya untuk keperluan Nabil, bahkan Deva juga membelikan satu set komputer serta brberapa buku materi serta perlengkapan sekolah lainnya yang ia khusus belikan untuk Nabilah, atau adik Nabil. Walaupun Deva belum mengenal Nabilah, tapi ia yakin jika Nabilah mrmiliki wajah serta sifat yang tidak berbeda Jauh dengan Nabil, Kakaknya.
Setelah selesai membersihkan badannya, Kini nabil mulai mengambil salah satu buka yang tadi ia Beli. Dengan sangat serius ia memahami dan mencerna kata demi kata yang ia baca dari buku tersebut. Saking seriusnya ia dengan buka yang ia baca, sampai tak menyadari adanya seorang gadis lain yang kini tengah menatapnya dengan tatapan mengintimidasi serta tangan yang berkacak di pingangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Tersakiti
Fanfiction"Sesakit inikah mencintaimu?" Nabil "Mengapa semua terlihat disaat semua telah terlambat. Maaf, aku terlalu buta untuk melihat semua pengorbananmu." Gaby Mungkin ini memang takdirku... Mencintai harus tersakiti... (Dadali - Cinta Yang Tersak...