It Was About You
.
Berawal dari permintaan pertemanan yang kulihat di facebook hari itu. Dengan foto profile yang terlihat cantik, membuatku sedikit ragu. Apa itu wajah aslimu? Atau hanya sekedar foto kau ambil dari google seperti kebanyakan akun palsu.
Setelah beberapa hari, aku menerima permintaan pertemanan itu. Lalu dapat kulihat isi timeline yang dipenuhi status menyentuh tentang kata-kata cinta bahkan kata-kata lucu. Membuatku tersenyum dan hampir tak percaya. Gadis secantik ini, jarang sekali punya pemikiran mengagumkan sepertimu.
Tak ada kata 'terimakasih konfirmasinya' atau yang semacamnya itu. Bahkan sepertinya kau tak acuh melihat kita sudah menjadi teman sekarang.
Penasaran, pagi itu aku mengirimkan pesan.
[Hai.] Tulisku.
Tak lama kau membalas, [Ya,]
Sejenak aku bingung harus mengatakan apa. Karena aku memang bukan orang yang suka chat di inbox dengan 'teman baru' yang masih asing. Biasanya, gadis-gadis itu yang bertanya lebih dulu.
[Nanti malam bisa chat nggak? Kalo siang aku sibuk.] Tulisku akhirnya.
Karena setelah lulus kuliah, aku memang langsung bekerja di toko ayah. Bukan pekerjaan yang berat, hanya sebatas duduk dan mengawasi para karyawan. Sementara masalah administrasi dan yang lainnya masih dipegang oleh ayah.
[Aku nggak online sampai malam,] jawabmu.
[Kenapa?]
[Banyak cowok brengsek yang suka nginbox macem-macem.]
Ada senyum tersungging di bibirku saat membacanya. Entah kenapa sikap tegasnya membuatku semakin menyukaimu.
[Oke,] sahutku singkat.
Dan itu jadi akhir chat kita di hari pertama.
***
Setiap hari, timeline-ku penuh terisi status darimu. Dan juga foto. Ya, kau memang salah satu gadis narsis yang ada di facebook. Sayangnya, kau cantik, jadi tidak ada satupun kata buruk yang menghampiri komentar.
[Cantik,] pujiku suatu kali.
[Makasih.]
[Punya pacar?] Ah, aku juga heran kenapa bisa bertanya langsung seperti itu. Memalukan.
[Hmm.] Kau tak menjawab, dan bagiku itu cukup sebagai tanda kau memang sudah punya kekasih.
Sedikit kecewa memang, tapi aku berusaha tak peduli. Memangnya siapa aku? Bahkan kita tak saling bicara.
Tapi, semenjak jawabanmu yang seperti itu, aku jadi sering mengecek kolom komentar di setiap status dan fotomu. Sibuk mengira-ngira, mungkin di antara puluhan komentar pujian itu ada yang kau balas lebih mesra. Tapi ternyata tidak, semua sama.
Bulan berganti, aku merasa semakin menyukaimu tanpa mengatakannya. Kadang aku meng-upload foto hanya untuk menarik perhatianmu. Dan saat kau memberi komentar, itu menciptakan senyum lebar di bibirku. Aku jatuh cinta? Entahlah, mungkin iya. Tapi aku baru putus dari seseorang belum lama ini. Jadi kupikir lebih baik aku memang tidak terlalu cepat memutuskan untuk jatuh cinta lagi.
Hingga akhirnya suatu hari, aku bisa membuka percakapan yang menarik, bagimu. Itu tentang traveling. Kau sangat antusias menanggapinya.
Ternyata kau memang berbeda. Bukan hanya wajahmu yang terlihat cantik dan pemikiranmu yang sedemikian menarik. Kau bahkan suka hal-hal berbau petualangan meski itu hanya sebatas imajinasimu. Karena kenyataanny kau hanya seorang anak gadis yang terkurung di rumah.