Part 9

17.7K 68 12
                                    

Aku sedang duduk di teras rumahku sambil merenungi apa yang setahun ini terjadi kepadaku. Ya, waktu berlalu dengan cepat. Peristiwa pemerkosaan yang menimpaku dan mbak Inggrid sudah setahun berlalu. Kini semuanya sudah berubah, tidak seperti dulu lagi.

Sebulan setelah peristiwa itu, aku bercerai dengan mas Krisna. Aku yang memintanya untuk bercerai. Awalnya dia menolak dengan berbagai alasan, tapi aku terus memaksanya karena merasa diriku bukan lagi wanita yang pantas untuknya. Aku telah benar-benar kotor. Pernihakan suci kami telah rusak. Aku telah membiarkan tubuhku dinikmati oleh orang lain. Bukan hanya 1 atau 2 orang, tapi 6 orang. Bahkan aku mengancam akan bunuh diri jika dia tak mau menceraikanku.

Akhirnya karena terus menerus kupaksa, mas Krisna mau menceraikanku juga. Tapi di depan semua orang, mas Krisna menempatkan dirinya sendiri sebagai pihak yang bersalah. Dia mengaku kepada semua orang bahwa telah berselingkuh dengan wanita lain, dan merasa lebih mencintai wanita itu daripada aku. Dia ingin orang tetap memandang baik padaku, dan menimpakan semua kesalahan padanya.

Setelah bercerai, mas Krisna mengajukan pengunduran diri dari kantornya. Dia sekarang sudah tidak berada di kota ini lagi. Sempat agak lama aku tidak mendengar kabar darinya, bahkan pergi kemana aku juga tidak tahu. Tapi beberapa bulan yang lalu aku mendengar kabar kalau ternyata dia sekarang sudah menikah dengan mbak Inggrid.

Aku mendengar kabar itu dari rekan mbak Inggrid saat aku mencoba mencari informasi kesana. Mbak Inggrid sendiri setelah peristiwa itu dia juga mundur dari pekerjaannya. Mungkin mas Krisna menikahi mbak Inggrid sebagai penebusan rasa bersalah kepadanya. Memang sebelum pergi, mas Krisna sempat bercerita semuanya kepadaku, termasuk bagaimana mbak Inggrid bisa ada disana hari itu.

Mas Krisna tampak begitu menyesal dan merasa bersalah kepada mbak Inggrid. Dia merasa telah menjerumuskan sahabat kecilnya itu sehingga dinodai oleh pak Jamal dan teman-temannya. Memang waktu itu dia tidak mengatakan akan bertanggung jawab, tapi setelah mendengar kabar kalau akhirnya mereka menikah, aku bisa menarik kesimpulan kalau memang itu adalah bentuk tanggung jawab dari mas Krisna.

Aku sama sekali tak keberatan kalau mereka berdua menikah, bahkan aku mendoakan mereka agar rumah tangga mereka bisa berjalan bahagia, tanpa ada dirusak oleh orang-orang seperti pak Jamal. Tapi hanya itu saja kabar yang aku dengar. Saat aku bertanya dimana mereka sekarang, teman-teman mbak Inggridpun juga tidak tahu.

6 bulan setelah bercerai dari mas Krisna, aku sudah menikah lagi. Aku menikah dengan salah seorang anak buah pak Jamal yang memperkosaku saat itu. Tadinya aku menolak karena pak Jamal pernah bilang kalau anak buahnya adalah preman yang sering berhubungan dengan pelacur jalanan. Akupun sempat takut terkena penyakit seksual karena telah diperkosa oleh mereka.

Tapi ternyata semua itu hanyalah karangan pak Jamal saja. Keempat anak buahnya itu ternyata bukan preman. Mereka pria biasa yang memiliki pekerjaan yang layak. Mereka menjadi anak buah pak Jamal karena rasa hutang budinya. Pak Jamallah yang membuat mereka punya pekerjaan seperti sekarang.

Seperti suamiku sekarang. Namanya Dedi. Dia bekerja di sebuah perusahaan swasta di kota ini. Memang tidak besar, tapi cukuplah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, karena akupun juga masih bekerja.

Namun pernikahan kami tak lebih hanyalah sebuah status. Di balik itu semua, aku dan Sarah, juga beberapa wanita lain, tetap menjadi budak nafsu pak Jamal, pak Bonar dan para anak buahnya. Maka tak heran, meskipun aku adalah istri Dedi, tapi aku tetap melayani mereka kapanpun mereka memintanya.

Aku tak tahu sampai kapan semua ini akan berakhir, ataukah aku, dan wanita-wanita lainnya akan terus menjadi budak nafsu mereka. Aku dan Sarah sudah pasrah sekarang. Bukan lagi karena kami diancam dengan video persetubuhan atau apapun. Tapi karena mereka sudah berhasil merubah kami menjadi wanita-wanita yang haus akan seks, menjadi wanita-wanita yang tak tahan untuk tak disentuh oleh lelaki. Tapi kami masih bisa menahan diri, untuk tak melakukan dengan orang lain, selain pak Jamal, pak Bonar dan anak buahnya. Aku tak tahu dengan korban pak Jamal dan pak Bonar lainnya, tapi sekarang, beginilah kondisi kami.

Terjebak Hutang BudiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang