So Unch

37 6 0
                                    

(Masih di Kedai Ice Cream)

"Banyak banget sih makan es krim nya" Tanya Gusti sedikit sebal pada wanita di depannya yang sedang rakus-rakusnya menyantap es krim di depannya. Dan Tata sama sekali tidak menghiraukannya. 'Demi apa gue dikacangin?' batinnya.

"Tataaa," ucapnya sebal sambil mengambil scoop eskrim yang dipegang oleh Tata.

"Gusti, yang pms itu gue apa lo sih?!" ucap Tata tak mau kalah. "Kembaliin cepet!" ucapnya sambil berdiri dan berusaha mengambil scoop eskrimnya.

"Ambil aja kalau bisa, wle" ucap Gusti sedikit mengejek.

Tak habis akal, Tata pun mulai merengek padanya. "Gusti.." ucapnya seperti anak kecil dan mulai lah aksi pura-pura menangisnya.

'Ini anak segitu sayangnya sama eskrim? Masa gue kalah sama eskrim?!' batinnya. "Gak, ga akan gue kasih" ucap Gusti kejam.

'Ih, kok ga mempan sih?!' batinnya. Namun lagi-lagi Tata tidak habi akal. Ia mendekati Gusti kemudian memeluknya,"Kalo gamau ngasih scoopnya, kamu suapin aku, ya?"

'Pengen nolak, tapi kelewat imut deh lo' batinnya. "Iya deh, duduk sana. Jangan deket-deket"ucapnya.

"Yeay!" ucap Tata penuh semangat.

"Kamu kenapa sih suka makan eskrim?" Tanya Gusti kepada perempuan di depannya itu sambil menyuapkan eskrimnya.

"Karena... manis," jawab Tata yang masih mengunyah es krimnya.

"Kamu kan sudah manis. Kalau makan yang manis-manis lagi ga takut kena diabetes?" Gusti berkata demikian dengan tenangnya tanpa tahu kalau Tata yang detak jantungnya sudah seperti ingin keluar dari tempatnya.

"Terus kenapa kamu suka espresso? Kan pahit, iyuh" jawab Tata, ia yakin sekali bahwa Gusti tahu kalau Tata mengalihkan pembicaraan. Terlihat dari senyum jahilnya itu.

"Supaya, aku bias lihat kamu," jawab Gusti sambil meletakkan scoop eskrim yang ia bawa.

"Maksudnya? Aku ga ngerti," jawab Tata. 

"Espresso itu emang pahit. Disajikan murni tanpa tambahan pemanis, susu, ataupun creamer" Gusti terdiam lalu menyesap Espresso yang berada di depannya.

Ia masih terdiam, memandang Tata dengan tatapan yang sulit diartikan. Hingga tanpa sadar, wanita itu tengglam di dalam mata cokelatnya.

"lalu, kamu adalah pelengkapnya. Kamu pemanis dengan porsi yang sesuai. Aku ga akan minum espresso kalau bukan kamu yang aku lihat setelah mataku terpejam menikmati secangkir kopi pahit ini." Gusti menyelesaikan ucapannya.

Coba jelaskan, bagaimana bisa akupun tidak ikut jatuh sejatuh-jatuhnya kepada lelaki sepertinya?

"Kamutu kenapa sih gombal terus," Tanya Tata

"Aku ga gombal. Aku cuma bilang yang sebenernya, karena orang bilang'lelaki akan menjadi manusia yang pesimis tanpa seorang perempuan yang manis' dan ya kamu itu perempuan manisnya."

Aduh, rasanya seperti ada beribu-ribu kupu-kupu yang berterbangan diperut Si Tata. 'Lihat saja ya, memang kamu pikir aku ga bisa menggombal kaya kamu?' ucap Tata dalam hati.

"Kamu tau ga kenapa aku suka eskrim dan makanan manis?" Tanya Tata.

"Kenapa emang?" Tanya Gusti penasaran.

"Karena aku selalu suka sekali sama es krim, dia dingin tapi manis. Tanpanya terasa akan sepi dan ga lengkap" ada jeda yang sengaja Tata selipkan dalam ucapannya.

"Sama seperti kamu, dingin tapi manis, sih. Kamu selalu mengganggu dan mengisi hari ku, entah marah atau pun bikin aku baper. Dan kamu pun bisa melengkapi aku, yang ga sempurna  ini. uww" lanjut Tata.

Gusti lalu tersenyum dengan tulus dan hangat. Mungkin tidak menyangka bahwa wanitanya bisa  berkata seperti itu.

"Belajar gombal darimana? Haha" ucap Gusti sambal mengusap kepala Tata.

(Tuhkan bener, si Gusti ga nyangka. Hxhx)

"Dari kamu yang tadi katanya ga gombal. Apapun itu terserah deh, aku tetep sayang kamu." ucap Tata yang kemudian menutup mulutnya karena keceplosan-aduh goblok.

Oops, tunggu. Kedua pipi Gusti merah merona! Ah, dia jadi terlihat lucu kalau sedang salah tingkah seperti ini >.<

Alay, maapkeun. H3h3

GUSTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang