Part 2

34.8K 124 2
                                    

Sejak saat itulah Arum menjadi semakin dekat dengan Jamal di kantor. Rasa hutang budinya lah yang membuatnya seperti itu. Jamal sendiri terlihat lebih perhatian kepada Arum, tapi masih dalam batasan yang wajar. Tak pernah Jamal menggodanya, mengajaknya pergi berdua juga tak pernah. Paling mentok Arum diajak makan siang, itupun tak pernah hanya berdua, selalu ramai-ramai dengan teman kantornya yang lain.

Sampai peristiwa itu akhirnya terjadi juga. Minggu lalu tepatnya, saat itu Jamal mendapat undangan untuk mengikuti seminar di luar kota. Undangan itu untuk 2 orang, dan Jamal akhirnya mengajak Arum. Arum sebenarnya merasa tak enak kalau harus pergi hanya berdua saja, tapi mengingat kebaikan dan jasa Jamal kepadanya, Arum juga tak sampai hati menolaknya.

Akhirnya Arum minta ijin kepadaku. Saat itu aku mengijinkan karena Arum bilang selain dia dan Jamal, ada 2 orang lagi yang pergi bersama mereka. Akupun tak menaruh curiga sama sekali, dan saat itu tak ada prasangka buruk sama sekali. Arum berangkat pada hari kamis, dan baru akan pulang hari minggunya.

Dia dan Jamal berangkat ke kota ini dengan menggunakan mobil Jamal. Perjalanan yang mereka tempuh sekitar 3 jam. Dalam perjalanan itu Arum juga tak melihat ada hal yang mencurigakan dari Jamal, semua terasa biasa. Kecuali memang Jamal mulai sedikit terbuka dalam bicara, tidak seformal saat di kantor. Tapi itu menurut Arum masih wajar, karena tidak menyinggung hal yang bersifat pribadi.

Sesampainya di tempat tujuan, mereka langsung menuju ke hotel yang menjadi tempat acara. Rupanya panitia hanya menyiapkan 1 kamar untuk 1 undangan, yang artinya Arum harus sekamar dengan Jamal. Tapi saat itu Jamal menolak dan meminta 2 kamar meskipun harus membayar. Akhirnya setelah negosiasi yang cukup alot dengan pihak panitia dan hotel, mereka mendapatkan 2 kamar yang bersebelahan dan dihubungkan oleh sebuah connecting door.

Arum merasa lega karena tak harus sekamar dengan Jamal. Dia juga semakin menaruh respek pada Jamal karena dia yang berusaha agar tak sampai sekamar dengannya. Terlihat Jamal sangat menghormati Arum. Padahal saat itu, setelah acara berlangsung baru Arum tahu kalau selain mereka, ada beberapa pasang peserta yang statusnya sama seperti dirinya dan Jamal, yaitu atasan dan bawahan, tapi mereka tetap sekamar.

"Yaa, kamu tahulah Rum, apa yang akan mereka lakukan jika sekamar kan?"

"Hmm, tapi mereka bukan pasangan yang sah kan pak?"

"Ya jelas bukan. Mereka pasangan selingkuh, selingkuh yang terfasilitasi. Kayak gitu udah bukan hal yang aneh Rum, udah sering aku lihat yang kayak gitu."

Arum hanya mengangguk saja, semakin besar rasa hormatnya kepada Jamal.

Acara yang diikuti oleh Arum sebenarnya terasa membosankan. Seminar dimulai hari jumat pagi, itupun hanya sampai sore jam 3. Setelah itu peserta bebas mau apa saja. Sedangkan hari sabtunya, acaranya santai, hanya senam bersama, setelah itu penutupan. Tapi karena sudah terlanjur booking hotel sampai hari minggu, jadi mereka tetap stay disini. Apalagi katanya malam harinya bakal ada acara hiburan.

Arum sebenarnya sudah ingin pulang, karena merasa acara ini sama sekali tak ada manfaatnya untuk dia, tapi dia merasa tak enak dengan Jamal, sehingga terus saja mengikuti setiap acara sampai selesai.

Pada sabtu pagi, setelah senam bersama, saat sedang beristirahat tiba-tiba ada seseorang yang mendekati Arum. Arum tidak mengenalnya, tapi lelaki itu berkali-kali coba menggoda Arum, menanyakan dengan siapa datang kesini, sampai menanyakan nomer handphone ataupun PIN BBM Arum, yang sama sekali tak diberikan, namun orang itu mulai memaksanya.

"Ehem, ada apa ya pak? Kok mepet-mepet istri saya dari tadi?"

Tiba-tiba Jamal datang dari belakang orang itu. Orang itu sempat terkejut, lalu kembali bersikap santai.

Terjebak Hutang BudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang