Aku benar-benar tidak menyangka hal ini. Begitu pintu rumah pak Jamal terbuka, kulihat di ruang tamu duduk seorang pria yang pernah bertemu denganku beberapa minggu yang lalu. Pria itu tak lain adalah pak Bonar, yang waktu seminar sempat mendekatiku tapi diusir oleh pak Jamal yang waktu itu mengaku jadi suamiku.
Kulihat pak Bonar dengan senyum menjijikkan di wajahnya menyambut kedatanganku. Aku menoleh ke arah pak Jamal yang berdiri di sampingku, meminta penjelasan untuk ini semua, tapi dia hanya tersenyum dan mendorongku untuk melangkah masuk. Setelah itu dia kembali menutup pintu rumahnya. Saat ini aku berada di ruang tamu rumah ini bersama dengan 2 orang pria. Perasaanku jadi semakin takut. Aku membayangkan apa yang akan mereka lakukan padaku.
Aku dipaksa duduk oleh pak Jamal di salah satu kursi di ruang tamu itu. Dia kemudian masuk ke dalam, membiarkanku hanya berdua saja dengan Bonar.
"Apa kabar Arum sayang?"
"Baik," jawabku singkat. Aku masih kaget dengan adanya pak Bonar di rumah ini.
"Kamu nggak usah tegang gitu, biar kontolku aja yang tegang, haha."
Aku tak membalas ucapannya. Benar-benar menjijikkan. Sesantai itu dia mengucapkan kata-kata kotor seperti itu kepadaku. Tak lama kemudian pak Jamal kembali lagi ke ruang tamu ini, dia sudah berganti pakaian, hanya memakai kaos oblong dan celana pendek saja, sama seperti pak Bonar.
"Mal, kayaknya piaraanmu yang satu ini belum jinak ya?"
"Haha maklumlah Nar, baru hari itu aku entotin, belum nambah lagi. Makanya hari ini kita bikin dia teler, biar jinak, haha."
Aku benar-benar risih dengan omongan mereka berdua. Piaraan? Emang mereka pikir aku ini hewan apa? Yang ada mereka berdua itu yang hewan. Aku hanyalah korban yang dipaksa untuk melayani nafsu hewani pak Jamal, dan mungkin sebentar lagi, pak Bonar juga.
Tapi aku masih bingung, kenapa mereka bisa begitu dekat? Bukankah waktu itu pak Jamal terlihat tak suka saat pak Bonar mendekatiku? Atau jangan-jangan, itu hanya skenario mereka berdua saja?
"Pak Jamal, apa maksud semua ini? Dan kenapa pak Bonar ada disini?"
"Kamu belum cerita Mal?" sahut pak Bonar.
"Belum, haha. Gini Arum sayang, Bonar ini sebenarnya adalah sahabat dekatku. Kalau kamu mikir dulu aku jauhin kamu dari dia, itu hanyalah sandiwara kami saja. Sama seperti begal yang menghadangmu waktu itu. Semua ini sudah aku atur, cuma buat dapetin kamu sayang. Dan sekarang, tiba waktunya buat kamu ngelayanin kamu berdua, bersamaan."
Benar rupanya. Semua ini adalah akal-akalan mereka berdua. Aku benar-benar nggak menyangka dengan semua ini. Mereka sepertinya sudah sangat ahli dalam hal ini, dan aku percaya bukan sekali ini saja mereka melakukannya.
"Itu benar Arum. Aku dan Jamal adalah sahabat, kami punya hobi yang sama, yaitu menikmati tubuh wanita-wanita cantik kayak kamu. Kami juga sering bertukar wanita, seperti sekarang, kamu juga harus melayaniku."
Aku hanya bisa diam, lidahku kelu. Tadinya aku pikir, aku hanya harus terus memenuhi nafsu bejat pak Jamal saja, ternyata dugaanku keliru. Selama ini aku selalu menjaga diriku, selalu menjaga tubuhku agar hanya suamiku saja yang bisa menyentuhnya. Tapi setelah kemarin dipaksa pak Jamal, sekarang aku harus melayani orang lain lagi. Dan entah apalagi nantinya, apakah ada orang lain lagi yang harus aku layani?
"Mal, kamu yakin si Arum ini sanggup ngeladenin kita berdua? Kamu bilang kemarin sama kamu aja dia udah klenger?"
"Haha tenang aja Nar. Kalau dia nggak kuat, aku panggilin lagi piaraanku yang lain. Yang penting hari ini kita bisa puas, haha."
