Garden

6.6K 770 52
                                    

Taeyong berdiri memandang kota Seoul yang ramai dari balkon apartemen pribadinya. Ia memejamkan matanya. Menikmati ketenangan yang jarang ia dapatkan di siang hari. Hanya sebentar mata coklat terang itu terbuka. Ia mendengar langkah kaki mendekat padanya. Dari baunya sepertinya kakaknya datang berkunjung.

"Hyung, tumben kesini," kata Taeyong tanpa membalikkan badannya.

Jaejoong tertawa pelan sebelum berdiri di samping Taeyong. "Kau ini terlalu sensitif."

Taeyong mencibir tawa kakaknya. Dalam klan vampir, keluarga adalah segalanya. Ikatan persaudaraan vampir terlalu kuat untuk diusik terutama Pureblood. Keluarga vampir turun temurun yang tidak pernah dinodai darah manusia. Jika dalam satu klan ada yang memiliki mate seorang manusia, biasanya dia akan dipindah menjadi kasta kedua, Halfblood.

"Bagaimana kabarmu, adikku," kata Jaejoong. Ia menopang kedua tangannya pada pagar besi di balkon.

"Baik. Ah, hyung aku dengan Yoona-noona hampir ketahuan manusia. Apa itu benar?"

Jaejoong tertawa kecil. "Yoon, adikmu penasaran dengan ulahmu tadi."

Taeyong langsung menoleh dan langsung bertatap muka dengan Im Yoona, kakak sepupu satu klannya. Serenity.

"Kau belajar bergosip darimana, Tae?" omel Yoona. Ia melempar tablet darah berwarna silver pada Taeyong.

Taeyong tertawa sambil mengantongi tabletnya. "Salahkan Yuta yang suka sekali bergosip, noona."

"Ahh, bocah itu." Yoona berdecak kesal sebelum menghela nafas pendek. "Tapi memang aku hampir ketahuan sih. Gadis strawberry yang manis sekali."

Jaejoong dan Taeyong menatap Yoona seolah wanita itu hilang akal.

"Kau santai sekali. Kalau kau tertangkap ilmuwan konyol itu, kau bisa membahayakan klan," kata Jaejoong dengan nada serius.

Yoona mengibaskan tangannya. "Kau ini terlalu serius, oppa. Sama saja dengan Irene dan Taeyeon. Kalian tidak asyik."

Jaejoong mendengus kesal. "Kau ini selalu seenaknya."

Taeyong mengabaikan perdebatan Jaejoong dan Yoona. Kedua kakaknya itu memang hobi sekali berdebat. Ia menyerah jika keduanya sudah beradu argumen.

"Aku pergi," pamit Taeyong. Ia segera pergi tanpa mendengar jawaban keduanya. Serasa terusir padahal ia adalah pemilik rumah.
©

"Yuta, kau sedang haus?" bisik Taeyong saat melihat Yuta menyendiri di sudut ruang rapat.

Meski mereka vampir dan hidup lama serta memiliki banyak aset. Mereka harus tetap mengikuti perkembangan dunia manusia. Malam ini adalah waktu sial Taeyong karena harus menemani Yuta rapat N Corp yang mengurusi properti.

"Damn, aku lupa membawa tablet darahku, Tae," bisik Yuta. Matanya sudah perih. Tanda bahwa warnanya akan segera berubah. Tenggorokannya mulai panas. Gusinya mulai kebas ingin mengeluarkan taring. Di kelilingi banyak manusia tidak membantu sama sekali

"Minum ini," kata Taeyong. Ia langsung menjejalkan tablet darah ke mulut Yuta.

"Thanks, bro. You save my ass now." Yuta sudah kembali nyengir.

Taeyong hanya menggeleng melihat ulah temannya itu. Sekarang ia hanya perlu pulang secepatnya. Ia tidak bisa menahan blood lust nya terlalu lama.
©

"Sial."

Taeyong terus mengumpat sambil menyandarkan tubuhnya ke pohon. Prediksinya salah. Meeting itu terlalu lama hingga ia kehabisan waktu. Disinilah ia terdampar. Di dalamnya hutan taman kota Seoul.

Mata Taeyong sudah semerah darah. Mata semua vampir ketika sedang haus atau blood lust. Nafasnya mulai sesak. Seharusnya ia meminum tablet darahnya 3 jam yang lalu tapi ia menahan diri. Ia kira ia masih bisa menahan diri sampai rumah. Ternyata tidak.

"Ukh. Sial," desis Taeyong.

Matanya mulai tak fokus. Tubuhnya mulai lemah hingga ia kesulitan menjaga keseimbangannya. Ia terjatuh ke tanah sebelum sempat mengeluarkan handphonenya.

Di sisa kesadarannya, Taeyong merasa ada yang membantunya bangun dengan bertumpu pada lututnya. Siapa? Hmmm. Wangi strawberry yang terasa sangat manis. Ia tidak bisa mendengar jelas apa yang dikatakan orang itu.

Taeyong hanya bisa mendengar detak jantung yang memompa darah. Darah. Banyak vampir yang menghindari cara minum langsung dari manusia. Takut tidak bisa berhenti.

Taeyong menggerakkan tangannya untuk merengkuh tubuh di depannya. Ia mencium kuat-kuat aroma tubuh dalam pelukannya. Gadis. Ini aroma gadis yang masih suci. Wanginya begitu menggiurkan. Ia tidak bisa menahan dirinya lagi.

Taeyong menarik dalam-dalam aroma strawberry dari gadis dalam pelukannya. Taringnya mendesak keluar akibat rangsangan aroma darah yang begitu dekat.

Taeyong menjulurkan lidahnya dan menjilat kulit leher gadis itu. Mencari posisi paling pas untuk menyedot darahnya. Tanpa membuang waktu, Taeyong menancapkan taringnya ke leher gadis itu. Ia mengabaikan teriakan gadis itu. Ia sibuk menyedot darah yang keluar. Manis. Darah ini sangat manis.

Taeyong sempat lupa diri. Entah berapa banyak darah yang ia minum. Ia baru sadar saat tubuh gadis itu lemah dalam pelukannya. Pingsan.

"Sial. Hyung bisa membunuhku," bisik Taeyong saat melihat tubuh gadis itu melemah dalam pelukannya.
©

Plak! Jaejoong memukul kepala adiknya dengan gemas.

"Kau bodoh sekali," omel Jaejoong. Ia sedang sibuk mengoreksi dokumen saat adiknya menelepon. Adiknya yang bodoh itu sudah meminum darah manusia secara langsung sampai manusia itu pingsan.

"Maaf, hyung," kata Taeyong pasrah. Ia masih memangku tubuh gadis itu.

Jaejoong mengabaikan adiknya. Ia sibuk mengeluarkan banyak obat dari tasnya. Obat penambah darah dan penghapus ingatan tentang serangan Taeyong.

"Minumkan ke dia," perintah Jaejoong sambil menyodorkan obat dan segelas air.

Taeyong memasukkan obat dan air ke dalam mulutnya lalu meminumkannya ke mulut gadis itu. Mouth by mouth. Cara satu-satunya karena gadis itu pingsan. Obat dan air sudah melewati kerongkongan gadis itu. Taeyong masih menempelkan bibirnya.

'Bibirnya pun serasa strawberry,' batin Taeyong.

Plak. Pukulan pelan Jaejoong menyadarkan Taeyong. Buru-buru ia melepas bibir gadis itu.

"Kau sudah mencuri darahnya, jangan kau curi juga ciumannya."

"Hyung."

"Jangan mengelak. Kau kira aku bodoh."

Taeyong mendengus kesal sebelum meletakkan tubuh gadis itu ke tanah. Ini mungkin pertemuan pertama dan terakhir mereka. Ia akui gadis itu manis dan cantik.

"Goodbye, strawberry girl."

©

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang