20

1.4K 154 11
                                    

THE PLAN dipindahkan genrenya oleh pihak Wattpad, setelah dipikir lagi, iyasih, unsur FANFICTION di The Plan lebih kental daripada Adventurenya. Semoga pembaca TP lebih banyak lagi setelah pindah genre ya.

Selamat membaca!
Kutunggu selalu jejak kalian, karena vote dan komentar itulah yang membakar semangatku untuk terus menulis.


20

Seoul, Korea Selatan.

Alvin seperti disambar petir di siang hari. Email singkat yang dikirimkan Daniel padanya sangat mengejutkan. Dengan bergegas Alvin menyambar kunci mobil dan meninggalkan pesan pada asisten pribadinya, untuk membatalkan semua janji pertemuannya hari ini dengan klien.

"Ashilla." Panggil Alvin langsung setelah sambungan teleponnya diangkat pada bunyi panjang yang ketiga. "Aku harus ke Tokyo hari ini. Mungkin lusa aku baru kembali."

"Mwo−apa!? Apa yang terjadi?"

"Aku tak bisa cerita sekarang. Jaga dirimu baik-baik, jangan mengikutiku ke sana lagi. Arasso−mengerti?"

"Aku mengerti. Josimae−hati-hati, Oppa."

Alvin hanya membalas Ashilla dengan gumaman kecil. Dalam hati terus saja berdoa. Semoga dia masih sempat bertemu dengan orang itu.

***

Siren Victoria tidak memedulikan tatapan bingung dan penasaran dari karyawan lain. Dia masih fokus memasukkan barangnya ke dalam kardus kecil. Walau pun hanya magang, namun barang Via cukup bertebaran di meja kerjanya. Pulpen warna-warni, sketch book, post it paper, miniatur pakaian desainnya dan foto kedua orang tuanya.

Maafkan aku, Ayah, Ibu. Mungkin aku kekanakan. Tapi aku tetap tak ingin bekerja sama dengan orang itu. Via membatin sedih sembari mengusap gambar yang dibingkai dengan pigura segi empat kecil.

"Kau benar-benar pergi?"

"Takkan pernah datang lagi?"

"Victoria-san, kau sungguh-sungguh?"

Via hanya membungkukkan badannya sembilan puluh derajat dalam tiga detik. Kepalanya memandangi satu persatu rekan kerjanya yang seluruhnya adalah senior.

"Terima kasih untuk semua ilmu yang kalian berikan padaku, Senior. Aku tak akan pernah melupakan pengalaman luar biasa ini," ucap Via dengan senyum manisnya. Betapa pun susahnya Via selama magang di sini dengan tatapan iri pegawai lain. Bukan berarti Via harus pergi tanpa berpamitan.

"Apa maksudnya ini?"

Bukan hanya Via saja yang menolehkan kepalanya ke sumber suara dan melebarkan kelopak mata karena terkejut, tapi semua yang berada di ruangan itu pun sama.

"Itu photografer Korea itu, kan? Untuk apa dia di sini? Tampangnya berantakan sekali," bisik salah satu pegawai dengan matanya yang menelisik penampilan Alvin dari ujung kepala hingga kakinya.

"Ikut aku," kata Alvin sambil menyeret Via keluar dari ruangan dengan kardusnya.

"Alvin," protes Via sambil lalu. Via hanya bisa pasrah ketika Alvin membawanya keluar ruangan yang lebih sepi. Dia memperhatikan penampilan Alvin. Benar juga, kenapa dia berantakan sekali? Via membatin tak acuh. "Ada apa sebenarnya ini?"

The Plan - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang