2 - revisi

3.4K 307 15
                                    

Aku belum pernah ke Tokyo, belum pernah kena guyuran salju juga. Jadi, selamat menikmati fiksi karya observasi sederhanaku ya n_n


***

Rumahnya yang didesain sedemikian rupa agar gordyn otomatis tersingkap sendiri setiap matahari telah naik ke permukaan membuat matanya mengerjap. Kazune menggeliat di atas ranjangnya, sempat terkesiap karena yang terakhir diingatnya adalah dia tak berada di dalam kamar. Kepalanya terasa pusing. Dia langsung sadar bahwa semalam dia sempat meminum bir.

Menyadari sudah saatnya dia memulai aktivitas, Kazune pun keluar dari kamarnya dan hendak menuruni tangga menuju lantai dasar. Saat kaki kanannya telah mendarat pada anak tangga yang pertama, Kazune baru menyadari bahwa mulai pagi ini rumahnya resmi dihuni oleh satu orang gadis asing yang terdampar.

Kazune tersenyum miring, betapa baiknya dia sampai rela membuat rumahnya menjadi penginapan. Dia pun melanjutkan perjalanannya menyusuri anak tangga untuk membuat sarapan di dapur.

***

Ify menggeliat, dia merasa ada sesuatu yang begitu terang dan menyilaukan membuat matanya terganggu. Dia pun mengucek matanya dan bangun. Duduk di tengah ranjang sambil mengumpulkan kesadarannya.

Dia menolehkan kepalanya ke seluruh ruangan. Dia terdiam, berpikir.

"AH!" seru Ify seperti orang bodoh.

Ify pun segera turun dari ranjang dan mulai merapikan rambutnya, setidaknya pagi ini dia harus memberikan ucapan terima kasih pada Kazune, walau hanya segelas susu dan roti panggang.

***

Terdengar suara langkah kaki dari arah tangga, Kazune memperhatikan. Rupanya si gadis Indonesia itu sudah bangun.

Kazune tersenyum, "Sudah terbiasa dengan waktu di sini, ya? Hebat sekali," pujinya. Entah kenapa di hadapan gadis ini Kazune tak mampu menampakkan wajah tak nyamannya.

"Tirai di kamarku terbuka sendiri, sinar matahari menabrak mataku. Aku jadi terbangun tanpa sadar," dalihnya. Aku terlambat.

Kazune terkekeh, "Rumah ini memang didesain untuk memberikan alarmnya sendiri. Apa kau lapar? Adikku sudah membuatkan onigiri untuk sarapan," katanya sambil menyodorkan piring berisi nasi kepal itu ke hadapan Ify.

"Adikmu telaten sekali, pagi-pagi sudah buat nasi segitiga seperti ini, aku belum mandi, apa itu tidak jorok?" tanyanya polos. Mata Ify masih mengamati onigiri itu tanpa berkedip. "Sepertinya lezat."

"Tentu, cicipilah, setelah itu baru kau mandi dan berkeliling Tokyo," sahut Kazune.

Ify pun mengambil sebuah onigiri dan melumatnya perlahan, rasa dari makanan itu tak terlalu asing di lidahnya. Tidak buruk untuk dijadikan sebuah sarapan, pikirnya.

"Adikmu baik sekali, kapan aku bisa bertemu dengannya, Kazune Oniisan?" Ify mulai buka suara lagi setelah menelan habis makanannya.

Kazune sempat berpikir, "Dia pemalu, mungkin butuh waktu yang lama sampai kau ada kesempatan untuk bertatap muka dengannya."

Ify mengangguk mengerti. Dia pun mengambil lagi sebuah onigiri dan memakannya dengan lahap.

***

Ryo menatap kedua pengawalnya sengit. Apa-apaan ini!? Jeritnya dalam hati. Kakaknya benar-benar maniak!

The Plan - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang