21

1.3K 153 14
                                    

Jam istirahat sudah terdengar sejak tadi, tapi Ify enggan untuk keluar kelas dan memilih untuk di sini saja. Menikmati musim yang telah kembali berganti dari jendela. Pohon sakura yang mekar kini telah gugur satu per satu. Banyak daun-daun kuning keemasan bertebaran di jalan dengan semilir angin yang lembut menyentuh wajah.

"Ify," panggil seseorang dan Ify segera tersenyum ke arahnya.

Gadis itu hanya diam dan menatapnya cukup lama. Membuat Ify bingung dengan tingkahnya.

"Ada apa, Via?"

"Kau mengenal Daniel?"

Deg! Mengapa Via menanyakan hal ini? Ify berpikir keras, kenapa tiba-tiba Via bertanya mengenai Daniel padahal selama ini Ify tak pernah cerita apa pun.

"Kau pernah menyebut nama Daniel kalau aku tidak salah ingat." Via memilih duduk di bangkunya dengan memutar kursinya lebih dulu menghadap Ify.

"Dulu, saat aku meneleponmu bahwa Alvin datang ke kantor dan memintaku untuk menjadi modelnya−"

Ify teringat sekarang. Bukannya saat itu Ify tak menyebut nama Daniel sama sekali?

"−kenapa kau mengatakan bahwa aku hanya belum mengenal siapa Daniel sebenarnya?"

Astaga! Ify histeris dalam hati. Apa aku pernah mengucapkan hal itu? Dahi Ify berkerut. Ingatannya memburuk saat dia sampai di sini. Semua yang berada dalam otaknya seolah berubah drastis saat Ryo mulai meluluhkan hatinya.

"Kau memang mengenal Daniel atau..." Via menggantungkan ucapannya, matanya menelisik setiap senti wajah Ify. Wajah tirus gadis itu terlihat berkeringat, "kau hanya menggodaku?"

Ify menelan ludah dan tak berani menatap mata tajam Via yang sedang menginterogasinya. Pasti ada sesuatu yang terjadi. Apa Daniel memberitahukan misi ini pada Via sebagai ancaman? Ancaman agar Ify benar-benar harus melupakan semburat merah jambunya?

"Dia kan bosmu, mana mungkin aku mengenalnya," kilah Ify.

Via tersenyum kecil, tapi matanya masih menatap Ify dengan tajam.

"Kau akan membohongi orang yang selalu kau bohongi sampai kapan?" sarkas Via. Mata Ify yang terbelalak semakin meyakinkan Via bahwa Daniel dan Ify memang kerja sama.

"A... apa yang kau bicarakan, Via?" tanya Ify gugup.

Via tertawa kecil, tawa sinis. "Musim panas lalu, di malam hari kau mengatakan padaku bahwa−"

Rahang Ify mengeras. Apa lagi ini? Mengapa Via mengetahui banyak hal diluar kendalinya? Mengapa kebiasaan buruknya bercerita pada angin masih terbawa sampai ke negeri ini? Ahh! Ify mengerang dalam hati.

"Via, aku bisa−"

"Menjelaskan?" sela Via.

Ify kembali ingin bicara namun segera dipotong Via.

"Tidak, terimakasih, Ify. Aku sudah paham semuanya. Kau dan Daniel bekerja sama. Kau dan Daniel sama-sama menipu kami."

Suara Ify tercekat, "Kami?"

Via melemparkan pandangannya keluar jendela. Wajah Ify yang berkeringat sudah cukup baginya. Ify tak perlu menjelaskan apa-apa lagi toh dia sudah ketahuan. Ify tak lebih dari gadis bayaran.

"Pergilah."

Ify memandangi Via tak mengerti, mata gadis itu diam-diam juga telah memerah dan berair.

"Kalau kau ingin mencari adikmu, kenapa kau tak lapor polisi saja?" Sebenarnya Via ingin membentak Ify, tapi suaranya terlanjur bergetar. "Kau tega membohongi Ryo lagi hanya untuk menemukan adikmu?"

The Plan - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang