25

1.7K 93 5
                                    

A.N : Mulmed diatas foto Maurin, yeah anggep aja Maurin kek gitu. :V
Yang ga suka adegan "GORE" sebaiknya ga baca chap ini 😘 ✌ thaks for reading !

Author's POV

Ishida Yu, lelaki berumur 20 tahun, menjadi pemuda sukses diumurnya yang masih tergolong muda, bahkan sekarang menjadi kepala sekolah disalah satu sekolah swasta yang terkenal.
Nama keluarga yang terus melekat dalam kehidupannya. Ishida adalah keluarga mafia terkenal seantero Jepang. Bahkan keluarga ini memiliki hubungan khusus dengan Yakuza.

Tapi, sehebat apapun nama keluarganya, Yu tetap membencinya. Ia benci memiliki darah Ishida dalam dirinya.

Dok dok

"Masuk" ucap Yu, sekarang ia sedang berada dikantornya.

"Pak, maaf mengganggu. Saya mau melaporkan ada dua siswa dari kelas saya yang sudah seminggu ini absen, saya sudah mengirimkan surat panggilan sampai tiga kali kepada keluarganya. Tapi sampai sekarang masih tak ada respon. Apakah------"

"Keluarkan saja" potong Yu.

"Ba-baiklah.. saya permisi.." guru itupun keluar.

"Percuma juga aku berada disini..." gumam Yu.
Yu membuka handphonenya, ia menuliskan sebuah pesan.

Aku keluar dari sekolah ini.. urus semuanya. Besok, lakukan rencanya!

"Aku benci semua ini.."





"Hwaaaaaa ibuu!! Jangan tinggalkan aku! Kumohon!!" Teriak Yu yang masih berumur 8 tahun.

"Anak laki-laki tak pantas menangis! Diam atau ku siksa kau!" Seorang lelaki paruh baya menatap Yu kecil dengan kebencian.

"Go-gomen.. otou-san, aku tidak mau pindah.. aku mau tetap di Indonesia." Ucap Yu kecil.

"Kau akan ikut denganku, kau adalah penerus keluarga Ishida!" Lelaki itu pun meninggalkan Yu kecil.

Beberapa hari setelah kematian ibunya, Yu kecil pindah ke Tokyo, disana dia terus berlatih dan belajar bahkan ia tak memiliki seorang temanpun.

"Hei.. jangan dekat-dekat dengannya, ibuku bilang ayahnya itu orang jahat,"

"Iya iya.. jika ayahnya jahat bearti dia juga jahat"

"Awas.. dia nanti bisa ngadu sama ayahnya.."

"Hei dia melihat kesini!"

"Ayo cepat pergi..."

Yu selalu sendirian.
Suatu hari ia pergi seperti biasa ke sebuah taman bermain. Walaupun ia sering diejek ataupun dijauhi, ia masih tetap pergi kesana.

Ia duduk disalah satu kursi taman. Tiba-tiba seorang anak kecil seumurannya melemparinya batu.

"Mati saja kau penjahat!"

"Dasar keluarga jahat!"

"Pergi kau dari sini!"

Yu meringkuk, ia menutupi kepalanya dari batu-batu yang terus terbang kearahnya.
Jika mau, dia bisa menghajar anak-anak itu. Tapi ia selalu mengingat ucapan ibunya.

"kau tak boleh melukai siapapun. Dirimu adalah dirimu. Kau berbeda dari ayahmu. Jadi jangan takut, suatu saat.. kau akan menemukan.. seseorang yang bisa menerimamu...
apa adanya"

Yu yang masih meringkuk, sudah tak merasakan lemparan batu-batu itu. Ia merasakan tangan lembut menyentuh kakinya.

Yu mulai membuka matanya. Ia melihat, seorang anak kecil tengah menatapnya heran.
"Kakak tidak papa??" Tanyanya lembut.

"I-iya.." Yu meringis kesakitan menyadari luka dikaki dan tangannya.

"Riu Riu! Kemarilah! Kakak ini terluka!!" Anak kecil itu memanggil seseorang.

"A-aku tidak papa kok!" Ucap Yu. Ia tak mau merepotkan orang lain.

"Tapi tubuhmu terluka, tenang saja.. Riu akan kemari dan menolongmu.." anak kecil itu tersenyum sembari menggenggam tangan Yu.

"Namaku Shira Sakura Nara. Kakak bisa memanggilku Shira" ucap anak kecil itu sembari memasang senyum manisnya.

Hati Yu seketika berdetak dengan kencangnya, baru kali ini ada orang yang tersenyum padanya. "I-itu.. aku Yu.. Shira, salam kenal"

Semejak kejadian itu, Riu dan Shira selalu mengajak Yu untuk bermain bersama.
Walaupun Riu sudah tau identitas keluarga Yu yang sebenarnya, Riu percaya bahwa Yu berbeda dari ayahnya. Yu lelaki yang lembut dan baik hati.

Malam itu, malam yang merubah segalanya.

Yu mendatangi kamar ayahnya. Ia bermaksud memberitahu bahwa ia tak mau menjadi penerus keluarganya. Ia bahagia selama menjadi Yu yang biasa. Sekarang ia hanya ingin bersama Shira dan Riu.

"Sudah kubilang kan, kau adalah penerus keluarga ini." Lelaki paruh baya itu menatap keluar jendela, membelakangi Yu.

"Aku tak mau" Yu masih bersikeras.

Lelaki itu pun akhirnya berbalik, ia menatap Yu dengan penuh kemarahan.

"Kau adalah anakku, kau memiliki darah seorang pembunuh. Cepat atau lambat kau akan menjadi seorang pembunuh!"

Seketika kegelapan  muncul didalam diri Yu. "TIDAK TIDAK TIDAKK!!! aku bukan kau! Dan aku tak akan pernah menjadi seperti dirimu!!" Teriak Yu frustasi. Ia benci dikatakan seperti itu. Ia benci jika harus disamakan dengan ayahnya yang seorang pembunuh.

"Dasar anak tak tahu diri! apa yang ibumu ajarkan padamu ha?! Dasar! Jika kau mau tau yang sebenarnya! Aku tak pernah mencintai wanita jalang seperti ibumu itu! Kalau saja anaknya waktu itu perempuan aku pasti sudah membunuhnya! Cih... jika tau begini, harusnya aku langsung membunuhmu bersama ibu jalangmu!"

Yu terdiam.
Ia tersenyum...
Ia mulai tertawa...

"Kau anak gila?!" Lelaki itu mulai melangkah mendekati Yu sembari mengambil pisau yang berada dimeja.

"Sebaiknya kau mati anak ja--" Ucapan lelaki paruh baya itu terhenti. Ia merasakan dinginnya logam mulai menyobek perutnya dari kanan ke kiri. Ia membelak kaget melihat wajah Yu yang dingin.

"K-kau..."
Yu mencabut pisau dari perut ayahnya. Kemudian menancapkannya ke mata kanan dan kiri ayahnya.

Yu harus menjijit karena tinggi badan ayahnya. kanan kiri.. ia terus menusuknya dengan penuh emosi. Walaupun wajahnya dingin, ia memiliki emosi marah yang ia curahkan disetiap tusukannya.

"Aku membencimu.. dari dulu aku membencimu!" Yu semakin menggila..
Disaat tubuh ayahnya ambruk, ia menusukkan pisau itu ke leher. Kemudian menusukkannya lagi ke dada.

Tusuk
tusuk
Dan tusuk
Sekali
Dua kali
Tiga kali..
Tak ada habisnya..

Yu terus menusuk jasad ayahnya itu.
Ayah yang tak pernah ada disaat ia membutuhkannya. Ia heran kenapa ibunya masih menyayangi penjahat seperti ini.

Disaat kesadaraannya mulai datang. Ia menjatuhkan pisau, pisau yang awalnya digunakaan untuk membunuhnya.

Matanya membelak, tubuhnya gemetar dengan hebatnya.
Ia melihat bayangan ibunya yang menatapnya dengan kesedihan. Yu semakin ketakutan..

"A-aku tidak salah ibu.. dia ingin membunuhku.. aku-aku hanya ingin bertahan hidup.. i-ibu...." bayangan itu pun menghilang.

Yu semakin histeris.
Ucapan ayahnya terus terbayang dikepalanya.

kau akan menjadi seorang pembunuh karena kau adalah anakku.

"TIDAKK TIDAK AKHHHHH!!! AKU BUKAN PEMBUNUH ! AKU TAK SAMA DENGANMU!! AKHHHHHH"



"Aku membenci hidupku.."

----------------------------

Secret Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang