11

1.8K 175 14
                                    

Diremehkan karena berhasil magang dengan mudah, melalui orang nomor satu di perusahaan membuat perut Via mual−karena menahan semua sumpah serapahnya yang tidak bisa dilontarkan. Semua mata selalu memandangnya, apa pun gerak yang gadis itu ciptakan. Embusan napas entah untuk ke berapa kali menguap berpendar dengan udara di atas mejanya. Mencoba kembali fokus dengan sentuhan akhir sketsa pakaian musim semi yang harus segera diperlihatkannya pada Daniel.

Bisikan yang sarat logat Jepang itu memang terasa asing, tapi dari nadanya jelas sekali mereka iri bukan main dengan keberuntungan Siren Victoria. Gadis yang baru duduk di bangku Senior High tapi sudah bisa magang di salah satu kantor Tennouji Group.

"Via, kau dipanggil Pak Daniel sekarang," kata salah satu pembimbing yang ditunjuk oleh Daniel. Satu-satunya makhluk yang tidak negative thinking dengan Via karena dia memang paham betul Daniel begitu tertarik dengan gadis paket komplit sepertinya. Cantik, rendah hati dan berbakat.

***

Daniel mengangguk-anggukkan kepala, tangannya membuka lembaran demi lembaran hasil sketsa tangan Via yang menurutnya begitu menggoda mata para gadis Jepang atau luar negeri yang gila belanja.

"Aku tak suka dengan yang ini," ujar Daniel terbuka sembari menunjuk sebuah gambar, "adanya bulu-bulu seperti ini justru membuat kita merasa seperti masih di musim dingin. Aku ingin kau ubah gambarnya sedikit di bagian ini saja," lanjutnya gamblang.

"Maaf, Pak," Daniel mendongak, "Saya akan membuat sketsa baru, bagi saya sketsa yang sudah utuh tidak bisa diubah lagi, karena mereka adalah satu kesatuan. Saya akan buatkan sketsa yang baru sebagai penggantinya," jawab Via sopan. Dia menunggu respon Daniel dengan gugup, untuk pertama kalinya dia berani menyanggah perintah bos yang usianya bahkan tidak jauh darinya.

Tatapan Daniel lurus pada manik mata Via, tanpa berkedip. "Jika kubilang ubah berarti kau harus mengubahnya," tandas Daniel.

Via menelan ludahnya, "Maaf, Pak, tapi saya tetap−"

"Kau masih terlalu muda," potong Daniel, "akan kuperintahkan pembimbingmu untuk membantu di bagian ini. Sekarang kau boleh pergi," kata Daniel. Selazimnya bos diluar sana, seenaknya sendiri.

Sekarang Via benar-benar paham, darimana sifat tidak mau kalah Ryo diturunkan. Bahkan Daniel yang dia kenal ramah saja bisa semenyebalkan ini saat di kantor, Via benar-benar ingin segera pulang, belajar kemudian membuka butik sendiri. Bebas mau melakukan apa saja pada desainnya.

"Aku takkan jadi bos yang semenyebalkan itu nanti," gumam Via saat hendak membuka pintu.

"Apa yang kau katakan, Via?" tanya Daniel tepat sebelum Via menghilang dibalik pintu.

Via gelagapan, "Ahh, tidak ada, Pak. Permisi." Segera dia menghilang dari ruangan Daniel yang menurutnya makin hari makin minim oksigen untuknya.

***

Via menghela napas, baru saja selesai dia ubah desainnya sesuai permintaan Daniel yang melawan keras hatinya. Ini pertama kali dalam hidup Via, menurut pada seseorang yang memberikannya kesempatan berharga, jika tidak, Via pasti sudah mengerjai Daniel persis seperti dia mengerjai adiknya dulu.

"Ahh, ini dia Alvin, orang yang ingin kukenalkan padamu," sambut Daniel antusias saat mendapati Via muncul dari pintu ruangannya. "Kau membawa pesananku, Via?"

Via hanya merespon dengan anggukan kecil, hatinya masih kesal dengan kejadian beberapa jam lalu. Tangan gadis itu pun meletakkan buku sketsanya tadi di atas meja ruang tamu. Dia berdiri menunggu komentar Daniel.

The Plan - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang