Walah

38 6 1
                                    

"Gusti," suara datar memanggil Gusti sesaat setelah ia masuk kedalam rumah.

"Gue gabisa, gue cinta sama dia," sahut Gusti tanpa memperdulikan lawan bicaranya.

"Gus, lo tau kan gue cuma minta tolong sama lo buat nyari dia, bukan buat gebet dia!"teriak orang itu.

"Gue tau, tapi gue gabisa bang,"jawab Gusti datar.

"Gimanapun caranya gue mau lo jauhin dia, lo udah lupa sama gimana awalnya lo janji ga bakal jatuh cinta sama dia kan, Gus?!"

"Bang Rio, gue udah bilang gue gabisa. Kalo emang elo mau Tata jadi cewek lo, ya lo kejar aja dia. Kalo Tata bener-bener bilang dia cinta sama lo, gue mundur. Tapi kalo Tata cinta sama gue, ya sorry, lo tau sendiri kan?" ucap Gusti kemudian ia masuk ke kamarnya. Gusti membaringkan badannya diatas kasur kecil kesayangannya. Ia menutup matanya dengan kedua tangannya. "Ya, Tuhan. Kenapa sih jadi serumit ini?!" Gumamnya.

*****

Di atas meja hanya terlihat dua cangkir kopi, satu milik Tata dan yang satu milik Rio. Tangan Rio terlipat, berdoa kepada Tuhannya agar segera diberi keberanian untuk berbicara. Melirik mesra kearah Tata, berharap kopi mereka tak segera dingin.

Dari sudut terlihat si Barista mencuri pandang ke arah mereka. Mungkin dia kira mereka sedang jatuh cinta. Simpul senyum terlukis diwajahnya. Tak lupa dia tambahkan Latte Art di atas kopi milik mereka.

Lagu terputar, temaram lampu semakin menyatakan dinginnya sore itu, udara sehabis hujan. Lihat saja jendela, bulir-bulir hujan berbicara seakan ingin masuk menghirup aroma kopi ini.

"Jadi, bagaimana?"
Tanya Rio kepada Tata.

Waktu terasa berputar begitu lama. Seketika Rio ingin berteriak agar seluruh ruangan bergetar oleh suaranya. Tata mengaduk kopinya, Latte art diatasnya menjadi coklat seluruhnya.

"Maaf," begitulah ucapnya setelah meneguk secangkir kopi dan sekarang pergi.

Wajahnya merah, mungkin menahan marah? Atau apa?

Rio mematung, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa apa yang baru saja terjadi ini adalah mimpi, oh sial ini nyata. 'Elo menang, Gusti..'
Gumamnya.

*****

gaje sekali. maaf gabut

GUSTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang