17B

1.5K 165 0
                                    


Ara memandang cowok di depannya dengan penuh sayang. Hari ini wajah yang tampan itu tampak ceria. Hatinya ringan, pasti. Dia asyik bercerita tentang keusilannya di sekolah lama---memasang petasan banting di kelas.

"Memangnya nggak ada guru?"

"Ada! Mana seru kalo nggak ada guru. Tapi gurunya udah setengah fosil gitu. Tua. Rabun. Tuli. Dan sepanjang kehebohan penuh teriakan anak-anak cewek dan dentuman petasan, si Bapak terus aja terkantuk-kantuk. Nggak tahu sih dia pura-pura apa nggak."

Bandel banget sih, Randy!

"Habis bosen banget aku waktu itu! Yang seru sebenernya bukan main petasan pas pelajaran, tahu! " ujar Randy sambil mendelik-delik kocak.

"Terus apa dong?"

"Liatin cewek-cewek pada lompat-lompat kaget sambil teriak 'Auw auw auw!' dengan rok berkibar-kibar dan tampang penuh dendam kesumat gitu ke aku," cerita Randy sambil ketawa ngakak.

"Sinting!" Ara ikutan ketawa. "Kena hukuman apa? Atau malah dapet hadiah dikasih ongkos pindah ke bulan sekalian?"

"Skors dua hari doang. Trus kepala musti diplontos. Skorsnya sih aku nggak keberatan, malah enak bisa kelayapan ke mana-mana. Tapi dibotakin itu yang bikin aku stres... masa terus aku ke sekolah kayak ayam abis dibuluin?"

Mendengar itu, Ara ketawa ngakak sampai sakit perut.

Melihat Ara ketawa seperti itu bikin Randy senang dan makin semangat bercerita, terus nggak lupa ngasih bumbu-bumbu penyedap biar cewek mungil yang menatapnya kagum ini terus ketawa dan ketawa.

Belum pernah ada cewek yang bikin Randy merasa seperti ini. Mantan-mantan ceweknya yang kalo dikumpulin bisa bikin tim sepak bola itu nggak satu pun yang bikin dia kayak begini. Diperhatikan. Berharga. Diterima. Ada.

Diam-diam Randy sadar, saat Ara asyik bercerita tentang kenakalannya sendiri, betapa dalam beberapa minggu terakhir ini, dia nggak merasa kesepian lagi.

"Earth calling Randy! Earth calling Randy!" Tahu-tahu aja cewek manis itu udah melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Randy. "Mikirin siapa sih! Nina? Dian? Nindy? Riska? Huh! Pas aku ada di depanmu aja pikiran kamu udah melantur ke mana-mana gitu!" Ekspresi wajah itu jelas ngambek.

Randy serta-merta memasang senyum lebar yang manis. Diusapnya kepala Ara dengan gemas. "Sori... Aku nggak ngelamun, cuma merhatiin bibir kamu aja. Pengin cium," rayunya gombal.

Sepasang mata di depannya membeliak lebar. Bibir Ara setengah terbuka karena terkejut mendengar ucapan itu, sementara wajahnya yang manis langsung merah padam.

"R-a-n-d-y!!!" tegurnya.

Randy ketawa terbahak-bahak melihat reaksinya. Cewek-cewek yang selama ini dikenal Randy nggak ada yang bereaksi semanis ini. "Ya kalo nggak boleh nggak pa-pa kok, tinggal entar aku curi kan beres!" ujarnya iseng.

Ara semakin merah padam, lalu mulai nyubitin Randy dengan gemas.

"Raaandyyyyyyy!" ujarnya malu.

Yang dicubit ketawa-ketawa sambil melompat dan terus bergerak-gerak. Bener kata Kimi dan Monik, mereka kayak iklan cinta.

"Ya deh ya deh, ampuuun... Tuan Putri Lexara Irevitari," ujar Randy sambil meremas tangan Ara dengan gemas.

"Huh!" gerutu Ara, lalu melirik jam tangannya. Bentar lagi bel masuk. "Besok sore jangan lupa nonton aku tanding ya, Ran!" katanya manja. "Sekarang aku harus ke kelas."

Randy mengangguk pura-pura serius.

"Eits, sini bentar aku bisikin!" katanya seraya menyambar tangan Ara dan menariknya mendekat. Lalu mencuri satu kecupan kecil di pipi Ara.

RANDY! Ya ampuuuuun! Di sekolah pula! Gimana kalo ada yang lihat?!

Namun toh waktu berlari menjauh, Ara menyimpan senyum tersipu dan senang di wajahnya.

Diam-diam, tak jauh dari situ, di balik dahan pohon flamboyan yang rindang, dari sudut matanya Randy melihat sosok jangkung berambut ikal berlalu sambil menunduk dan membenamkan kedua tangannya dalam-dalam di saku celana abu-abunya.

Sebentuk senyum menghias bibir Randy. Senyum puas dan kemenangan. 

SECRET LOVE (edisi revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang