28

1.5K 84 17
                                    

An : mulmed diatas, Yu waktu masih muda dan pas ditinggal sama Shira :v 😏 kira-kira gitulah wajahnya.

Gomen for Typo minna!

Cuaca sangat cerah hari ini. Tapi tidak untuk hati Aka. Dia merasa ada gemuruh dipikirannya. Hari ini hari penentuan pilihan Shira. Yang jadi masalah adalah, kenapa Aka terasa sangat sedih?

"Akh bodoh!" Gumamnya sembari menjambak rambutnya frustasi. Tugasnya sudah selesai bukan?

"Kau seperti orang gila" ejek Riu. Sekarang mereka sudah berada diluar dan tentu saja menemui Yu yang sudah menunggu.

Yu berjalan mendekat, mata birunya terus menatap lekat Shira. "Aku senang kita bisa bertemu lagi" ujar Yu sembari terus mendekat.

Shira pun berjalan kearah Yu, "Yu-niichan..." gumam Shira.

Setelah jarak mereka hanya tinggal satu meter, Yu langsung menarik tubuh Shira kedalam pelukannya. Yu sudah tak bisa menahan rasa rindunya. Hanya Shira lah wanita yang selalu ia inginkan, satu-satunya wanita yang ia cintai. Yu bisa saja memilih wanita lebih cantik dan lebih seksi dari shira, tapi ia hanya menyukai shira, dan terus berjanji untuk mendapatkan Shira kembali. Mungkin itu semua tak layak dikatakan sebagai 'cinta' tapi lebih layak dikatakan sebagai 'obsesi'.

Sudah cukup lama dua insan itu berpelukan, meluapkan kerinduan masing-masing. Shira sedikit merasa bersalah, ya.. berpelukan dengan orang yang sudah membunuh kedua orang tuanya. Ia munafik bukan.

"Yu.." gumam Shira setelah akhirnya melepaskan pelukan hangat itu.

"Kau sudah menentukan pilihanmu kan?" Tanya Yu sembari menyentuh wajah Shira lembut.

"Iya.." jawab Shira singkat.

"Uhuk uhuk, berhentilah menyentuh adikku" Tanpa mereka sadari, Riu sudah berada diantara Yu dan Shira. Segera menepis tangan Yu yang awalnya berada di wajah Shira.

"Peganggu" gumam Yu.

"Cih" balas Riu. "Sekarang Shira, tentukan pilihanmu!" Ucap Riu sedikit kasar.

Aka dan Maurin berada cukup jauh dari mereka. "Kau tak kesana?" Tanya Maurin.

"Untuk apa aku kesana, pada akhirnya juga, dia akan tetap pergi" jawab Aka dengan nada lemas.

"Oh laki-laki tidak boleh langsung menyerah begitu" ucap Maurin sembari memukul kepala Aka.

"Woi sakit" Aka segera mengelus kepalanya.

"Kita tidak tau apa keputusan Shira. Kita bahkan tidak tau jalan pikirannya, jadi jangan menyerah..." ucap Maurin sembari mengedipkan matanya. Ucapan Maurin seakan jadi penyemangat Aka. Ia tersenyum, dan kemudian berlari kearah Shira, Yu dan Riu yang berada didepan. "Terima kasih Maurin! Ku doakan kau bisa segera menikah dengan Riu" ucap Aka sembari berlari. Maurin seketika ingin pingsan mendengar doa itu.

"Shira!" Teriak Aka. Membuat ketiga orang yang berada disana menoleh kearah Aka.

"Aka? Ada apa?" Tanya Shira.

"Shira! Apapun keputusanmu, aku akan tetap disampingmu!" Teriak Aka penuh percaya diri.

Yu dan Riu yang mendengar itu langsung mengeluarkan aura hitam pekat. "Kau mau mati he?" Tanya Yu penuh intimidasi.

"Heh kali, kau ini sedang menem----"

"Iyah! Kau akan tetap jadi sahabatku, tenang saja" ujar Shira langsung memotong ucapan Riu.

Seketika hati Aka mendapat pukulan yang telak. "Akhh kenapa dia sudah memberi rambu-rambu begitu?" Gumam Aka dalam hati.

"Dasar adikku tidak peka" Riu menatap Aka kasihan.

Dan Yu tersenyum penuh kemenangan. "Ada bagusnya Shira masih polos" ucapnya dalam hati.

Seketika atmosfir yang tadinya tegang sekarang berubah suram.

"Aaaa apa ucapanku salah?" Tanya Shira tak mengerti karena melihat ketiga wajah lelaki yang ada dihadapannya.

"Shira.. jadi apa keputusan mu?" Tanya Yu. Ia sudah tak sabar ingin segera membawa Shira ke mansionnya.

Aka masih dalam atmosfer suram, dan Riu menatap Shira datar, menunggu adiknya mengatakan apa pilihannya.

"Sudah kuputuskan," Shira meraih tangan Yu. Kemudian meraih tangan Riu. Dan menumpuknya. "Ayo kita hidup sama-sama"












"TIDAK!!" Tolak keduanya serempak.

"itulah keputusanku, jika kalian menolak. Aku akan hidup bersama Gill dan Aka saja" Shira meraih tangan Aka yang sedikit linglung.

"Kau serius?" Tanya Aka tak percaya.

"Tentu sa---"

"TIDAK!" Yu menarik lengan Shira yang awalnya menggandeng tangan Aka.

"Kau tau aku tidak suka ditolak Shira. Dan tugasmu itu memilih salah satunya. Kau tidak boleh memilih dua-duanya" tekan Yu geram. Ia berusaha menahan emosinya.

"Kak Riu tidak mengatakan padaku untuk tidak boleh memilih dua-duanya..  jadi itu artinya, aku boleh memilih dua-duanya" ucap Shira santai.

"Dasar bodoh" gumam Yu pada Riu.

"Aku tidak mengatakannya karena kau memotong ucapanku semalam, sial!" Riu ikutan emosi.
Adiknya ini benar-benar tidak bisa ditebak.

"Yang jelas itu pilihanku. Kita hidup sama-sama. Jika kalian tidak setuju, aku pergi" Shira hendak berjalan pergi tapi Yu kembali mencekal lengan Shira dan sekarang semakin kasar.

"Jangan main-main denganku, Shira" desis Yu.

"Hei lepaskan tangannya" ucap Aka tak terima.

"Diam kau." Balas Yu pada Aka.

"Yu, aku tahu perasaanmu. Maka dari itu, aku tidak bisa memilihmu ataupun memilih kakak. Tidak salah satunya. Kalian berdua adalah orang yang berharga untukku." Ucap Shira lembut.

Yu kesal. Ya! Dia sangat geram dengan pilihan Shira. Harusnya Shira memilihnya, kenapa ia malah memilih keduanya.

"Kalau itu maumu. Aku tidak punya cara lain." Saat mengatakan kalimat terakhir, Yu hendak memberi perintah kepada anak buahnya yang berada dibelakang. Tapi semua itu gagal saat benda dingin menyentuh Kepala bagian belakangnya.

"Maurin?!" Teriak Riu tak percaya. Maurin memegang sebuah pistol dan diarahkan ke kepala Yu. Yu hanya diam dan tersenyum.

"Shira, kau terlalu lembut. Kau terlalu naif. Harusnya kau tau pilihanmu itu tak bisa menyelesaikan masalah ini. Yah.. harusnya dari awal aku melakukan ini" ucap Maurin enteng. Shira dan Aka terkejut bukan main, seorang Maurin bisa melakukan hal seperti ini.

"Maurin hentikan!" teriak Shira.

"Yah... ucapan wanita ini benar, salah satu diantara kami harus mati jika kau memilih kami berdua Shira. Jika kau tak mau kami mati, pilihlah salah satu dari kami" ucap Yu santai.

Air mata Shira menetes. Ia benci ini! Sangat benci!
"Aku tak mau kehilangan kalian berdua! Aku ingin hidup bersama kalian! Apa itu salah?! Maurin kumohon..." ucap Shira frustasi. Air matanya sudah tak terbendung lagi.

"Kalau begitu tembak aku." Gumam Yu. Maurin sedikit terkejut mendengar ucapan Yu.

"Ka-kau..." Maurin ragu.

"Cepat tembak!" Teriak Yu.

"Jangan!" Timpal Shira.

"Kalau tidak, aku yang akan menembak Riu" ancam Yu.

Tangan Maurin bergetar hebat dan akhirnya....

"Maurin jangan!"

Dor

Secret Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang